Istilah “Timur Tengah”
(Middle East) apakah menurut pertimbangan geografis atau apa?
Negara-negara mana saja sekarang yang termasuk wilayah peradaban tua?
Jawab:
Istilah Timur Tengah merupakan
penamaan secara geografis dan secara geopolitik. Secara geografis, definisi
Timur Tengah tidak begitu jelas. Seorang pengamat Timur Tengah bernama Marshall
C.G. Hodgson (1999), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Timur Tengah adalah
wilayah yang terbentang antara Lembah Nil (The
Nile Valley) hingga negeri-negeri Muslim di Asia Tengah (lebih kurang
Lembah Amur Darya atau Sungai Oxus), dari Eropa yang paling tenggara hingga
lautan Hindia. Amerika Serikatlah yang
mempopulerkan istilah Timur Tengah setelah Perang Dunia II. (Goldschmidt, Jr.
Arthur, 1979). Dari Eropa yang paling tenggara hingga lautan Hindia. Dalam
pemahaman yang diikuti kebiasaan modern, umumnya digunakan pengertian bahwa
Timur Tengah ini meliputi semua negara yang terletak di sebelah selatan Uni
Soviet dan di sebelah barat Pakistan, dan juga Mesir di benua Afrika.
Terminology Timur Tengah tampaknya lebih baru, dan kemudian menjadi diterima
secara luas hingga saat ini karena digunakan sebagai istilah resmi oleh
orang-orang Inggris. Dalam pemahaman yang diikuti kebiasaan modern, umumnya
digunakan pengertian bahwa Timur Tengah ini meliputi semua negara yang terletak
di sebelah selatan Uni Soviet dan di sebelah barat Pakistan, dan juga Mesir di
benua Afrika. Negara-negara Balkan dalam hal ini dikecualikan. Dalam beberapa
hal dimana Yunani dan Aegea perlu dimasukkan, istilah Timur Dekat lebih banyak
dipergunakan karena merupakan istilah yang lebih tua.
Timur Tengah memiliki posisi
geografis (dalam, http://geography.about.com/) yang unik. Ia merupakan wilayah yang terletak
pada pertemuan Eropa, Asia dan Afrika, dan dengan demikian ia menguasai
jalan-jalan strategis yang menuju ke tiga benua tersebut. Jalan-jalan strategis
tersebut antara lain; Selat Bosphorus yang menghubungkan Laut Mideterania (Laut
Tengah) dengan Laut Hitam, Terusan Suez yang menghubungkan Laut Mideterania
(Laut Tengah) dengan Laut Merah. Selain itu juga terdapat rute-rute perdagangan
kuno via darat yang melewati kawasan ini.
Dipandang
sebagai bagian dari Asia (Asia Barat Daya), Timur Tengah terletak di dalam zone
tengah yang membentang di sepanjang benua raksasa ini, kira-kira antara garis
lintang 30-40. Disebelah utara zone tengah ini terletak daratan Rusia yang
luas. Di sebelah selatannya terdapat ujung-ujung semenanjung Asia, yang
sebagian besar berada dalam kontrol Barat. Secara tradisional, Timur Tengah
adalah kawasan yang diperebutkan antara kekuatan darat Rusia dan kekuatan laut
Barat.
Secara politis dan kultural, (dalam, http://geography.about.com) Timur Tengah dibagi kedalam dua
wilayah utama; Sabuk Utara dan Inti Arab. Sabuk Utara dari segi etnik,
mayoritas adalah non Arab dan berbatasan langsung dengan Uni Sovyet (Rusia).
Turki, Iran dan Afghanistan berbeda dalam banyak hal dengan negara-negara Timur
Tengah lainnya. Sabuk
Utara memisahkan dan melindungi Inti Arab dari Rusia (Uni Sovyet). Sebagai
garis pertahanan yang tidak merata, namun yang terkuat terletak pada Turki dan
yang terlemah ada pada Iran.
Inti
Arab terbagi atas daerah Bulan Sabit Subur (fertile
crescent) dan wilayah Laut Merah. Daerah Bulan Sabit Subur mencakup Irak–Mesopotamia/negeri
dua sungai yang pernah kaya dan pesisir Mediterania Asia, yang terdiri dari
Suriah, Libanon, Yordania, Israel dan Palestina. Daerah ini merupakan tempat
migrasinya rumpun Semit yang kemudian dikenal sebagai bangsa Babilonia,
Assyria, Phoenisia dan Ibrani.
Wilayah
Laut Merah, terdiri atas dua bagian, daerah Timur yang terbentang gurun kering
Jazirah Arab (pulau Arab), yang penduduknya jarang, kaya akan minyak, dan
tenggelam akan tradisi Muslim. Di sebelah Barat terdapat Mesir, negeri yang
hidup dari sungai terpanjang di dunia, Sungai Nil yang merupakan sumber
kesuburan di negeri yang memang tandus.
Timur
Tengah lainnya adalah daerah Afrika Utara (maghreb).
Secara geografis dikitari permukaan pegunungan, Mediterania dan Atlantik,
sehingga menikmati iklim yang lebih sedang dibandingkan dengan daerah Timur
Tengah lainnya. Daerah ini juga cenderung lebih dekat dengan Eropa dan
menciptakan interaksi baik secara ekonomi atau cultural dengan negara-negara
Eropa.
Kawasan
Timur Tengah merupakan kawasan tempat lahirnya tiga agama besar dunia. Selain
itu juga, dari Timur Tengah lahir peradaban-peradaban besar dunia. Bahasa Arab,
menjadi bahasa utama yang digunakan di Timur Tengah, pada abad pertengahan,
selama ratusan tahun Bahasa Arab merupakan bahasa ilmu pengetahuan, budaya dan
pemikiran progresif di seluruh wilayah dunia beradab. Berbagai bahasa di dunia
sampai saat ini memperlihatkan adanya pengaruh bahasa Arab dalam berbagai
bahasa serapannya. Alfabet Arab (huruf Hijaiyah) merupakan sistem yang paling
banyak dipakai di seluruh dunia, disamping aksara Latin.
