ARTI PENTING PERENCANAAN
PEMBELAJARAN BAGI GURU ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL DALAM MENGHADAPI ERA
PERDAGANGAN BEBAS
Irena Novarlia
Irenanovarlia_f@yahoo.com
ABSTRAK
Saat
ini terdapat anggapan sebagian guru IPS bahwa proses pembelajaran adalah hal
yang sudah biasa dilakukan sehingga tidak memerlukan berbagai perencanaan.
Hasil penelitian membuktikan arti penting perencanaan pembelajaran bagi guru
IPS. Guru IPS yang telah memiliki gelar tinggi atau telah mendapat sertifikat
sebagai guru professional ternyata tidak dapat menjamin keberhasilan, apabila
tidak memiliki perencanaan dalam setiap proses pembelajarannya. Karena itu, perencanaan
pembelajaran mutlak diperlukan terutama untuk membekali peserta didik dalam
menghadapi era perdagangan bebas.
Kata kunci:
Perencanaan pembelajaran, Guru IPS, Era Perdagangan Bebas
A.
PENDAHULUAN
Salah satu kunci keberhasilan pembangunan bagi bangsa
Indonesia dalam menghadapi era perdagangan bebas adalah pendidikan. Melalui
pendidikan diharapkan dapat terbentuk individu yang berkualitas sehingga mampu
berpartisipasi secara aktif dalam gerak pembangunan.
Proses
pembelajaran IPS merupakan bagian dari kegiatan pendidikan yang diselenggarakan
di tingkat Sekolah. Menurut NCSS (1994: 3) bahwa “the primary purpose of social studies is to helf young people develop
the abitlity to make informed and reasoned decisions for the public good as
citizens of a culturaly diverse, democratic society in an interdependent
world”. Dengan demikian, proses pembelajaran IPS merupakan suatu sistem
yang di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi dan
bekerjasama untuk membantu para peserta didik mengembangkan kecakapan dalam
mengambil keputusan dan membangun masyarakat demokratis di dalam dunia yang
serba saling ketergantungan terutama khususnya dalam menghadapi era perdagangan
bebas.
Guru
merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran IPS yang memegang peran
penting untuk mengarahkan peserta didik agar berhasil dalam proses pembelajaran. Salah satu indikator
keberhasilan tersebut adalah terjadinya perubahan pada diri peserta didik.
Perubahan tersebut menurut Slameto (2003:16), mencakup “aspek kognitif, afektif
dan psikomotor”. Untuk
mencapai perubahan tersebut, sudah selayaknya guru menyusun
strategi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Salah
satu strategi pembelajaran yang sangat penting dilakukan guru adalah merencanakan
proses pembelajaran. Perencanaan yang dapat dilakukan guru, idealnya membuat
perangkat pembelajaran seperti: silabus, RPP, program tahunan, program
semester, pemetaan, RPP, pemetaan, dan analisa KKM. Perencanaan proses
pembelajaran tersebut sekurang-kurangnya harus memuat: tujuan, materi, metode, media,
dan evaluasi.
Perencanaan
proses pembelajaran merupakan hal mutlak yang harus dilakukan guru IPS untuk
keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Namun, dalam
perkembangannya terdapat pula anggapan sebagian guru IPS, bahwa proses
pembelajaran adalah hal yang sudah biasa dilakukan sehingga tidak memerlukan
berbagai perencanaan. Guru IPS malas membuat perencanaan dengan menganggap terlalu
konseptual, tidak terlalu relevan dengan kenyataan dalam mengajar.
Ketidaksinkronan
penting dan tidak pentingya seorang guru IPS harus membuat perencanaan pembelajaran,
mendorong penulis untuk melakukan penelitian berkaitan dengan masalah tersebut dengan
judul “Arti Penting Perencanaan Pembelajaran Bagi Guru Ilmu Pengetahuan Sosial
dalam Menghadapi Era Perdagangan Bebas”. Penelitian bertujuan untuk melihat
sejauhmana keberhasilan guru IPS yang memiliki dan tidak memiliki perencanaan
pembelajaran dalam menghadapi era perdagangan bebas.
