KELE KUNO YANG RAMAH LINGKUNGAN
Oleh
Desi Ratnasari (Dusan
Jabar 2012)
Dr. Irena Novarlia,
M.Pd (Pendamping Dusan Jabar)
SMP Negeri 1
Cimalaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Saat
ini minuman kemasan sangat mudah ditemukan di sekitar kita. Minuman kemasan
banyak dipilih oleh masayarakat Indonesia yang sudah mulai tertulari gaya hidup
praktis di segala bidang kehidupan, kemasan-kemasan minuman zaman dulu seperti
kendi dari tanah liat, labu botol dan kele, lodong semakin ditinggalkan.
Padahal gaya hidup tersebut bertentangan dengan wacana kesehatan dan
kelestarian lingkungan hidup. Kemasan produk minuman tersebut biasanya
berbentuk kaleng atau plastik termasuk jenis sampah yang sulit di daur ulang
atau sampah non organik. Membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun bagi
alam untuk mengurainya, membuat tanah kehilangan kesuburannya. Tidak hanya itu,
keseimbangan lapisan ozon terganggu dan akhirnya pemanasan global menjadi
ancama terbesar umat manusia.
Data
National Academy Of Sciences (2011) menyebutkan, setiap tahunnya 6,4 juta ton
sampah dan botol plastik masuk dan dibiarkan menjadi sampah di laut.
Diperkirakan untuk satu botol soda dibutuhkan waktu satu juta tahun untuk dapat
diurai alam, sedangkan botol yang terbuat dari aluminium membutuhkan waktu 100
tahun untuk dapat terurai. Sementara itu, berdasarkan data Jambeck (2015),
Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang
mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton.
Kemasan
produk minuman pun merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi dari
produk minuman tersebut. Berbahaya karena sebagian besar minuman kemasan
menggunakan bahan-bahan kimia sebagai pengawet yang apabila digunakan dapat
menimbulkan keracunan, alergi, dan kanker. Ini merupakan hasil penelitian
Komite Masyarakat Anti Bahan Pengawet (Kombet), Sucofindo Jakarta, M-Brio
Bogor, dan Biopharmaka Research Center IPB di Bogor pada bulan Oktober-November
(www//scrib.com 2012).
Berpijak
dari permasalahan tersebut, muncul pemikiran menggunakan bahan alternatif
kemasan minuman yang ramah lingkungan. Gagasan yang diajukan dalam karya tulis
ini adalah menggunakan kembali kele sebagai alat untuk menyimpan air. Walaupun hal tersebut bukan satu-satunya
cara, tetapi penulis harapkan dapat menjadi salah satu solusi alternatif dalam
menghadapi persoalan bahaya minuman kemasan baik bagi kesehatan maupun
kelestarian lingkungan.
B.
Perumusan
Masalah
Dari
latar belakang yang telah disampaikan, maka perumusan masalah yang dapat
penulis sampaikan antara lain:
1. Apakah bahaya minuman kemasan?
2. Mengapa kele kuno dan ramah lingkungan?
C.
TUJUAN
Penulisan
karya tulis ini dilakukan dengan tujuan mengoptimalkan kembali kele sebagai
tempat menyimpan air minum yang ramah lingkungan untuk mengurangi bahaya penggunaan
minuman kemasan.
D.
MANFAAT
Manfaat
yang diharapkan penulis dari karya tulis ini adalah sebagai rujukan bagi
seluruh pelajar dan lapisan masyarakat akan bahaya dari pemakaian minuman
kemasan dan yang paling penting adalah memberikan sedikit pengetahuan kepada
masyarakat luas guna kesadaran dan mawas diri terhadap bahaya minuman kemasan
terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan.
BAB II
BAGIAN INTI
A.
Kondisi
Terkini Masyarakat Terkait Dengan Penggunaan Minuman Kemasan
Di
sekitar kita begitu banyak minuman kemasan yang menarik dengan berbagai merk
mendorong mereka terutama yang sedang kehausan tanpa banyak berpikir untuk segera
meminumnya.
Minuman
kemasan dapat dengan mudah kita temui di kantin sekolah, di terminal, di pasar,
di supermarket dan tempat umum lainnya. Berbeda dengan jajanan lainnya yang
tidak menggunakan kemasan, minuman ini tampak menarik dengan harga murah dan berbagai
rasa dan warna yang bermacam-macam seperti hijau untuk apel, ungu untuk anggur,
merah untuk stroberi dikemas dalam gelas tertutup atau botol sehingga sepintas
kebersihannya terjaga. Sebagian besar masyarakat terutama anak-anak mungkin
tidak mengetahui, semua rasa itu tidak selalu terbuat dari buah atau bahan
asli. Seringkali rasa buatan itu terbuat dari bahan-bahan kimia.