Beberapa pakar telah mengkritik istilah Timur
Tengah karena ke- Erosentrismeannya. Wilayah ini terletak di timur Eropa
barat. Bagi India, dia terletak di barat; bagi Rusia dia terletak di selatan.
Penggunaan kata Tengah juga telah menyebabkan kebingungan bagi sebagian
orang. Sebelum Perang Dunia I, Timur Dekat digunakan Inggris untuk
menunjuk ke daerah Balkan dan Kerajaan Ottoman, sedangkan Timur Tengah adalah
untuk menunjuk Persia, Afganistan, Asia Tengah, Turki, dan Kaukasus. Sedangkan Timur
Jauh menunjuk ke negara-negara Asia Timur, seperti Tiongkok, Jepang,
Hong Kong (George, 1993). Dengan hilangnya Kerajaan Ottoman pada
1918, Timur Dekat hampir hilang dalam penggunaan istilah umum, sedangkan
Timur Tengah digunakan untuk menunjuk ke negara-negara Islam. Namun
penggunaan Timur Dekat tetap digunakan oleh beberapa disiplin akademi,
termasuk arkeologi dan sejarah kuno. Timur Tengah adalah sebuah wilayah yang
secara politis dan budaya merupakan bagian dari benua Asia, atau
Afrika-Eurasia. Pusat dari wilayah ini adalah daratan di antara Laut
Mediterania dan Teluk Persia serta wilayah yang memanjang dari Anatolia,
Jazirah Arab, dan Semenanjung Sinai. Kadangkala disebutkan juga area tersebut
meliputi wilayah dari Afrika Utara di sebelah barat sampai dengan Pakistan di
sebelah timur dan Kaukasus dan/ atau Asia Tengah di sebelah utara. Media dan
beberapa organisasi internasional (seperti PBB) umumnya menganggap wilayah
Timur Tengah adalah wilayah Asia Barat Daya (termasuk Siprus dan Iran) ditambah
dengan Mesir. Wilayah tersebut mencakup beberapa kelompok suku dan budaya
termasuk suku Iran, suku Arab, suku Yunani, suku Yahudi, suku Berber, suku
Assyria, suku Kurdi dan suku Turki. Bahasa utama yaitu: bahasa Persia, bahasa
Arab, bahasa Ibrani, bahasa Assyria, bahasa Kurdi, dan bahasa Turki. Kebanyakan
sastra barat mendefinisikan Timur Tengah sebagai negara-negara di Asia
Barat Daya, dari Iran (Persia) ke Mesir. Mesir dengan semenanjung Sinainya yang
berada di Asia umumnya dianggap sebagai bagian dari Timur Tengah, walaupun
sebagian besar wilayah negara itu secara geografi berada di Afrika Utara. Sejak
pertengahan abad ke-20, Timur Tengah telah menjadi pusat terjadinya
peristiwa-peristiwa dunia, dan menjadi wilayah yang sangat sensitif, baik dari
segi kestrategisan lokasi, politik, ekonomi, kebudayaan, dan keagamaan. Timur
Tengah mempunyai cadangan minyak mentah dalam jumlah besar dan merupakan tempat
kelahiran dan pusat spiritual agama Yahudi, Kristen, dan Islam.
Negara-negara mana saja
sekarang yang termasuk wilayah peradaban tua?
Istilah Timur Tengah (dalam, http://geography.about.com) condong mengarah kepada wilayah budaya,
jadi tidak memiliki batas tertentu. Definisi yang umum dipakai yaitu wilayah
yang terdiri dari: Bahrain, Siprus, Mesir, Turki, Iran (Persia), Irak,
Israel, Yordania, Kuwait, Lebanon, Oman, Qatar, Arab Saudi, Suriah, Uni Emirat
Arab, Yaman dan Palestina. Dan Iran merupakan batas yang
paling timur, terkadang dengan memasukkan Afganistan dan Pakistan
barat karena kedekatannya (secara suku dan agama) dengan kelompok mayoritas
dari masyarakat Iran. Juga karena keterkaitan sejarah karena pernah menjadi
bagian dari kerajaan yang wilayahnya mencakup daerah-daerah tersebut. Afganistan,
Tajikistan, dan Pakistan barat memiliki hubungan budaya, bahasa, dan
sejarah dengan Iran. Sementara hubungan antara Iran dengan negara-negara Arab
karena adanya hubungan agama dan kedekatan secara geografi. Umumnya yang
disebut Timur Tengah secara harfiah adalah daerah-daerah negara berikut:
Suriah, Lebanon, Palestina, Israel, dan Mesir.
Peta menunjukkan negara-negara yang
diyakini sebagai bagian dari Timur Tengah: Arab Saudi, Yaman, Oman,
Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Irak, Kuwait, Lalu negara-negara Afrika
Utara juga diikutsertakan: Maroko, Aljazair, Libya, Tunisia, Mauritania,
Sahara Barat, Sudan, Ethiopia, Eritrea, Djibouti. Selain itu kadangkala
negara-negara berikut juga diikutsertakan: Iran, Pakistan, dan Turki.
Erosentrisme, beberapa telah mengkritik istilah Timur Tengah karena ke- Erosentrismeannya.
Wilayah ini terletak di timur Eropa Barat. Bagi India, dia terletak di barat;
bagi Rusia dia terletak di selatan.
2. Yunani dianggap
sebagai salah satu sumber peradaban Barat. Tetapi mengapa sekarang Yunani (dan
negara-negara Balkan pada umumnya) secara kultural masuk dalam orbit peradaban
Rusia? Jelaskan.
