HIDUP SEHAT DENGAN TOKWARE
Oleh
Khopipah Assonda (Dusan Jabar 2016)
Dr. Irena Novarlia, M.Pd (Pendamping Dusan Jabar)
(SMPN 1
Cimalaka Kabupaten Sumedang)
ABSTRAK
Fokus
karya tulis ini adalah hidup sehat dengan tokware, dilatar belakangi oleh
terdapatnya kebiasaan masyarakat menggunakan air
minum dalam kemasan yang sangat berbahaya bagi kesehatan baik kandungan isi maupun
kemasannya. Berkaitan dengan hal
tersebut penulis mengajukan
gagasan hidup sehat dengan tokware sebagai alat untuk menyimpan air yang
terbuat dari batok kelapa. Hasil penelitian menunjukan bahwa tokware dapat dijadikan sebagai salah satu solusi
alternatif pengganti kemasan air minum yang ramah lingkungan. Tokware dengan
bahan yang sesuai standar dapat digunakan beberapa kali dan aman terhadap
kesehatan. Apabila sudah tidak terpakai pun dapat dibusukkan dan dibuat menjadi
kompos. Bersahabat dengan alam tidak harus dengan sesuatu yang ekstrim tetapi
dapat di lakukan dari sesuatu yang kecil seperti hidup sehat dengan menggunakan
tokware dimulai dari diri sendiri.
Kata kunci: hidup,
sehat, tokware
A.
PENDAHULUAN
Saat ini, penggunaan
minuman kemasan sangat mudah ditemukan di lingkungan masyarakat Indonesia yang
sudah mulai tertulari gaya hidup praktis di segala bidang kehidupan. Di kantin
SMP I Cimalaka, ratusan gelas air minum kemasan sangat laris terjual setiap
harinya. Kemasan-kemasan minuman zaman dahulu seperti kendi dari tanah liat,
labu botol, kele, lodong, dan batok kelapa semakin ditinggalkan. Padahal, gaya
hidup tersebut bertentangan dengan wacana kesehatan dan kelestarian lingkungan
hidup. Kemasan produk minuman tersebut pada umumnya berbentuk kaleng atau
plastik termasuk jenis sampah yang sulit di daur ulang atau non organik. Membutuhkan
waktu puluhan bahkan ratusan tahun bagi alam untuk mengurainya, membuat tanah
kehilangan kesuburannya. Tidak hanya itu, keseimbangan lapisan ozon terganggu
dan akhirnya pemanasan global menjadi ancama terbesar umat manusia.
Menurut hasil
penelitian Komite Masyarakat Anti Bahan Pengawet (Kombet), Sucofindo Jakarta, M-Brio
Bogor, dan Biopharmaka Research
Center IPB di Bogor pada bulan Oktober-November (2012) bahwa “kemasan produk
minuman merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi dari produk
minuman tersebut”. Berbahaya, karena sebagian besar minuman kemasan menggunakan
bahan-bahan kimia sebagai pengawet, apabila digunakan dapat menimbulkan
keracunan, alergi, dan kanker. Berdasarkan data Jambeck (Wahyuni, 2016), Indonesia berada di
peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik sebesar 187,2 juta ton/tahun
setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton/tahun.
Berdasarkan
permasalahan tersebut, muncul pemikiran menggunakan bahan alternatif kemasan
minuman yang ramah lingkungan. Gagasan yang diajukan dalam karya tulis ini
adalah menggunakan kembali batok kelapa (tokware) sebagai alat untuk menyimpan
air. Walaupun hal tersebut bukan satu-satunya
cara, tetapi penulis harapkan dapat menjadi salah satu solusi alternatif dalam
menghadapi persoalan bahaya minuman kemasan baik bagi kesehatan maupun
kelestarian lingkungan bagi pelajar khususnya dan masyarakat umumnya.
B.
PEMBAHASAN
1.
Kondisi Terkini Masyarakat Terkait Dengan Penggunaan Minuman
Kemasan
Begitu
banyak minuman kemasan yang menarik dengan berbagai merk dagang mendorong masyarakat
yang sedang kehausan tanpa banyak berpikir untuk segera meminumnya. Minuman
kemasan dapat dengan mudah ditemukan; di kantin sekolah, terminal, pasar,
supermarket dan tempat umum lainnya. Berbeda dengan jajanan lainnya yang tidak
menggunakan kemasan, minuman ini tampak menarik dengan harga murah dan berbagai
rasa dan warna yang bermacam-macam seperti hijau untuk apel, ungu untuk anggur,
merah untuk stroberi dikemas dalam gelas tertutup atau botol sehingga sepintas
kebersihannya terjaga.