Tahukah
Anda apabila minuman kemasan ini dikonsumsi secara terus menerus memiliki
dampak yang berbahaya bagi kesehatan? Berbahaya karena sebagian besar minuman
kemasan menggunakan bahan-bahan kimia sebagai pengawet dengan tujuan untuk
menghambat kerusakan, pembusukan, dan juga memperpanjang usia minuman. Adapula
minuman kemasan yang memakai bahan pewarna pakaian yang apabila digunakan dapat
menimbulkan keracunan, alergi, dan kanker. Beberapa minuman kemasan yang
beredar di pasaran saat ini mengandung bahan pengawet cukup berbahaya seperti
natrium benzoat dan kalium sorbat yang salah satunya dapat menyebabkan penyakit
lupus. Ini merupakan hasil penelitian Komite Masyarakat Anti Bahan Pengawet
(Kombet), Sucofindo Jakarta, M-Brio Bogor, dan Biopharmaka Research Center IPB
di Bogor pada bulan Oktober-November (www//scrib.com
2012).
Selain
kandungan isi yang berbahaya, kemasan minumannya pun seperti botol plastik
berbahaya karena mengandung dioksin dan paling mudah dipalsukan, terutama yang
dikemas dengan gelas plastik atau botol. Itu karena gelas atau botol yang
digunakan dapat di pakai ulang. Berbeda dengan minuman kemasan dalam bentuk
kardus atau kaleng. Minuman yang dikemas dalam kardus biasanya mudah basi
setelah dibuka, sementara minuman kaleng sulit didaur ulang.
Data National Academy Of Sciences menyebutkan,
setiap tahunnya 6,4 juta ton sampah dan botol plastik masuk dan dibiarkan menjadi
sampah di laut. Diperkirakan untuk satu botol soda dibutuhkan waktu satu juta
tahun untuk dapat diurai alam, sedangkan botol yang terbuat dari aluminium
membutuhkan waktu 100 tahun untuk dapat terurai. (Koran Jakarta, 2011).
B.
Beberapa
Solusi Alternatif yang Pernah Ditawarkan
Berbagai solusi alternatif yanag pernah ditawarkan
sebelumnya dan sampai sekarang masih dilakukan, diantaranya:
1. Pembinaan 3R
yaitu Reduce atau pengurangan jumlah
sampah minuman kemasan yaitu dengan menggunakan wadah yang khusus digunakan
untuk minuman sebagai pengganti wadah plastik, Reuse atau penggunaan kembali sampah – sampah minuman kemasan yang
masih bisa digunakan, dan Recycle atau pendaur ulangan sampah minuman kemasan
untuk dijadikan barang lain yang mempunyai nilai guna maupun nilai jual.
seperti: vas bunga, tas, dan beberapa produk lain kerajinan tangan
2. Mengenali
minuman kemasan palsu dengan langkah-langkah:
a. Sebelum
minum amati bagian bawah botol kemasan, jika terdapat guratan bekas dilubangi,
artinya minumanmu itu sudah diisi ulang. Untuk minuman kemasan gelas,
perhatikan permukaannya dengan cara diterawang.
b. Teteskan
minumanmu pada selembar kain, minuman palsu biasanya menggunakan zat pewarna
baju. Warna itu tidak akan hilang.
c. Pada
beberapa minuman, misalnya teh kemasan, akan mengalami perubahan rasa menjadi
asam jika lebih dari dua hari tidak terjual. (http://www.igcomputer.com)
3. Pemusnahan
sampah plastik dengan cara dibakar. Ini masih menjadi cara yang banyak
dilakukan oleh sebagian besar masyarakat
dalam menanggulangi masalah sampah plastik.
4.
Sebelum menggunakan kembali botol dari
bekas minuman kemasan tersebut, hendaknya masyarakat mengetahui bahan dasar
dari plastik-plastik yang aman untuk dipakai. Caranya dengan melihat simbol
atau kode yang biasanya tertera di bawah produk plastik tersebut. Kode dan
simbol tersebut sangat penting untuk diketahui karena berkaitan dengan jenis
bahan serta cara dampak pemakaiannya. Kode-kode yang menandakan bahan pembuatan
plastik kemasan dikeluarkan oleh The Society of Plastic Industry
pada tahun 1998 di Amerika Serikat dan diadopsi oleh lembaga-lembaga
pengembangan sistem kode, seperti ISO (International Organization for Standarization).