Jawab:
Peradaban
Yunani pada kenyataannya memiliki makna besar untuk Peradaban Barat. Menurut Dr
Donald Kagan, profesor dari Yale University dalam ceramahnya tentang
"Pengantar Sejarah Yunani (2007)" mengatakan bahwa "posisi dari
Yunani berada di titik awal yang paling signifikan dari Peradaban Barat, yang
merupakan budaya yang paling bentuk kuat tidak hanya di Barat tetapi sebagian
besar dunia saat ini. "Sebenarnya, Peradaban Yunani tidak salah satu dari
empat pusat-pusat peradaban dunia. Namun, tidak seperti peradaban lainnya
muncul dalam waktu kuno, peradaban Yunani telah dikagumi karena signifikansi
dalam membentuk aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Yunani
memiliki kesinambungan sejarah lebih dari 5,000 tahun. Bangsanya, disebut
Hellenes, setelah mendiami sebagian besar dari daerah Laut Hitam (Efxinos Pontos) dan Laut Tengah
menjelajah daerah sekitarnya, menyusun negara bagiannya, membuat
perjanjian-perjanjian komersil, dan menjelajah dunia luar, mulai dari Caucasus
sampai Atlantic dan dari Skandinavia samapi ke Ethiopia. Sebuah expedisi
terkenal dari gabungan daerah-daerah maritim Yunani (Danaë atau penduduk laut) mengepung Troy seperti dinarasikan
didalam sebuah karya sastra Eropa besar pertama, Homer's Iliad. Bermacam-macam
penduduk Yunani ditemukan sepanjang Laut Tengah, Asia Kecil, Laut Adriatik,
Laut Hitam dan pantai Afrika Utara akibat dari penjelajahan untuk mencari
tempat dan daerah komersil baru.
Selama periode Kalsik (Abad ke 5
S.M.), Yunani terdiri dari daerah-daerah bagian kecil dan besar dalam
bermacam-macam bentuk internasional (sederhana, federasi, federal, konfederasi)
dan bentuk-bentuk internal (kekerajaan, tirani, oligarkhi, demokrasi
konstitusional, dan lain-lain) yang paling terkenal ialah Athena, diikuti oleh
Sparta dan Thebes. Sebuah semangat kebebasan dan kasih yang membara membuat
bangsa Yunani dapat mengalahkan bangsa Persia, adikuasa pada saat itu, didalam
peperangan yang terkenal dalam sejarah kemanusiaan- Marathon, Termopylae,
Salamis dan Plataea.
Pada paruh kedua abad ke 4 S.M.,
banyak daerah-daerah bagian di Yunani membentuk sebuah Aliansi (Cœnon of Corinth) yang dipimpin oleh
Alexander Agung sebagai Presiden dan Panglima (Kaisar) dari Aliansi, Raja dari
Macedonia ("Yunani takabara" dalam bahasa persia kuno) menyatakan
perang dengan Persia, membebaskan saudara-saudara mereka yang terjajah, Ionian,
dan menguasai daerah-daerah yang diketahui selanjutnya. Menghasilkan sebuah
masyarakat yang berkebudayaan Yunani mulai dari India Utara sampai Laut Tengah
barat dan dari Rusia Selatan sampai Sudan.
Selama ribuan tahun kebudayaan Yunani ditonjolkan
dengan suasana keterbukaan dan keramahan muncul baik pada proses asimilasi yang
harmonis dan ekploitasi prestasi serta budaya. Terutama unsur-unsur kebudayaan
Yunani yang masih berlanjut sampai sekarang. Orang Yunani modern tidak terbatas
pada batas-batas negara Yunani secara nasional, namun merupakan fenomena, luas
global yang membentang dari Amerika Utara ke Australia dan dari Afrika Selatan
ke Rusia. Pada titik ini, tidak diragukan lagi, merupakan potensi untuk
pengembangan lebih lanjut pengembangan budaya Yunani, di sisi lain, beberapa
orang mengungkapkan ini merupakan elemen integral dari Hellenisme Philhellenism.
Terlepas dari kenyataan karena
keadaan sejarah, orang-orang Yunani tersebar di berbagai negara dan benua, kenyataannya
ditandai dengan mengejar kohesi pelestarian identitas nasional, juga hubungan
dekat dengan sejarah tanah air.
Dasar prinsip pemersatu Hellenisme selalu terintegrasi ke dalam satu bangsa
dengan latar belakang budaya masyarakat dan agama serta rasa sejarah bersama.
Hal ini memastikan hubungan suci, hubungan ibadah terhadap budaya nasional,
tradisi serta kesadaran tanggung jawab untuk pemeliharaan dan pelestarian warisan
budaya nasional
Cermin fakta ini (dalam, http://ridawahyuningrum.blogspot.com) adalah sejarah Helenisme di Rusia,
sebuah negara di mana elemen Yunani sangat berkembang. Ini adalah jangka waktu
didirikan hubungan Yunani-Rusia, yang hanya sebentar, menyebutkan pemukiman
Yunani di Laut Hitam di zaman kuno, munculnya alfabet dari Slavia, tindakan
dari saudara Cyril dan Metodius, Kristenisasi Rus dari Byzantium, pertukaran
budaya dan agama serta interaksi yang diikuti, semua ini hanya beberapa contoh
dari sejarah Yunani-Rusia dari zaman kuno sampai sekarang.
Pada akhir abad 18. Perkembangan
hubungan Yunani-Rusia dan peradaban Yunani di Rusia memperoleh momentum baru, dimana
memiliki dukungan dari masyarakat Yunani di selatan, terutama wilayah
kekaisaran Rusia, perlindungan dan hak istimewa yang dinikmati oleh pihak
berwenang Rusia dan semakin kuatnya minat opini publik Rusia ke dalam urusan
Yunani. Iman Orthodox umum tanpa diragukan adalah mengkoordinasikan, dari awal
memastikan hubungan timbal balik melemahkan antara penduduk Yunani dan Rusia.