B. ARTI
PENTING PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAGI GURU IPS DALAM MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN
BEBAS
Salah
satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme bahwa proses pembelajaran
seyogyanya memiliki tujuan. Apabila dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia
yang akan menghadapi era perdagangan bebas sebagaimana diungkapkan Adam Smith
(1723-1790), “era ini akan melahirkan efisiensi ekonomi maksimal melalui
pengaturan "tangan tak tampak" (mekanisme bebas permintaan dan
penawaran)”. Hal tersebut menuntut guru IPS untuk lebih cerdas dan kreatif dalam membekali peserta didik agar
mampu menyesuaikan diri dan mampu bersaing secara kompetitif. Hamalik
(1992:35), mengungkapkan bahwa “IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan
konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan
pendidikan, psikologis, dan kelayakan, serta kebermaknaan bagi peserta didik
dalam kehidupannya”. IPS adalah ilmu yang nyata mempelajari kehidupan manusia
yang bersipat dinamis dan senantiasa mengalami perubahan.
Perencanaan
merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan proses
pembelajaran IPS. Sebagaimana diungkapkan Sutikno (2009), “perencanaan merupakan salah satu syarat
mutlak bagi setiap kegiatan pengelolaan”. Tanpa perencanaan, proses
pembelajaran akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai
tujuan yang diinginkan”. Dalam PP No 19 Tahun 2005 Pasal 20, dinyatakan
bahwa “perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Menurut Usman (1995:59), bahwa “perencanaan
pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan guru dalam melaksanakan kegiatan proses
pembelajaran agar lebih terarah, berjalan efisien dan efektif”. Komponen-komponen
pembelajaran yang harus direncanakan guru antara lain :
1.
Tujuan pembelajaran, tanpa tujuan yang jelas, guru
akan berjalan tanpa arah dan tidak dapat mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.
2. Materi Pembelajaran,
penguasaan materi merupakan salah satu kunci keberhasilan proses pembelajaran bagi
guru IPS.
3. Metode Pembelajaran,
merupakan salah satu komponen yang berada di bawah kontrol guru. Baik buruknya
suatu metode pembelajaran sangat tergantung kecakapan guru dalam memilih dan
menggunakannya.
4. Media
Pembelajaran, perlu direncanakan mengingat tidak otomatis tersedia
di kelas. Menurut Hamalik (1994:18-19), “penggunaan
media dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar, memperjelas pengertian, dan
memberikan pengalaman secara menyeluruh”.
5.
Evaluasi, dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan umpan balik berhasil atau tidaknya sebuah proses
pembelajaran. Secara umum menurut Ali (1985:126), bentuk evaluasi ada dua
macam, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses bertujuan
menilai sejauhmana pembelajaran dapat
memberikan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, sedangkan
evaluasi hasil bertujuan menilai apakah hasil belajar yang dicapai siswa sesuai
dengan tujuan.
Selain itu
untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif terdapat komponen pendukung yang
harus diperhatikan, diantaranya: kondisi
peserta didik, keadaan kelas, sarana prasarana sekolah, dan lingkungan sekolah.
C.
METODE
PENELITIAN
Jenis
penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research) dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan dengan
meneliti guru IPS yang memiliki dan tidak memiliki perencanaan proses
pembelajaran.
D.