Tahukah Anda, apabila
minuman kemasan ini dikonsumsi secara terus menerus memiliki dampak yang
berbahaya bagi kesehatan? Berbahaya, karena sebagian besar minuman kemasan
menggunakan bahan-bahan kimia sebagai pengawet dengan tujuan untuk menghambat
kerusakan, pembusukan, dan juga memperpanjang usia minuman. Beberapa minuman
kemasan yang beredar di pasaran saat ini mengandung bahan pengawet cukup
berbahaya seperti natrium benzoat dan
kalium sorbat yang salah satunya
dapat menyebabkan penyakit lupus
Kandungan isi
berbahaya, kemasan minumannya pun berbahaya. Karena, mengandung dioksin dan paling
mudah dipalsukan, terutama yang dikemas dengan gelas plastik atau botol. Hasil
penelitian menujukkan, total sampah Indonesia pada tahun 2019 diperkirakan
mencapai 68 juta ton, 14% di antaranya merupakan sampah plastik dan lebih dari
1 juta kantong plastik digunakan setiap menitnya serta 50% dari kantong plastik
tersebut dipakai hanya sekali lalu langsung dibuang. Dari angka tersebut, hanya
5% yang benar-benar dapat di daur ulang (Newswire, 2016).
2.
Beberapa Solusi
Alternatif yang Pernah Ditawarkan
Berbagai solusi alternatif yanag
pernah ditawarkan sebelumnya dan sampai sekarang masih dilakukan, diantaranya:
a) Pembinaan 3R yaitu Reduce atau pengurangan jumlah sampah
minuman, Reuse atau penggunaan
kembali sampah – sampah minuman kemasan yang masih bisa digunakan, dan Recycle
atau pendaur ulangan sampah minuman kemasan untuk dijadikan barang lain
yang mempunyai nilai guna maupun nilai jual. seperti: vas bunga dan tas
b) Mengenali minuman kemasan palsu
c) Pemusnahan
sampah plastik dengan cara dibakar.
d) Mengetahui bahan
dasar dari plastik yang aman untuk dipakai melalui kode dan simbol. Antara lain
1
|
|
Botol jenis PETE/PET ini
disarankan hanya untuk sekali pakai.
|
2
|
|
HDPE hanya untuk sekali pakai
|
3
|
|
PVC yaitu jenis plastik yang
paling sulit didaur ulang. Hindari plastik jenis ini
|
4
|
|
LDPE baik untuk tempat makanan
|
5
|
Jenis PP (polypropylene) produk
ini aman
|
|
6
|
|
PS harus dihindari
|
7
|
|
OTHER tidak dianjurkan
dipergunakan.
|
Sumber: Haitsams (2011)
Daur ulang dan
pelarangan penggunaan minuman kemasan tidak bisa dijalankan dengan baik di
Indonesia, bahkan belum ada negara di dunia yang sudah melarang penggunaan
plastik untuk kemasan makanan. Larangan penggunaan minuman kemasan yang dilaksanakan
pada beberapa Negara hanya berkaitan dengan masalah lingkungan. (Budiman,
2009). Setelah mengetahui bahaya minuman kemasan, bukan berarti tidak boleh
mengkonsumsi minuman tersebut, tetapi dituntut untuk berhati-hati dalam memilih
produk minuman kemasan yang banyak beredar saat ini. Nah, bukankah lebih baik
mencegah daripada mengobati! Mulai dari sekarang, biasakan membawa bekal air
dari rumah dengan menggunakan tempat air minum ramah lingkungan seperti tokware.
3.
Hidup Sehat
dengan Tokware
Apa itu Tokware?
Tokware berasal dari dua kata “Tok” artinya batok dan “Ware” artinya wadah.
Jadi tokware adalah wadah tempat penyimpanan air minum yang terbuat dari batok
buah pohon kelapa. Batok kelapa biasanya
memegang peranan tidak terlalu penting seringkali hanya dijadikan kayu bakar.
Padahal, apabila di reuse menjadi tokware
akan memiliki nilai jual tinggi. Alat dan bahan yang perlu dipersiapkan untuk membuat
tokware adalah.
a)
Pilihlah
batok kelapa yang sudah benar-benar tua dan kering, mempunyai ciri-ciri bagian
potongannya mempunyai warna sedikit kehitaman.
b)
Siapkanlah
alat-alat yang dibutuhkan untuk mengolah batok kelapa seperti gergaji, pisau,
pecahan kaca, lem kayu, amplas, dan daun pisang kering.
c)
Persiapan
batok kelapa agar dapat diolah menjadi tokware dengan cara:
1)
Bersihkan
serabut kasar yang ada di permukaan batok kelapa menggunakan pecahan kaca atau
pisau.
2)
Bersihkan
sisa serabut halus pada permukaan batok menggunakan amplas kasar, lalu gunakan
amplas halus untuk menghaluskan permukaan batok secara merata.