Rusia berkontribusi tegas dalam kasus pembebasan Yunani dari Turki, untuk
mendapatkan kemerdekaan nasional dan mendirikan negara nasional, sementara ia
menarik unsur Yunani untuk instalasi di perbatasan selatan. Penduduk Yunani,
untuk sebagian, menggunakan hak istimewa yang diberikan kepadanya oleh Otoritas
Rusia, ditransformasikan menjadi unsur integral dari kehidupan sosial-politik dan
ekonomi potensial dari Kekaisaran Rusia.
Pada awal abad 20, hubungan Yunani-Rusia
dan Yunani di Rusia dikembangkan dengan momentum yang besar di bawah pengaruh
faktor-faktor seperti masyarakat Yunani mendirikan organisasi kegiatan amal,
partisipasi aktif dari Yunani dalam organisasi sosial-politik Kekaisaran Rusia,
menyebarkan kebudayaan Yunani di Rusia, diterbitkan majalah dan buku dalam
bahasa Yunani, Yunani melakukan agitasi intens dengan Rusia di tingkat
antar-pemerintah formal dan pada tingkat orang biasa. Dengan karakteristik bahwa
para wakil dari Yunani dan Rusia lebih terintegrasi dan terlibat dalam
penyebaran budaya Yunani, yang lebih konstruktif adalah hasil dari asumsi
pelestarian dan pengembangan Helenisme di Rusia dan perbaikan dari Yunani (pendanaan
negara Yunani dari perwakilan diaspora kaya).
Kesulitan dari keraguan era Soviet, ujian
untuk orang-orang Yunani di Rusia, pada kekacauan ekonomi era transisi
pasca-Soviet, yang mengakibatkan eksodus penduduk Yunani dari bekas Uni Soviet
ke Yunani, Helenisme pasti menciptakan beberapa masalah. Namun demikian,
aktivitas dan asosiasi masyarakat Yunani di Rusia juga asosiasi orang Yunani
dari Rusia di Yunani, fasilitas di tahun 1940-an dan awal tahun 1950 di Uni
Soviet pengungsi politik dari Yunani, munculnya ekspansi studi Yunani di Rusia,
pertukaran budaya antara kedua negara dan bantuan yang diberikan oleh negara
Yunani ke Yunani, memberikan kontribusi untuk pelestarian populasi Yunani dari
tradisi Rusia dan mempertahankan kepedulian untuk opini publik Rusia ke Yunani.
Saat ini Yunani berada dalam sebuah
halaman baru sejarah Hellenisme di Rusia. Stabilisasi situasi sosial-politik dan
ekonomi di Rusia, penguatan masyarakat Yunani, semakin berkembang ke arah
kebudayaan Yunani, sejarah Yunani dan perwakilan Yunani baik dari Diaspora philhellenes membuat dan
memaksakan kondisi perlunya dorongan baru untuk pengembangan hubungan Yunani-Rusia
dan Helenisme di Rusia, yang juga merupakan pusat tujuan yang baru didirikan
untuk perkembangan budaya Yunani.
3.
“East is East, and
West is West, and never the twain shall meet.” Ucapan siapa ini? Apa
semangat ucapan ini sama dengan yang dimaksud oleh Huntington? Apa memang
peradaban Timur dan Barat tidak dapat direkonsiliasi karena selalu berhadapan
secara konfrontatif? Jelaskan pendapat anda.
Jawab:
Kutipan ini berasal dari Rudyard
Kipling (1865-1836), seorang pengarang besar dalam kesusastraan Inggris pada
zamannya. Ia sempat meraih Hadiah Nobel untuk sastra (1907). Kipling lahir di
India, karena waktu itu orang tuanya bertugas di koloni Inggris. Ketika dia
masih kanak-kanak, keluarganya pulang ke Inggris, tetapi kemudian pada usia
dewasa ia kembali lagi ke India sebagai wartawan untuk sebuah surat kabar
Inggris. Ia juga untuk beberapa waktu menetap di Afrika Selatan. Jadi selaku
orang Barat, Kipling mempunyai pengalaman lama dan intensif tentang dunia
Timur, sehingga ia boleh dianggap kompeten untuk membandingkan ciri-ciri khas
Timur dan Barat. (dalam, www.bukukita.com)
Rudyard Kipling mengatakan west is west east is east, never the twain
shall meet. Lama kemudian muncul Samuel Huntington dengan tesisnya mengenai
the clash of civilization. Barat dan timur
selalu dihadapkan dalam oposisi biner, alias barat versus timur.
Hubungan antara Timur dan Barat
sudah sejak lama dipertanyakan. Rudyard Kipling (1865-1936) dalam ”The Ballad of East and West”
memposisikan Timur dan Barat pada kutub yang berbeda dan tak akan pernah
bertemu, kecuali pada hari akhir dunia (... East
is east, and West is West, and never the twain shall meet, till earth and Sky
stand presently at God’s great Judgment Seat). Tentang Timur dan Barat,
penyair Rudyard Kipling (1865–1936) dalam puisinya “Balada Timur dan Barat”,
menulis:
Oh, Timur adalah Timur, dan Barat
adalah Barat, seharusnya keduanya tak pernah bertemu, sampai Bumi dan Langit
segera berdiri di hadapan Takhta Pengadilan Tuhan yang agung; Tetapi tiada
Timur maupun Barat, Perbatasan, maupun Asal, maupun Kelahiran, tatkala dua
orang kuat berhadapan muka ke muka, meski mereka datang dari
penghujung-penghujung bumi!
Tampaknya hal tersebut disepakati oleh
Carey Goldberg (2008) yang memberikan perbedaan di antara keduanya bahwa budaya
barat adalah mereka yang menganggap diri mereka sebagai highly independent entities (entiti yang sangat mandiri/tidak
memiliki ketergantungan), sedangkan budaya Timur identik dengan ketergantungan.
Ungkapan
Rudyard Kipling dalam ‘The Ballad of East
and West The Ballad’ yang terkenal, “East
is East, and West is West, and never the twain shall meet” digunakan
sebagai ‘pembenar’ keberbedaan kontras antara ‘Barat’ dan ‘Timur’. Sebenarnya,
agak ganjil memahami pikiran Kipling sebab dia berkehidupan di India. Sebagai
karya sastra, kualitas baladanya sangat bagus, tetapi muatannya sangat tajam
berbasik pengagungkan ‘Barat’ dengan memandang ‘Timur’ sebelah mata.