HASIL
PENELITIAN
Hasil
penelitian menunjukkan perbedaan karakteristik guru IPS yang memiliki dengan
yang tidak memiliki perencanaan proses pembelajaran sebagaimana disajikan pada
tabel berikut:
Tabel
Perbedaan Karakteristik Guru yang Memiliki dan Tidak
Memiliki Perencanaan Proses Pembelajaran
No
|
Karakteristik Pembelajaran
|
Guru
|
|
Memiliki Perencanaan Proses Pembelajaran
|
Tidak Memiliki Perencanaan Proses Pembelajaran
|
||
1
|
Tujuan
|
Terukur dan terarah
|
Tidak terukur dan terarah
|
2
|
Materi
|
Menguasai materi secara luas,
terstruktur dan sistematis
|
Menguasai materi secara dangkal, tidak
sistematis dan terstruktur (kecenderungan ngelantur tinggi)
|
3
|
Metode
|
Fun
teaching
dan waktu terasa cepat
|
Monoton dan waktu terasa lama
|
4
|
Media
|
Fun
learning,
tumbuhnya minat dan motivasi peserta didik
|
Membosankan, kurangnya minat dan
motivasi peserta didik
|
5
|
Evaluasi
|
Terdapat umpan balik dan stimulus
peserta didik tinggi
|
Menunda umpan balik dan stimulus
peserta didik rendah
|
Sumber: Hasil Penelitian
Tabel
tersebut menunjukkan pertama,
karakteristik tujuan pembelajaran, guru IPS yang telah memiliki perencanaan
proses pembelajaran akan memiliki tujuan pembelajaran yang dapat terukur dan
terarah keluasan dan kedalaman materinya. Sementara guru IPS yang tidak memiliki
perencanaan proses pembelajaran cenderung memiliki tujuan pembelajaran yang biasanya
tidak terukur dan terarah. Dengan demikian, guru harus menetapkan tujuan sedini
mungkin karena tanpa tujuan yang jelas, akan berjalan tanpa tahu arah dan tidak
dapat mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran yang dilakukan.
Kedua,
karakteristik materi pembelajaran, guru yang telah memiliki perencanaan proses
pembelajaran akan memiliki kemampuan menguasai materi secara matang yang
diberikan secara luas, terstruktur dan sistematis. Berbeda halnya dengan guru IPS
yang tidak memiliki perencanaan proses pembelajaran, dalam penyampaian materi
cenderung dangkal, tidak terstruktur dan sistematis bahkan memiliki
kecenderungan ngelantur tinggi, di mana apa yang tidak perlu disampaikan malah
disampaikan sehingga membuang waktu untuk hal yang tidak efektif.
Ketiga,
karakteristik metode pembelajaran, guru IPS yang telah merencanakan proses
pembelajaran akan memiliki metode pembelajaran yang bersipat fun teaching, di mana guru menganggap
proses pembelajaran yang di lakukan terasa sangat menyenangkan, tanpa beban,
dan waktu pun terasa begitu cepat. Sementara guru IPS yang tidak memiliki
perencanaan cenderung memiliki metode belajar yang monoton sehingga menganggap
proses pembelajaran terasa berat, waktu terasa lama dan tidak tahu lagi apa
yang harus di katakan atau dilakukan.
Keempat,
karakteristik media pembelajaran, guru IPS yang telah memiliki perencanaan akan
menciptakan media yang bersipat fun
learning, di mana dapat menciptakan proses pembelajaran menjadi
menyenangkan. sehingga tumbuh minat dan motivasi belajar dimana pembelajaran
IPS pun menjadi salah satu mata pelajaran favorit yang selalu dinantikan dan
tidak ditakuti. Sementara guru IPS yang tidak memiliki perencanaan cenderung
memiliki media pembelajaran yang membosankan, kurangnya minat dan motivasi peserta
didik untuk belajar. Latuheru (1988:41-42), mengemukakan keuntungan yang
diperoleh dengan penggunaan media antara lain: dapat menterjemahkan ide-ide
abstrak ke dalam bentuk yang lebih realistik, mudah digunakan, menghemat waktu
dan tenaga guru.