3)
Agar
permukaan batok bisa mengkilat gosok permukaan batok menggunakan daun kering
secara berulang sampai terlihat mengkilat.
4)
Langkah
terakhir adalah memotong batok untuk lubang air sesuai dengan pola tokware yang
akan dibuat, untuk memotongnya gunakan gergaji besi.
Mengapa
dinamakan tokware? ini adalah sebutan tempat air minum dari batok agar lebih
modern menyeimbangkan dengan berbagai tempat air minum yang beredar dengan merk
ternama saat ini. Nah. Mengapa pula harus
memulai hidup sehat dengan tokware? Karena tokware merupakan tempat air minum yang
ramah lingkungan. Selain bentuk dan keunikannya pemakaian tokware memiliki
berbagai keuntungan salah satunya meneruskan tradisi nenek moyang yang
menggunakannya untuk menyimpan air minum dan mengurangi penumpukan sampah serta
menjaga kelestarian lingkungan. Pemilihan batok sendiri sebagai bahan utama tokware
bukan tanpa alasan. Batok yang berasal dari buah pohon kelapa dipilih karena
mampu bekerja sebagai isolator alami, ringan dan juga terlihat cantik ketika
dibentuk, selain itu, juga mampu meredam benturan. Alasan lainnya, pohon kelapa
adalah tanaman yang mudah ditanam dan cepat tumbuh sehingga untuk
mempertahankan daur siklusnya tidaklah sulit.
Bersahabat
dengan alam tidak harus dengan sesuatu yang ekstrim tetapi dapat dilakukan dari
sesuatu yang kecil dengan menggunakan tokware dan dapat dimulai dari diri
sendiri. Jika Anda cinta lingkungan mari bersama-sama menjaga lingkungan, salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah memakai tokware sebagai tempat minum yang
ramah lingkungan kemanapun dan dimanapun!”
4.
Manfaat Dari
Gagasan Yang Diajukan
Manfaat yang dapat
diperoleh dari gagasan hidup sehat dengan tokware adalah dapat dijadikan solusi
alternatif tempat menyimpan air minum ramah lingkungan yang tidak mengandung
bahan kimia berbahaya terutama bagi kesehatan manusia. Tokware berbahan dasar
tumbuhan, apabila sudah tidak terpakai dapat langsung dibuang karena tanah akan
dengan mudah menguraikannya atau dibusukkan dan dibuat menjadi kompos..
C.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Minuman kemasan
tidak hanya berbahaya bagi tubuh tetapi juga mengancam keselamatan lingkungan. Kandungan
isi dan kemasannya sangat berbahaya. Kandungan air dalam minuman kemasan
sebagian besar mengandung zat pengawet berbahaya seperti; natrium benzoat dan kalium sorbat yang dapat menyebabkan
penyakit lupus dan sisa kemasannya pun mengandung zat dioksin, jika dipakai
secara berulang dapat menyebabkan penyakit kanker. Solusi alternatif yang dapat
dilakukan adalah dengan menggunakan tokware sebagai tempat menyimpan air minum
yang aman bagi kesehatan dan mengurangi penumpukan sampah kemasan bagi
kelestarian lingkungan.
2.
Rekomendasi
a)
Pemerintah
memberikan berbagai penyuluhan yang dapat mengubah budaya masyarakat mengurangi
penggunaan minuman kemasan.
b) Pemerintah
melalui kementerian usaha kecil dan menengah memberikan bantuan modal kepada
masyarakat yang akan memulai industri kecil pembuatan tokware
c)
Kepala
sekolah membuat kebijakan yang mewajibkan peserta didik membawa tokware.
D.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Arip. 2009. Pemanfaatan Bakteri Pseudomonas putida untuk Mengurai Styrofoam.
dalam http://www.kabarinews.com.
Diunduh 02
Mei 2016.
Haitsams, Ummu Aisyah. 2011. Awas Bahaya Plastik. Dalam http://www.asya84/woedpress.com. Diunduh 02 Mei 2016..
Komite Masyarakat Anti Bahan Pengawet (Kombet),
Sucofindo Jakarta, M-Brio Bogor, dan
Biopharmaka Research Center IPB. 2012.
Kemasan Mengandung Zat Berbahaya. Dalam
http://www.scribd.com/doc. Diunduh 02 Mei 2016.
Newswire. 2016. Pengurangan
Sampah Plastik Ditargetkan 1,9 Juta Ton. Dalam http://industri.bisnis.com. Diunduh 02 Mei 2016.
Wahyuni, Tri. 2016. Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Ke-dua Dunia. Dalam http://www.cnnindonesia.com. Diunduh 02 Mei 2016.
No comments:
Post a Comment