Membaca
pikiran Kipling dari banyak karyanya, dapat dipahami sebagai rangkaian
pemikiran yang bertumpu pada baladanya: ‘The
White Man’s Burden.
Take
up the White Man’s burden
Send
forth the best ye breed
Go
bind your son to exil
To
serve your captives need
To
wait in heavy harness
On
fluttered folk and wild
Half-devil
and half-child
….
Pada
setiap awal partisi balada panjang tersebut diagungkan dengan amat angkuh tugas
suci “Kulit Putih” (Barat) dalam ‘membudayakan’ orang non-kulit putih yang
digambarkan sebagai ‘Half-devil and
half-child’. Pembudayaan non-kulit putih adalah tugas suci (mission sacre) Kulit Putih (Barat).
Pikiran
Kipling, sekalipun banyak dikecam, baik di Barat maupun di Timur, sebenarnya bisa
jadi sebagai gambaran zaman, Kipling hidup di era kolonialisme-imperialisme. Sekalipun pengenaan terminologi
Barat-Timur sepanjang sejarah sesuai dengan kondisi obyektif zamannya,
pertentangan tersebut mengemuka.
Dulu,
sekitar tahun 1950 perkataan Kipling ini berulang kali dikutip bila orang
bicara tentang perbedaan kebudayaan Timur dan Barat. Pikiran Kipling ini pada
waktu itu ternyata dinilai cocok untuk mengungkapkan keyakinan bahwa perbedaan
antara Timur dan Barat tidak terjembatani.
Selama
dekade-dekade terakhir terjadi banyak perubahan. Globalisasi ekonomi dan
internasionalisasi dunia merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri lagi
dan akibatnya banyak sekali. Seusai perang Dunia II, terjadi juga banyak
imigrasi dari Asia ke dunia Barat, khususnya dari bekas koloni mereka. Di
Inggris dan Negara-negara Uni Eropa lain, banyak penduduk berasal dari Asia dan
terintegrasi cukup baik dengan masyarakat disana. Demikian juga di Amerika
Serikat dan Kanada. Banyak sekali orang Asia, misalnya, bekerja di Perguruan
Tinggi di sana. Berbagai fakta seperti itu menunjukkan berkurangnya kesenjangan
antara Timur dan Barat sekarang ini.
Faktor
lain adalah perhatian khusus untuk Afrika. Sekitar tahun 1950 banyak Negara
Afrika masih berstatus koloni. Akibatnya, dalam pertentangan Timur-Barat Afrika
tidak pernah diperhatikan, karena masih di dominasi oleh dunia Barat. Sekarang
situasinya sudah berubah secara radikal. Kalau Timur disamakan dengan asia
saja, kembar Timur-Barat sekarang kurang relevan lagi. Sebab Afrika tidak
termasuk Barat tidak pula termasuk Timur.
Kendati
demikian, masih tetap ada relevansi untuk membandingkan kebudayaan Timur dan
Barat. Pertama, ada beberapa perbedaan fisik. Misalnya, warna kulit di Barat
selalu putih, tapi di Timur ada banyak variasi dari warna muda sampai tua.
Sebaliknya, warna rambut di Timur selalu hitam, sedangkan di Barat ada banyak
variasi. Namun, benar juga, pada usia tua Timur dan Barat dalam hal warna
rambutnya sama lagi, kecuali kalau sebelumnya sudah menjadi sama-sama botak.
Analisis
sebenarnya masih bias dilanjutkan. Namun, uraian di atas barangkali sudah cukup
menarik kesimpulan bahwa pertentangan Timur-Barat belum terhapus, mekipun tidak
begitu tajam lagi seperti pada zaman Kipling. Dalam situasi dunia sekarang
lebih mencolok pertentangan lain, yaitu antara Utara dan Selatan, Negara-negara
kaya dan Negara-negara miskin. Kalau pertentangan Timur-Barat terdiri atas dua
kutub yang dapat memperkaya satu sama lain, pertentangan kedua ini tidak pantas
dipertahankan dan jauh lebih mendesak untuk dijembatani. Kita harapkan saja
Timur maupun Barat dapat dikerahkan untuk menghilangkan pertentangan mengganggu
ini (Kees Bertens, 1999:112-115)
Sejak bubarnya Uni
Sovyet, pakar Barat seperti Prof Samuel Huntington (dalam, http://ridawahyuningrum.blogspot.com) dari
Universitas Harvard, Amerika, memperingatkan tentang "clash of civilizations" - bentrokan peradaban antara Barat dan
Islam plus Kong Hu Cu. Menurut Huntington masalah bagi Islam bukan Dinas
Intelijen Pusat Amerika - CIA - atau Departemen Pertahanan Amerika, melainkan
Barat secara keseluruhannya. Barat memiliki peradaban yang berbeda, kata
Huntington, dan bangsa Barat berkeyakinan tentang "kejagadan" atau
universalitas dari budaya mereka dan juga berkeyakinan bahwa kekuatan lebih
unggul yang mereka miliki sekaligus juga memikulkan beban ke pundak mereka (Kipling menyebutnya beban orang kulit
putih, noblesse oblige menurut budaya Prancis) untuk mensosialisasikan
budaya itu ke seantero dunia.
Inilah
yang dikatakan menjadi ramuan dasar yang kemudian mengompori konflik antara
Islam dan Barat. Dalam rumusan Samuel Huntington itu, sebagaimana juga terlihat
sebagai unsur yang mewarnai keyakinan bahwa imperialisme itu adalah baik dan
tanpa pamrih, kentara sekali "budaya" misi, kendati mereka tetap
bersiteguh bahwa anutan mereka sama sekali bukan didasarkan pada keyakinan
agama yang mendasar, melainkan sekulerisasi. Sebenarnya apa yang dirumuskan
oleh Huntington bukanlah barang baru. Barat memang sudah sejak lama merasa
"terpanggil" untuk membenahi apa yang mereka pandang sebagai
kebobrokan, dekadensi, negara lain.