Kelima,
karakteristik evaluasi pembelajaran. Guru IPS yang telah memiliki perencanaan
proses pembelajaran akan melakukan evaluasi di setiap akhir proses pembelajaran
untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran terutama berkaitan dengan umpan
balik dan munculnya stimulus dari peserta didik sebagai tanda keberhasilan
pembelajaran. Semakin sering guru IPS melakukan evaluasi semakin banyak umpan
balik dan tingginya stimulus peserta didik yang diperoleh guru sebagai bahan
untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Sementara guru IPS yang
tidak memiliki perencanaan pembelajaran cenderung tidak melakukan atau menunda-nunda
evaluasi dilakukan sehingga semakin sedikit umpan balik dan rendahnya stimulus
peserta didik yang diperoleh guru sebagai bahan untuk memperbaiki proses
pembelajaran selanjutnya.
E.
KESIMPULAN
Pada
hakikatnya perencanaan pembelajaran memiliki arti yang sangat penting bagi
keberhasilan dalam mencapai tujuan proses pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran dapat dilakukan guru IPS dengan membuat perangkat pembelajaran
seperti prota, promes, silabus, RPP, pemetaan dan penentuan KKM yang tepat, dengan
senantiasa memperhatikan tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran pun harus memperhatikan faktor pendukung
lainnya seperti kondisi peserta didik, keadaan kelas, sarana prasarana, dan lingkungan
sekolah.
Hasil
penelitian membuktikan arti penting perencanaan proses pembelajaran khususnya
bagi guru IPS yang mempelajari kondisi kehidupan manusia yang bersipat dinamis
terutama dalam menghadapi era perdagangan bebas. Guru IPS hendaknya menurunkan
sedikit egonya bahwa tujuan, materi, metode, media, dan alat evaluasi telah
dihafal sehingga tidak perlu membuat perencanaan pembelajaran. Kepemilikian
gelar ataupun telah mendapat sertifikat sebagai guru profesional ternyata tidak
dapat menjamin keberhasilan proses pembelajaran, apabila tidak memiliki
perencanaan dalam setiap proses pembelajarannya. Berbeda dengan guru yang
memiliki perencanaan, dapat menciptakan proses pembelajaran yang bersipat fun teaching dan fun learning serta memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi sesuai
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Proses pembelajaran IPS yang
tidak memiliki perencanaan dapat pula diumpamakan bagai kapal berlayar tanpa
memiliki arah yang dituju, walaupun terdapat kemungkinan sebetulnya Sang Kapten
kapal (guru) telah memiliki tujuan, karena tidak tersampaikan dengan jelas
kepada para awak (peserta didik), akibatnya kapal melaju tanpa arah karena para
awak kebingungan menebak dan menerjemahkan tujuan dari Sang Kapten.
Proses
pembelajaran bukanlah proses tebak-tebakan tetapi harus terukur dan terarah.
Guru IPS yang masih berdalih bahwa tanpa perencanaan proses pembelajaran dapat
berjalan baik dan sangat menyenangkan akan berakibat fatal jika mengabaikan
tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Karena, dalam menghadapi era perdagangan
bebas proses pembelajaran IPS harus dapat membekali peserta didik tidak hanya
berupa ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan sehingga memiliki
pemahaman tentang kehidupan dan mampu beradaptasi serta bersaing secara
kompetitif dalam memecahkan segala permasalahan yang terjadi.
F.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.1985. Pengembangan Kurikulum di
Sekolah. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, O. 1992. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan.
Jakarta: Alumni.
Latuheru, J. 1988.
Media Pembelajaran. Jakarta:
Depdikbud.
National
Council For The Social Studies. 1994. Curriculum
Standar For Social Studies. Washington, USA: Expectation for Excelence.
PP
No 19 Tahun 2005 Pasal 20 Tentang Perencanaan Pembelajaran.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sutikno, M. S. 2009. Pengelolaan pendidikan: Tinjauan Umum dan Konsep Islami. Bandung:
Prospect.
Usman, M.U. 1995.
Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya.