Wednesday 9 March 2016

Arti Penting Perencanaan Pembelajaran

ARTI PENTING PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAGI GURU ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DALAM MENGHADAPI ERA 
PERDAGANGAN BEBAS
Irena Novarlia
Irenanovarlia_f@yahoo.com
ABSTRAK
Saat ini terdapat anggapan sebagian guru IPS bahwa proses pembelajaran adalah hal yang sudah biasa dilakukan sehingga tidak memerlukan berbagai perencanaan. Hasil penelitian membuktikan arti penting perencanaan pembelajaran bagi guru IPS. Guru IPS yang telah memiliki gelar tinggi atau telah mendapat sertifikat sebagai guru professional ternyata tidak dapat menjamin keberhasilan, apabila tidak memiliki perencanaan dalam setiap proses pembelajarannya. Karena itu, perencanaan pembelajaran mutlak diperlukan terutama untuk membekali peserta didik dalam menghadapi era perdagangan bebas.
Kata kunci: Perencanaan pembelajaran, Guru IPS, Era Perdagangan Bebas
A.           PENDAHULUAN
Salah satu kunci keberhasilan pembangunan bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi era perdagangan bebas adalah pendidikan. Melalui pendidikan diharapkan dapat terbentuk individu yang berkualitas sehingga mampu berpartisipasi secara aktif dalam gerak pembangunan.
Proses pembelajaran IPS merupakan bagian dari kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di tingkat Sekolah. Menurut NCSS (1994: 3) bahwa “the primary purpose of social studies is to helf young people develop the abitlity to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturaly diverse, democratic society in an interdependent world”. Dengan demikian, proses pembelajaran IPS merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk membantu para peserta didik mengembangkan kecakapan dalam mengambil keputusan dan membangun masyarakat demokratis di dalam dunia yang serba saling ketergantungan terutama khususnya dalam menghadapi era perdagangan bebas.
Guru merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran IPS yang memegang peran penting untuk mengarahkan peserta didik agar berhasil dalam proses pembelajaran. Salah satu indikator keberhasilan tersebut adalah terjadinya perubahan pada diri peserta didik. Perubahan tersebut menurut Slameto (2003:16), mencakup “aspek kognitif, afektif dan psikomotor”. Untuk mencapai perubahan tersebut, sudah selayaknya guru menyusun strategi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Salah satu strategi pembelajaran yang sangat penting dilakukan guru adalah merencanakan proses pembelajaran. Perencanaan yang dapat dilakukan guru, idealnya membuat perangkat pembelajaran seperti: silabus, RPP, program tahunan, program semester, pemetaan, RPP, pemetaan, dan analisa KKM. Perencanaan proses pembelajaran tersebut sekurang-kurangnya harus memuat: tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi.
Perencanaan proses pembelajaran merupakan hal mutlak yang harus dilakukan guru IPS untuk keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Namun, dalam perkembangannya terdapat pula anggapan sebagian guru IPS, bahwa proses pembelajaran adalah hal yang sudah biasa dilakukan sehingga tidak memerlukan berbagai perencanaan. Guru IPS malas membuat perencanaan dengan menganggap terlalu konseptual, tidak terlalu relevan dengan kenyataan dalam mengajar.
Ketidaksinkronan penting dan tidak pentingya seorang guru IPS harus membuat perencanaan pembelajaran, mendorong penulis untuk melakukan penelitian berkaitan dengan masalah tersebut dengan judul “Arti Penting Perencanaan Pembelajaran Bagi Guru Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Menghadapi Era Perdagangan Bebas”. Penelitian bertujuan untuk melihat sejauhmana keberhasilan guru IPS yang memiliki dan tidak memiliki perencanaan pembelajaran dalam menghadapi era perdagangan bebas.
B.   ARTI PENTING PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAGI GURU IPS DALAM MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS
Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme bahwa proses pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Apabila dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia yang akan menghadapi era perdagangan bebas sebagaimana diungkapkan Adam Smith (1723-1790), “era ini akan melahirkan efisiensi ekonomi maksimal melalui pengaturan "tangan tak tampak" (mekanisme bebas permintaan dan penawaran)”. Hal tersebut menuntut guru IPS untuk lebih cerdas  dan kreatif dalam membekali peserta didik agar mampu menyesuaikan diri dan mampu bersaing secara kompetitif. Hamalik (1992:35), mengungkapkan bahwa “IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan, psikologis, dan kelayakan, serta kebermaknaan bagi peserta didik dalam kehidupannya”. IPS adalah ilmu yang nyata mempelajari kehidupan manusia yang bersipat dinamis dan senantiasa mengalami perubahan.
Perencanaan merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan proses pembelajaran IPS. Sebagaimana diungkapkan Sutikno (2009), perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan pengelolaan”. Tanpa perencanaan, proses pembelajaran akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan”. Dalam PP No 19 Tahun 2005 Pasal 20, dinyatakan bahwa “perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Menurut Usman (1995:59), bahwa “perencanaan pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan guru dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran agar lebih terarah, berjalan efisien dan efektif”. Komponen-komponen pembelajaran yang harus direncanakan guru antara lain :
1.      Tujuan  pembelajaran, tanpa tujuan yang jelas, guru akan berjalan tanpa arah dan tidak dapat mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.
2.     Materi Pembelajaran, penguasaan materi merupakan salah satu kunci keberhasilan proses pembelajaran bagi guru IPS.
3.   Metode Pembelajaran, merupakan salah satu komponen yang berada di bawah kontrol guru. Baik buruknya suatu metode pembelajaran sangat tergantung kecakapan guru dalam memilih dan menggunakannya.
4.     Media Pembelajaran, perlu direncanakan mengingat tidak otomatis tersedia di kelas. Menurut Hamalik (1994:18-19), “penggunaan media dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar, memperjelas pengertian, dan memberikan pengalaman secara menyeluruh”.
5.      Evaluasi, dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan umpan balik berhasil atau tidaknya sebuah proses pembelajaran. Secara umum menurut Ali (1985:126), bentuk evaluasi ada dua macam, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses bertujuan menilai sejauhmana  pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, sedangkan evaluasi hasil bertujuan menilai apakah hasil belajar yang dicapai siswa sesuai dengan tujuan.
Selain itu untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif terdapat komponen pendukung yang harus diperhatikan, diantaranya: kondisi peserta didik, keadaan kelas, sarana prasarana sekolah, dan lingkungan sekolah.
C.           METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan dengan meneliti guru IPS yang memiliki dan tidak memiliki perencanaan proses pembelajaran.
D.           HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan karakteristik guru IPS yang memiliki dengan yang tidak memiliki perencanaan proses pembelajaran sebagaimana disajikan pada tabel berikut:
Tabel
Perbedaan Karakteristik Guru yang Memiliki dan Tidak Memiliki Perencanaan Proses Pembelajaran
No
Karakteristik Pembelajaran
Guru
Memiliki Perencanaan Proses Pembelajaran
Tidak Memiliki Perencanaan Proses Pembelajaran
1
Tujuan
Terukur dan terarah
Tidak terukur dan terarah
2
Materi
Menguasai materi secara luas, terstruktur dan sistematis
Menguasai materi secara dangkal, tidak sistematis dan terstruktur (kecenderungan ngelantur tinggi)
3
Metode
Fun teaching dan waktu terasa cepat
Monoton dan waktu terasa lama
4
Media
Fun learning, tumbuhnya minat dan motivasi peserta didik
Membosankan, kurangnya minat dan motivasi peserta didik
5
Evaluasi
Terdapat umpan balik dan stimulus peserta didik tinggi
Menunda umpan balik dan stimulus peserta didik rendah
Sumber: Hasil Penelitian
Tabel tersebut menunjukkan pertama, karakteristik tujuan pembelajaran, guru IPS yang telah memiliki perencanaan proses pembelajaran akan memiliki tujuan pembelajaran yang dapat terukur dan terarah keluasan dan kedalaman materinya. Sementara guru IPS yang tidak memiliki perencanaan proses pembelajaran cenderung memiliki tujuan pembelajaran yang biasanya tidak terukur dan terarah. Dengan demikian, guru harus menetapkan tujuan sedini mungkin karena tanpa tujuan yang jelas, akan berjalan tanpa tahu arah dan tidak dapat mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran yang dilakukan.
Kedua, karakteristik materi pembelajaran, guru yang telah memiliki perencanaan proses pembelajaran akan memiliki kemampuan menguasai materi secara matang yang diberikan secara luas, terstruktur dan sistematis. Berbeda halnya dengan guru IPS yang tidak memiliki perencanaan proses pembelajaran, dalam penyampaian materi cenderung dangkal, tidak terstruktur dan sistematis bahkan memiliki kecenderungan ngelantur tinggi, di mana apa yang tidak perlu disampaikan malah disampaikan sehingga membuang waktu untuk hal yang tidak efektif.
Ketiga, karakteristik metode pembelajaran, guru IPS yang telah merencanakan proses pembelajaran akan memiliki metode pembelajaran yang bersipat fun teaching, di mana guru menganggap proses pembelajaran yang di lakukan terasa sangat menyenangkan, tanpa beban, dan waktu pun terasa begitu cepat. Sementara guru IPS yang tidak memiliki perencanaan cenderung memiliki metode belajar yang monoton sehingga menganggap proses pembelajaran terasa berat, waktu terasa lama dan tidak tahu lagi apa yang harus di katakan atau dilakukan.