Dalam
hal Inggris kita mengetahui bagaimana di abad ke-19 negara itu melakukan
berbagai perombakan terhadap segala segi kehidupan di India yang dinilainya
salah atau perlu diperbaiki. Sampai-sampai menyatakan perang terhadap
budaya-budaya yang dekaden, termasuk negara bagian yang dianggap binal, seperti
Punjab dan Oudh.
Kini,
banyak yang menilai, apa yang dilakukan Inggris itu akhirnya laksana
"arang habis besi binasa." Padahal, Martine Kramer, Direktur Pusat
Moshe Dayan bagi Kajian Timur Tengah dan Afrika pada Universitas Tel Aviv,
Israel, dalam tulisan berjudul "Islam's
Sober Millennium" antara lain mengatakan tentang umat Islam: "Sekiranya
dalam tahun 1000 sudah ada Hadiah Nobel, maka hampir semuanya niscaya akan
jatuh ke tangan para pakar muslim dari berbagai disiplin ilmu." Dan,
begitu Martine Kramer, di bawah kekuasaan umat Islam, non-Muslim tidak harus
menukar agama untuk dapat berkiprah, baik untuk keperluan sehari-hari maupun
secara intelektual (Hitti, 1999).
Menurut
pendapat saya Buku Huntington, The Clash
of Civilizations and the Remaking of World Order (1996), yang intinya
mengusung perbenturan (konflik) bukanlah lagi berdasarkan ideologi, tetapi
tersebab pertentangan antar budaya. Sekalipun ada delapan area kebudayaan,
Barat, Amerika Latin, Islam, Tiongkok, Hindu, Orthodok, Jepang, dan Afrika,
‘lawan’ paling potensial, Islam dan Konfusius (Cina).
Terlepas
kekuatan analisis berbasis historis dan ramalan futurif, tesis Huntington
terkesan aneh, Barat dimaknai dalam artian kebudayaan (peradaban) sementara
Timur dikedepankan dalam label keyakinan (agama). Padahal, peradaban Barat
tentu tidak bisa dilepaskan secara terpilah nyata (clear and distingly) dengan anutan pendukungnya, sementara Islam sebagai
basik kebudayaan tentu tidak identik dengan bangsa-bangsa pendukungnya. Dengan
demikian, pikiran Huntington bermuatan permusuhan terhadap Islam.
Perlu
dicermati, bahasan Huntington yang memang mendalam dengan ‘multi side argumentation’, bermuatan subyektivitas budaya.
Pandangannya yang menempatkan kebudayaan Barat sebagai yang terbaik, dan Islam
perlu ‘dibudayakan’, apalagi dikaitkan dengan terorisme, bisa jadi bentuk baru Kipling
dalam balada-baladanya, dalam semangat, “The
West’s Burden”.
Dengan
kata lain, pada kenyataan hari ini dan ke depan, bisa jadi akan sangat sulit
rekonsiliasi antara peradaban Barat dan Timur, dan bukan tidak mungkin pula,
perbenturan tersebut semakin keras. Tetapi, bukan tidak ada titik harapan.
Berbagai upaya, dari dialog antar agama sampai aneka pendekatan kultural yang
giat dilakukan oleh pencinta perdamaian (sejati), adalah ladang harapan
tersebut. Bahkan, terpilihnya Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat,
dimana dia berjanji akan melakukan ‘rekonsiliasi’, berwajah lebih ramah
terhadap Islam, menjadi fajar harapan.
“Timur
adalah Timur, Barat adalah Barat, tapi kita adalah Manusia pada satu Bumi (dalam, http://webersis.com).
4.
“Industri holocaust”
yang disebut oleh Arthur Kemp dalam karyanya, March of the Titans. A History
of White Race, apakah memang sebuah mitos atau realitas? Bagaimana kaitannya dengan konflik di Timur
Tengah (Palestina) dari visi Israel sendiri di satu pihak dan Iran di lain pihak
dalam melihat isu “holocaust” itu.
Jawab:
Holocaust
(dari bahasa Yunani: holokauston yang
berarti "persembahan pengorbanan yang terbakar sepenuhnya") adalah
genosida sistematis yang dilakukan Jerman Nazi terhadap berbagai kelompok
etnis, keagamaan, bangsa, dan sekuler pada masa Perang Dunia II.Bangsa Yahudi
di Eropa merupakan korban-korban utama dalam Holocaust, yang disebut kaum Nazi
sebagai "Penyelesaian Terakhir Terhadap Masalah Yahudi".
