Ihab-Hassan--seorang
penulis kelahiran Mesir, dalam 'Postmodern American Fiction:
A Norton Anthology' (1998) merangkum perbedaan-perbedaan
antara posmodernisme dan modernisme sebagai berikut:
MODERNISM X POSTMODERNISM
bentuk (konjungtif--terbuka)
X anti-bentuk (disjungtif--tertutup)
tujuan X bermain
rancangan X kesempatan
hierarki X anarki
objek-seni X proses-seni
keberjarakan X partisipasi
sintesis X antitesis
keberadaan X ketidakberadaan
pemusatan X penyebaran
metafora X metonimia
seleksi X kombinasi
akar/kedalaman X kulit/permukaan
interpretasi X melawan-interpretasi
naratif X anti-naratif
paranoia X skizofrenia
tujuan X bermain
rancangan X kesempatan
hierarki X anarki
objek-seni X proses-seni
keberjarakan X partisipasi
sintesis X antitesis
keberadaan X ketidakberadaan
pemusatan X penyebaran
metafora X metonimia
seleksi X kombinasi
akar/kedalaman X kulit/permukaan
interpretasi X melawan-interpretasi
naratif X anti-naratif
paranoia X skizofrenia
Perbedaan – perbedaan antara Modernisme dan Postmodernisme Menurut Ihab
Hasan (David Harvey, 1996:9)
Modernism
|
Postmodernism
|
Modernism
|
Postmodernism
|
Romanticism/symbolism
|
Paraphysics
|
Selection
|
Combination
|
Form (conjunctive, closed)
|
Antiform (disjunctive, open)
|
Root/dept
|
Rhizoma/surface
|
Design
|
Chance
|
Signified
|
Signifer
|
Hierarchy
|
Anarchy
|
Lisible (readerly)
|
Scriptible (writerly)
|
Mastery/logos
|
Exhaustion/silence
|
Narrative/grande histoire
|
Anti-narrative/petite histoire
|
Art object/finished work
|
Process/performance/happening
|
Master code
|
idiolect
|
Creation/totalization/Synthesis
|
Decreation/deconstruction/antithesis
|
Type
|
Mutant
|
Presence
|
Absence
|
Genital/phallic
|
Polymorphous/Andro-gynuos
|
Centring
|
Dispersal
|
Paranoia
|
Schizophrenia
|
Genre/boundary
|
Text/intertext
|
Origin/cause
|
Difference/trace
|
Semantics
|
Rhetoric
|
God the Father
|
The Holy Ghost
|
Paradigm
|
Syntagm
|
Methaphysics
|
Irony
|
Hypotaxis
|
Parataxis
|
Determinacy
|
Indeterminacy
|
Metaphor
|
Metonymy
|
Transendence
|
Immanence
|
Sumber: David Harvey. The Conditions
of Postmodernity. Dalam Joice Appleby et al. (eds) Knowledge and Postmodernisme
in Historical Perspective. (New York: Routledge, 1996). P. 43.
Penelitian kualitatif postmodernisme mengacu pada
pandangan-pandangan (Michael C. Jacson:
2003) sebagai berikut:
1) Berakhirnya
kekuasaan dari narasi-narasi besar
2) Sentralitas
wacana
3) Adanya
hubungan erat kekuasaan /pengetahuan
4) Penelitian
dilakukan untuk mengungkap ketidakpastian dan mendorong resistensi bukan untuk
mempertahankan rasionalitas, prediktabilitas dan keteraturan
5) Lebih
menekankan hubungan-hubungan diskursif daripada penekanan atas bahas sebagai
cermin dari realitas
6) Pengaruh
diskursif terhadap individu
7) Hiper-realitas,
simulasi menggantikan dunia nyata dalam tatanan dunia
Dari
pembahasan tersebut, pergeseran era nampaknya
berjalan dengan perlahan tapi pasti. Pergeseran modernisme ke postmodernisme
memang bukanlah sebuah revolusi yang tiba-tiba, tetapi lebih merupakan sebuah
proses yang berlangsung dalam rentang waktu tertentu. Ketidakpuasan terhadap
hasil era modern tidak terlalu menonjol sampai adanya ancaman bagi umat manusia
yang jelas diketahui bersama, e.g. perang nuklir; sejak itulah modernitas
dianggap lebih menghasilkan kecemasan daripada kesejahteraan. Dengan demikian,
modernisme jelas bukanlah sebuah idealisme yang dapat diterima secara utuh.
Pemikiran pun bergeser ke arah yang dianggap lebih baik dan disinilah
postmodernisme mengambil peran utamanya.
Referensi:
David Harvey. 1989. The Condition of Postmodernity. Oxford:
Basil Blackwel
Michael C. Jacson. 2003. System Thinking Creative Holism for Manager. West Sussexx: John
Willey & Son Ltd.
No comments:
Post a Comment