Keempat, karakteristik media pembelajaran, guru IPS yang telah memiliki perencanaan akan menciptakan media yang bersipat fun learning, di mana dapat menciptakan proses pembelajaran menjadi menyenangkan. sehingga tumbuh minat dan motivasi belajar dimana pembelajaran IPS pun menjadi salah satu mata pelajaran favorit yang selalu dinantikan dan tidak ditakuti. Sementara guru IPS yang tidak memiliki perencanaan cenderung memiliki media pembelajaran yang membosankan, kurangnya minat dan motivasi peserta didik untuk belajar. Latuheru (1988:41-42), mengemukakan keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan media antara lain: dapat menterjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih realistik, mudah digunakan, menghemat waktu dan tenaga guru.
Kelima, karakteristik evaluasi pembelajaran. Guru IPS yang telah memiliki perencanaan proses pembelajaran akan melakukan evaluasi di setiap akhir proses pembelajaran untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran terutama berkaitan dengan umpan balik dan munculnya stimulus dari peserta didik sebagai tanda keberhasilan pembelajaran. Semakin sering guru IPS melakukan evaluasi semakin banyak umpan balik dan tingginya stimulus peserta didik yang diperoleh guru sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Sementara guru IPS yang tidak memiliki perencanaan pembelajaran cenderung tidak melakukan atau menunda-nunda evaluasi dilakukan sehingga semakin sedikit umpan balik dan rendahnya stimulus peserta didik yang diperoleh guru sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
E.            KESIMPULAN
Pada hakikatnya perencanaan pembelajaran memiliki arti yang sangat penting bagi keberhasilan dalam mencapai tujuan proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dilakukan guru IPS dengan membuat perangkat pembelajaran seperti prota, promes, silabus, RPP, pemetaan dan penentuan KKM yang tepat, dengan senantiasa memperhatikan tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi pembelajaran. Perencanaan pembelajaran pun harus memperhatikan faktor pendukung lainnya seperti kondisi peserta didik, keadaan kelas, sarana prasarana, dan lingkungan sekolah.
Hasil penelitian membuktikan arti penting perencanaan proses pembelajaran khususnya bagi guru IPS yang mempelajari kondisi kehidupan manusia yang bersipat dinamis terutama dalam menghadapi era perdagangan bebas. Guru IPS hendaknya menurunkan sedikit egonya bahwa tujuan, materi, metode, media, dan alat evaluasi telah dihafal sehingga tidak perlu membuat perencanaan pembelajaran. Kepemilikian gelar ataupun telah mendapat sertifikat sebagai guru profesional ternyata tidak dapat menjamin keberhasilan proses pembelajaran, apabila tidak memiliki perencanaan dalam setiap proses pembelajarannya. Berbeda dengan guru yang memiliki perencanaan, dapat menciptakan proses pembelajaran yang bersipat fun teaching dan fun learning serta memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi sesuai dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Proses pembelajaran IPS yang tidak memiliki perencanaan dapat pula diumpamakan bagai kapal berlayar tanpa memiliki arah yang dituju, walaupun terdapat kemungkinan sebetulnya Sang Kapten kapal (guru) telah memiliki tujuan, karena tidak tersampaikan dengan jelas kepada para awak (peserta didik), akibatnya kapal melaju tanpa arah karena para awak kebingungan menebak dan menerjemahkan tujuan dari Sang Kapten.
Proses pembelajaran bukanlah proses tebak-tebakan tetapi harus terukur dan terarah. Guru IPS yang masih berdalih bahwa tanpa perencanaan proses pembelajaran dapat berjalan baik dan sangat menyenangkan akan berakibat fatal jika mengabaikan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Karena, dalam menghadapi era perdagangan bebas proses pembelajaran IPS harus dapat membekali peserta didik tidak hanya berupa ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan sehingga memiliki pemahaman tentang kehidupan dan mampu beradaptasi serta bersaing secara kompetitif dalam memecahkan segala permasalahan yang terjadi.
F.            DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.1985. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, O. 1992. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan. Jakarta: Alumni.
Latuheru, J. 1988. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
National Council For The Social Studies. 1994. Curriculum Standar For Social Studies. Washington, USA: Expectation for Excelence.
PP No 19 Tahun 2005 Pasal 20 Tentang Perencanaan Pembelajaran.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sutikno, M. S. 2009. Pengelolaan pendidikan: Tinjauan Umum dan Konsep Islami. Bandung: Prospect.
Usman, M.U. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Keunggulan Geostrategis Indonesia

letak Indonesia berada di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia letak Indonesia berada di antara dua samudra yaitu Samudra ...