Terdapat
kelompok yang tidak meyakini peristiwa tersebut. Pengingkaran holocaust atau
holocaust denial adalah kepercayaan bahwa Holocaust tidak pernah terjadi, atau
jauh lebih sedikit dari 6 juta orang Yahudi yang dibunuh oleh Nazi; bahwa tidak
pernah ada rencana terpusat untuk memusnahkan bangsa Yahudi; atau bahwa tidak
ada pembunuhan masal di kamp-kamp konsentrasi. Mereka yang percaya akan hal ini
biasanya menuduh bangsa Yahudi atau kaum Zionis mengetahui hal ini dan
mengadakan konspirasi untuk mendukung agenda politik mereka. Karena Holocaust
dianggap ahli-ahli sejarah sebagai salah satu kejadian paling banyak
didokumentasikan dalam sejarah, pandangan-pandangan ini tidak dianggap
kredibel, dengan organisasi-organisasi seperti American Historical Association mengatakan bahwa Holocaust denial
sebagai "at best, a form of academic fraud." Pernyataan holocaust
denial di muka umum adalah pelanggaran hukum di sepuluh negara Eropa, termasuk
Perancis, Polandia, Austria, Swiss, Belgia, Romania, dan Jerman.Holocaust
deniers lebih suka disebut Holocaust "revisionists". Kebanyakan ahli
sejarah mengatakan bahwa istilah ini menyesatkan. Historical revisionism adalah bagian dari ilmu sejarah; yaitu
penyelidikan ulang dari accepted history (sejarah yang sudah diterima secara
umum) dengan tujuan untuk lebih memperjelas peristiwa tersebut. Sebaliknya,
negationist dapat secara sengaja menggunakan catatan sejarah yang salah;
seperti ditulis Gordon McFee: "Revisionists
depart from the conclusion that the Holocaust did not occur and work backwards
through the facts to adapt them to that preordained conclusion. Put another
way, they reverse the proper methodology ... thus turning the proper historical
method of investigation and analysis on its head." (Sumber:
wIkipedia.org)
Arthur
Kemp, melalui bukunya, March of The
Titans: A History of White Race mengedepankan pandangan ‘pelurusan’ sejarah. Menariknya karya
Kemp yang ratusan halaman memaparkan sejarah ‘holocaust’ dimana ‘holocaust’
tidak saja identik dengan pembunuhan Yahudi oleh Hitler. Sejarahn yang panjang.
Kemp
memaparkan dengan amat menarik, bahwa holocaust dapat dipindai pada era Turki
Otoman. Menurutnya, Otoman Turki melakukan holocaust di Balkan. Tidak heran,
Armenia sampai hari ini masih menuntut Turki bertanggung jawab atas pembunuhan
1,5 juta warga Armenia. Hal tersebut membuat hubungan kedua negara tidak pernah
akur. Sekalipun Orhan Pamuk dalam novel bagusnya, Snow (2008 dalam, http://bukukita.com) tidak fokus
membahas hal dimaksud, digambarkan bagaimana etnik Armenia masih bermukim di
Kars, kota perbatasan Turki-Armenia. Korban pembantaian 1,5 juta jiwa
berlebihan. Bagaimana mungkin, populasi etnis Armenia semasa itu sekitar
600.000 orang. Yahudi lebih spektakular, populasi Yahudi yang 3,5 juta
ditorehkan terbunuh 6 juta. Dusta historis pemantap industi ‘holocoust’.
Kemp
juga memapar ‘holocaust’ era Perang Boer di Afrika Selatan, dan contoh-contoh
lainnya. Yang ingin diterangkan Kemp, telah terjadi distorsi, negasi, dan
bahkan destruksi terhadap realitas historis tentang akibat sejarah Perang Dunia
II, terutama menyangkut pembantaian Yahudi oleh Nazi Jerman. Membaca karya
Kemp, kita akan terpantik, nyanyian industri semacam apa yang didendangkan
Yahudi dan keuntungan apa yang diraih?
Begitu
perang usai, Yahudi internasional yang menguasai media, memblow-up pembantaian
Yahudi oleh NAZI Jerman. Tagihan pertama Yahudi adalah menuntut negara sendiri,
Tanah yang Dijanjikan. Janji Inggris selepas Perang Dunia I, melalui ‘Bolffour Declaration’ (1917) ditagih
yang tentu saja semakin memungkinkan karena Amerika Serikat muncul sebagai
super power.
Tagihan
tersebut tidak bisa dielakkan Amerika Serikat. Semang sejak ‘Bolffour Declaration’ populasi Yahudi di
Palestina sudah melebih etnis Arab akibat migrasi Yahudi yang tiada henti.
Inggris yang memulai, Amerika yang menanggung akibatnya. Dengan kekuatan
ekonomi dan lobi (AIPAC) kuat pada di pusat kekuasaan Amerika Serikat,
pemerintah Amerika Serikat ‘terpaksa’ membantu Israel, negara Yahudi yang
diproklamirkan tahun 1948. Proklamasi Israel mengakibatkan perang dengan
negara-negara Arab dan konflik Timur Tengah berkepanjangan.
Yahudi
menagih rampasan perang kepada Jerman, ‘merampok’ bank-bank di dunia, terutama
di Swiss yang diklaim sebagai milik Yahudi, Yahudi yang dibunuh tentara NAZI.
Holocaust adalah kartu bagi penagihan untuk mendapatkan uang dengan berbagai
modus.
Pembahasan
‘holocaust’ semakin menarik digandengkan karya, Norman G. Finkelsteins, The Holocaust Industry: Reflection on The
Exploitation of Jewish Suffering (dalam, http://webersis.com.holocaust-industry/).
Holocaust telah menjadi kata sakral bagi Barat, apabila menolak wacana
holocaust akan dipandang tidak bermoral, dan berideologi anti-Semit.
Holocaust
dijadikan ‘lumbung’ komunitas Yahudi Internasional untuk keuntungan ekonomi dan
politik, apalagi dalam ‘mempertahankan’ Israel negara-negara Arab,
negara-negara Islam, dan negara-negara dunia lainnya. Amerika Serikat dengan
serta-merta akan mengatakan melawan Israel berarti melawan Amerika, juga
negara-negara Eropa pendukung tradisional Israel. Hampir semua Resolusi PBB
yang ‘menghukum’ Israel dibentengi Veto Amerika Serikat, yang didukung Inggris
dan Perancis.
Pembangkangan
berbagai Resolusi PBB oleh Israel adalah hal biasa, dan tidak perlu mendapatkan
sanksi. Israel mengembangkan dan memiliki bom nuklir adalah hal wajar, demi
mempertahankan diri. Tetapi, bagi Iran dosa besar yang harus dipupus ke
akarnya.
Bagi
Israel, begitu juga Yahudi internasional, negara Israel di Palestina adalah
harga mati. Apa pun dilakukan demi mempertahankan setelah Tanah Yang Dijanjikan
tersebut diperoleh yang hilang dalam bilangan abad. Gerakan zionis adalah
perwujudan mimpi yang kini nyata, sesuatu yang tidak mungkin dinegoisasikan.