1
|
|
Botol
jenis PETE/PET ini disarankan hanya untuk sekali pakai.
|
2
|
|
HDPE
hanya untuk sekali pakai
|
3
|
|
PVC
yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. Hindari plastik jenis ini
|
4
|
|
LDPE
baik untuk tempat makanan
|
5
|
Jenis
PP (polypropylene) produk ini aman
|
|
6
|
|
PS
harus dihindari
|
7
|
|
OTHER
tidak dianjurkan dipergunakan.
|
Sumber:http://asya84.wordpress.com
Kenyataan
dari upaya-upaya yang telah dilakukan sebelumnya tersebut kurang efektif. Daur
ulang dan pelarangan penggunaan minuman kemasan tidak bisa dijalankan dengan
baik di Indonesia, bahkan belum ada negara di dunia yang sudah dapat melarang
penggunaan plastik untuk kemasan makanan. Larangan penggunaan minuman kemasan
yang dilaksanakan pada beberapa Negara hanya berkaitan dengan masalah
lingkungan. (Budiman, 2009).
Kebiasaan
mengisi ulang botol minuman kemasan seringkali dilakukan oleh masyarakat.
Karena merasa sayang membuang kemasan yang masih bagus, botol minuman kemasan
itu dipergunakan berulang-ulang. Padahal, bahaya kesehatan mengintai dari balik
kemasan botol plastik air mineral yang diisi berulang-ulang..
Setelah
kita mengetahui bahaya minuman kemasan, bukan berarti kita tidak boleh
mengkonsumsi minuman tersebut akan tetapi kita dituntut untuk berhati-hati
dalam memilih produk minuman kemasan yang banyak beredar sekarang ini. Jika
suatu saat lupa membawa bekal air, kamu bisa membeli minuman kemasan air putih
atau air mineral saja, lebih segar dan lebih sehat.
Nah, bukankah lebih baik mencegah daripada
mengobati? Mulai dari sekarang, biasakan membawa bekal air dari rumah dengan
menggunakan tempat air minum ramah lingkungan seperti kele.
C.
Kele
Kuno yang Ramah Lingkungan
Apa itu Kele? Kele adalah botol tempat
penyimpanan air minum yang fleksibel dan bisa kita gunakan kemana-mana.
Beraneka macam bentuk dan tentunya dapat dibuat oleh kita sendiri, sesuai
dengan kekreatifan masing-masing sehingga kele menjadi keren dan unik.
Kele ini terbuat dari bambu, yang
umumnya banyak sekali ditemukan di daerah pedesaan di Indonesia. Dalam
kehidupan masyarakat, bambu memegang peranan sangat penting. Bahan bambu
dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan,
antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah
dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu
bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan lain karena banyak ditemukan
di sekitar pemukiman pedesaan. Bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat
pedesaan.
Tanaman bambu di
Indonesia merupakan tanaman bambu
simpodial, yaitu batang-batangnya cenderung mengumpul didalam rumpun karena percabangan
rhizomnya di dalam tanah cenderung mengumpul (Sindusuwarno, 1963). Seperti
halnya tebu, bambu mempunyai
ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih
kecil dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini pula tumbuh
akar-akar sehingga pada bambu
dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari
potongan-potongan setiap ruasnya, disamping tunas-tunas rimpangnya.
Berikut langkang-langkah pembuatan kele:
1. Kele
dapat dibuat dan dibentuk sesuai dengan keinginan penggunanya dengan cara
memilih bambu yang sudah cukup tua dan memiliki diameter sesuai dengan yang
kita inginkan misalnya 5-10 cm,
2. Lalu
kemudian memotong satu ruas atau lebih dari bambu tersebut, beri lubang serta buat penutupnya
3. Bentuk
kele sesuai dengan keinginan
4. Lalu
bersihkan isi dan kulit luarnya.
5. Kele
pun akhirmya siap di pakai.
Mengapa dinamakan kele? ini adalah
sebutan tempat air minum dari bambu oleh masyarakat sunda, dengan mitos karena
biasa digantungkan di “kelek” atau ketiak. Kele sudah biasa digunakan oleh
orang tua zaman dulu selain sebagai tempat air minum juga biasa digunakan untuk
tempat penyimpanan “lahang” (bahan gula aren). Hal tersebut pula yang melatar belakangi kele disebut
“kuno” dalam artian sebagian orang sudah melupakan keberadaan kele sebagai
tempat menyimpan air minum dengan menganggapnya tidak praktis dan modern.