Bagi Israel, setelah kemenangan beruntun sejak awal proklamasi melawan Jordan,
dan perang-perang berikutnya melawan negara-negara Arab, adalah penguatan
sejarah. Apalagi, Amerika Serikat dan sekutunya siap membantu demi
mempertahankan diri, sekaligus ekspansi secara bertahap memperluas wilayah
kekuasaannya.
Bagi
bangsa Palestina, sekalipun setelah Perdamaian Camp David, mendapat ’pengakuan’ dengan seupil wilayah di Jericho
dan Jalur Gaza, sekalipun mendapatkan tempat berpijak, bukanlah merupakan
penyelesaian. Apalagi, para pejuang Palestina garis keras tidak bergeming
dengan tekad, mengusir Israel ke laut. Dalam pada itu, penistaan Israel atas
warga Palestina tidak henti-hentinya sepanjang tahun. Wacana Satu Israel ‘dua
negara’, Israel dan Palestina, atau Palestina Merdeka, nampaknya hanya akan
menjadi wacana, sebab prinsip kedua berpijak kokoh pada pendirian
masing-masing, mengklaim tanah yang sama; sama-sama mempunyai hak historis.
Pada posisi ini, negara-negara, apa pun alasannya memihak Israel. Kalau begitu
ceritanya, konflik Timur Tengah tidak akan pernah terselesaikan.
Dalam
pada itu, Palestina yang kita telah memantapkan menjadi bangsa sendiri, tidak
mendapat sokongan signifikan dari negara-negara Arab. Bukan saja terkait
‘geopolitik’, tetapi nampaknya negara-negara Arab mempunyai ketakutan pada
munculnya negara Palestina yang jangan-jangan menjadi ‘musuh’ kelak. Sejak
terusir dari Palestina, orang-orang Palestina menyebar ke penjuru dunia dan
mereka tidak pernah melupakan Palestina. Sekalipun begitu, antar orang
Palestina tidak terjadi kesepahaman perjuangan karena banyaknya firkah hingga
masalahnya menjadi rumit. Hanya untuk satu hal tidak bertikai, melawan Israel.
Pada
posisi ini, Iran yang sejak Revolusi Islam, menjadi kekuatan penentang Amerika
Serikat (Barat), karena diperlakukan tidak adil, kini menjadi pendukung paling
gigih Palestina. Revolusi Iran ‘diekspor’ ke Palestina, seperti juga ke banyak
negara Arab, menjadikan benang kusut konflik Timur Tengah semakin menyala.
Iran, mendukung bukan saja dengan dana, tetapi sekaligus dengan ideologi dan
peralatan perlawanan Palestina terhadap Israel.
Holocaust
sebagai industri semakin disempurnakan melalui media, melalui film-film untuk
mempengaruhi opini dunia. Pada tataran pemikiran (ilmiah?) hadirlah Buku
Huntington, The Clash of Civilizations
and the Remaking of World Order (1996). Untuk membendung semua itu. Iran
menyerang balik, holocaust adalah dusta-dusta Yahudi (dalam, webmaster.fti@uii.ac.id).
Ahmadinejad
(dalam, http://webersis.com.holocaust-industry/),
presiden Iran, dalam konferensi “Dunia Tanpa Zionisme” di Teheran, 26 Oktober
2005, memastikan: “Israel harus diusir dari tanah Palestina. Israel harus
dihapus dari peta dunia”. Sikap tegas Ahmadinejad (Iran) mendapat serangan
balik dari negara-negara Barat, dan tekanan terhadap Iran, apalagi menyangkut
‘Proyek Nuklir Iran’. Kalau Iran tetap bersikukuh, perlakuan Barat seperti
menyerang Iraq, Afganistan, dan sebagainya, bukan tidak mungkin tidak terjadi.
Apalagi, Iran dikait-kaitkan dengan terorisme. Dan akan terbuktilah tesis
Huntington bahwa Islam musuh Barat.
‘Holocust’
benar-benar dijadikan Yahudi sebagai industri; bermula dari perang,
diformulasikan sedemikian rupa hingga menjadi seolah-seolah demikian jadinya,
lalu dimanfaatkan untuk keuntungan, ekonomi, pengaruh, dan terutama demi
eksistensi Isrel. Tapi, tidak untuk satu hal: Israel bebas ‘melakukan’ apa saja
terhadap bangsa Palestina. Pembantaian Gaza, adalah bukti terbaru.
DAFTAR
PUSTAKA
Donald
Kagan. 2007. Pengantar Sejarah Yunani.
Buka Program Yale
Goldschmidt,
Jr. Arthur, 1979. Concist History of The Middle East, The American
University in Cairo PressHodgson.
Hitti,
Philip K. 2005. History of the Arabs.
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
http://geography.about.com/od/politicalgeography/a/geopolitics.htm
http://ms.wikipedia.org/wiki/Geografi
http://bukukita.com
Huntington, S.P. (1996). The Clash of Civilizations and the Remaking of World.
Order.
New York: Simon and Schuster.
Bertens, Kees.
1999. Sejarah Filsafat Yunani.
Kanisius. 1999. Yogyakarta.
Lenczowski,
George. 1993. Timur Tengah di Tengah
Kancah Dunia. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Marshall
C.G., 1999. “The Venture of Islam, Conscience and History in a World
Civilazation.” Volume One. The Classical Age of Islam. Book One : The
Islamic Infusion Genesis a New Social Order. Cetakan Pertama. Jakarta:
Paramadina.
Taylor,Alan
R., Pergeseran-Pergeseran Aliansi dalam Sistem Perimbangan Kekuatan Arab,
Amarpress, 199
Timur
Tengah dalam Sejarah Penamaannya, dan Kedudukannya sebagai Pusat Peradaban
Iskam”. http://id.wikipedia.org/wiki/Timur_Tengah,2008.Dari Wikipedia bahasa
Indonesia.
No comments:
Post a Comment