Nah. mengapa kele disebut sebagai tempat
air minum yang ramah lingkungan? Selain
bentuk dan keunikannya juga karena bahan bakunya sangat mudah ditemukan di
Indonesia, berarti suatu keuntungan bagi kita, belum tentu negara lain memiliki
banyak species bambu. Pemakaian kele memiliki berbagai keuntungan, selain cara
untuk berhemat, memakai kele juga meneruskan tradisi nenek moyang yang
menggunakannya untuk menyimpan air minum. Selain itu untuk mengurangi
penumpukan sampah dan menjaga kelestarian lingkungan.
Pemilihan bambu sendiri sebagai bahan
utama kele bukan tanpa alasan. Bambu dipilih karena mampu bekerja sebagai
isolator alami, ringan dan juga terlihat cantik ketika dibentuk, selain itu
bambu juga mampu meredam benturan. Alsaan lainnya, bambu adalah tanaman yang
mudah ditanam dan cepat tumbuh sehingga untuk mempertahankan daur siklusnya
tidaklah sulit. Hal inilah yang membuat kele disebut sebagai tempat minum ramah
lingkungan.
Mengapa
menggunakan bambu? Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang bambu.
1. Sumberdaya
terbarukan. Bambu dapat dipanen dalam waktu hanya 3-5 tahun dibandingkan dengan
20-50 tahun pada kebanyakan jenis kayu keras. Produksi biomasa bamboo
diperkirakan sekitar 20-30 ton per hektar pet tahun.
2. Berlimpah.
Ada lebih dari 1.500 spesies di seluruh dunia, di Indonesia juga ditemukan
lebih dari 100 jenis bambu yang hampir seluruhnya dapat dimanfaatkan.
3. Lebih
kuat dari baja. Jenis-jenis bamboo tertentu memiliki kekuatan tensil hingga
28.000 per inci, dibandingkan dengan baja yang memiliki tensil 23.000.
4. Meningkatkan
pendapatan petani. Bambu tumbuh di kawasan pedesaan dan kebanyakan dimiliki
oleh petani miskin. Memanfaatkan bambu secara lestari dapat membantu menambah
penghasilan petani.
5. Rumah
yang aman. Lebih dari satu miliar orang tinggal di rumah bambu. Dalam berbagai
kejadian, rumah bambu terbuki tahan terhadap gempa bumi.
6. Eksotis,
indah. Bambu secara alami adalah bahan yang indah dan eksotis, dapat
diaplikasikan menjadi berbagai macam produk yang bermanfaat. Beranda Sahabat
bambu (http://www.sahabatbambu.com/)
Sudah tidak zamannya lagi menganggap
untuk menyelamatkan bumi harus dengan tindakan yang besar, menanam satu juta
pohon atau berhenti sama sekali tidak memakai kendaraan!! Bersahabat dengan
alam tidak harus dengan sesuatu yang ekstrim, tetapi dapat kita lakukan dari
sesuatu yang kecil dengan menggunakan kele dan dapat dimulai dari diri kita
sendiri. Sesuatu yang kecil tersebut, apabila menjadi sebuah gerakan yang aktif
dan besar, tentunya akan memiliki dampak yang besar pula.
Penggunaan kele dapat dijadikan sebagai
salah satu solusi alternatif pengganti bahan kemasan yang dapat menimbulkan
bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan hidup. Kele dengan bahan yang sesuai
dengan standar dapat digunakan beberapa kali dan aman terhadap kesehatan. Selain
itu apabila kele sudah tidak terpakai maka dapat dibusukkan dan dibuat menjadi
kompos.
Bagaimanapun manusia mempunyai ketergantungan
terhadap teknologi. Pada hakikatnya teknologi bertujuan untuk meningkatkan
taraf hidup manusia dan membuatnya lebih efektif, efisien dan tentunya mudah.
Kita tidak bisa melawan pembangunan, yang kita lakukan hanyalah berteman. Jika
Anda cinta lingkungan mari kita bersama-sama menjaga lingkungan kita, salah
satu cara yang bisa kita perbuat adalah memakai kele kuno sebagai tempat minum yang ramah
lingkungan kemanapun dan dimanapun!
Always
remember to use as a place to drink cool kele environmentally friendly, and
start slowly to not use bottled drinks and glasses. Begin to say "NOT TO
DRINK PACKAGING”
D.
Implementasi Dari Gagasan Yang Diajukan.
1. Pemerintah
memberikan berbagai penyuluhan yang dapat mengubah budaya masyarakat mengurangi
penggunaan minuman kemasan dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk
menjaga kesehatan dan tidak merusak lingkungan dengan sampah.
2. Pemerintah
melalui kementrian usaha kecil dan menengah memberikan bantuan modal kepada
masyarakat terutama petani yang akan memulai industri kecil pembuatan kele dan
membantu pemasarannya bekerjasama dengan Supermarket maupun Minimarket sebagai
tempat menyimpan air minum yang ramah lingkungan.
3. Kepala
sekolah membuat kebijakan yang mewajibkan peserta didik membawa kele sebagai
tempat menyimpan bekal air minum ketika ke sekolah dan selalu menjaga
kebersihan lingkungan.
E. Manfaat Dari Gagasan Yang Diajukan
Manfaat yang dapat diperoleh dari
gagasan pemakaian kele kuno sebagai tempat menyimpan air minum yang ramah
lingkungan tidak mengandung bahan kimia berbahaya terutama bagi kesehatan
manusia, dibandingkan bila menggunakan minuman dalam kemasan yang banyak
mengandung bahan-bahan kima berbahaya seperti zat dioksin, jika dipakai secara
berulang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Kele berbahan dasar
tumbuhan maka apabila sudah tidak terpakai lagi bisa langsung dibuang karena
tanah akan dengan mudah bisa menguraikannya. Kemudian jika dibuka industri
pembuatan kele tempat menyimpan air minum dari bambu ini secara otomatis bisa
menyerap tenaga kerja yang sangat banyak, dan membatu mensejahterakan petani.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Minuman
kemasan tidak hanya berbahaya bagi tubuh tetapi juga mengancam keselamatan
lingkungan kita. Kandungan air dalam minuman kemasan sebagian besar mengandung
zat pengawet berbahaya seperti natrium benzoat dan kalium sorbat yang
diantaranya dapat menyebabkan penyakit lupus dan sisa kemasannya pun mengandung
zat dioksin, jika dipakai secara berulang dapat menyebabkan kanker dan tidak
semuanya dapat di daur ulang serta paling mudah dipalsukan terutama yang
dikemas dengan gelas plastik atau botol. Solusi alternatif yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan kele sebagai tempat menyimpan air minum yang aman
bagi tubuh dan juga mengurangi penumpukan sampah kemasan bagi kelestarian
lingkungan. Bawalah kele kemanapun dan dimanapun!
B.
Saran
1. Pemerintah
memberikan berbagai penyuluhan yang dapat mengubah budaya masyarakat mengurangi
penggunaan minuman kemasan dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk
menjaga kesehatan dan tidak merusak lingkungan dengan sampah.
2. Kepala
sekolah membuat kebijakan yang mewajibkan peserta didik membawa kele sebagai
tempat menyimpan bekal air minum ketika ke sekolah dan selalu menjaga
kebersihan lingkungan
3.
Pemerintah melalui kementrian usaha
kecil dan menengah memberikan bantuan modal kepada masyarakat terutama petani yang
akan memulai industri kecil pembuatan kele dan membantu pemasarannya
bekerjasama dengan Supermarket maupun Minimarket sebagai tempat menyimpan air
minum yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne. 2012. Minuman Ale-Ale: Gaya Hidup Praktis Masyarakat Kota. Dalam http://www.Annwahira.com. Diunduh 30 Februari 2012
Brunchadmin. 2011. Bamboo Water Bottle Tempat Minum Keren Ramah Lingkungan. Dalam http://www.sahabatbambu.com. Diunduh 30
Februari 2012.
Budiman, Arip. 2009. Pemanfaatan Bakteri Pseudomonas putida untuk Mengurai Styrofoam.
dalam b http://www.kabarinews.com/printFriendly.cfm?articleID=33398.
Diunduh
22 Februari 2012
Edukasia. 2011. Wadah
Tempat Menyimpan Benda-Benda. Dalam http://koran-jakarta.com. Diunduh 22 Februari 2012
Haitsams, Ummu Aisyah. 2011. Awas Bahaya Plastik. Dalam http://www.asya84/woedpress.com. Diunduh 30 Februari 2012.
Komite Masyarakat Anti Bahan Pengawet (Kombet),
Sucofindo Jakarta, M-Brio Bogor, dan
Biopharmaka Research Center IPB. 2012.
Kemasan Mengandung Zat Berbahaya. Dalam
http://www.scribd.com/doc/35281251/. Diunduh 22 Februari 2012
Krisdianto, Ginuk Sumarni, Ismanto Agus. 2007. Sari Hasil
Penelitian Bambu. Dalam http://www.dephut.go.id. Diunduh 30 Februari 2012.
Wahyuni, Tri. 2016. Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Ke-dua Dunia. Dalam http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup. Diunduh 02 Mei 2016.
No comments:
Post a Comment