Thursday 14 November 2019

Organisasi Pergerakan Nasional


Organisasi Pergerakan Nasional



1.      Budi Utomo (BU)

Budi Utomo sebagai pelopor Pergerakan Nasional Indonesia yang bersifat modern yang pertama didirikan di Indonesia. Budi Utomo memiliki semboyan hendak meningkatkan martabat rakyat.
Mas Ngabehi Wahidin Sudiro Husodo, seorang dokter di Yogyakarta dan termasuk golongan priyayi rendahan. Dalam tahun 1906 dan 1907 mulai mengadakan kampanye di kalangn priyayi di pulau Jawa. Di bawah pimpinan Wahidin Sudirohusodo, diupayakan pengumpulan dana untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, didirikan Studie Fond. Studie ini merupakan badan yang bertujuan mengumpulkan dana untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada bangsa Indonesia dalam memperoleh pendidikan dan pengajaran di sekolah. Cita-cita luhur itu ternyata kurang memperoleh dukungan, khususnya, dari golongan priyayi. Usaha Wahidin Sudiro Husodo tersebut, ternyata mempengaruhi jiwa Sutomo, seorang mahasiswa STOVIA Jakarta.
Pada tanggal 20 Mei 1908, para mahasiswa STOVIA memproklamasikan berdirinya Budi Utomo. Pada kesempatan itu, Sutomo ditunjuk sebagai ketuanya. Organisasi yang baru berdiri itu menentukan keanggotaannya, dari golongan terpelajar (intelektual).
Pada awalnya, Budi Utomo bukanlah organisasi politik. Hal itu dapat dilihat dari tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Mengupayakan hubungan kekeluargaan atas segenap bangsa Bumi Putera,
b.    Mengadakan perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah,
c.     Mendirikan badan wakaf yang akan mengumpulkan dana untuk kepentingan belanja anak-anak sekolah, dan
d.    Memajukan kebudayaan dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam upaya mencapai kehidupan yang layak.
Budi Utomo mengadakan Kongres pertama di Yogyakarta, pada tanggal 3 Oktober sampai dengan 5 Oktober 1908. Dalam kongres yang dihadiri delapan cabang tersebut, dihasilkan susunan pengurus sebagai berikut:
Ketua : Raden Tumenggung Aryo Tirtokusumo (Bupati Karanganyar)
Wakil Ketua : Wahidin Sudiro Husodo
Sekretaris I : Mas Ngabei Dwidjosewojo
Sekretaris II : Raden Sostrosugondo
Bendahara : Raden Mas Panji Gondoatmodjo
Komisaris : Raden Mas Arjo Surdiputro, R.M. Panji Gondosumarjo, R. Djojosubroto, dan Tjipto Mangunkusumo.
Terpilihnya R.T.A. Tirtokusumo, seorang bupati, ialah untuk lebih memberikan kekuatan pada Budi Utomo, walaupuin dipilihnya karena ditunjuk oleh Gubernur Jenderal. Sebagai bupati, ia diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam menggalang keanggotaan Budi Utomo. Oleh karena ketuanya seorang bupati, Budi Utomo memilih garis perjuangan kooperasi, artinya bersedia bekerjasama dengan Pemerintah Kolonial Belanda.
Budi Utomo merupakan pelopor organisasi modern. Organissi ini menjadi model bagi gerakan berikutnya. Walaupun ruang lingkup kegiatan Budi Utomo terbatas pada golongan terpelajar dan wilayahnya meliputi Jawa, Madura dan Bali, akan tetapi Budi Utomo menjadi tonggak awal kebangkitan nasional. Karena itu, oleh Bangsa Indonesia, kelahiran Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 31, tanggal 16 Desember 1959.

2. Sarekat Islam (SI)

Semula, organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada tahun 1911 oleh Haji Samanhudi. Kelahiran SDI didorong dengan adanya keinginan untuk bersaing dengan pedagang Tionghoa dalam monopoli perdagangan batik di Solo. Dengan sistem monopoli yang dilakukan oleh para pedagang Tionghoa itu, para pengrajin batik yang ada di Solo sangat dirugikan, terutama dalam penentuan harga.
SDI didirikan di Kota Solo oleh H. Samanhudi dengan maksud untuk memajukan perdagangan di bawah panji-panji Islam, SDI juga memiliki tujuan seperti yang terumus dalam anggaran dasarnya sebagai berikut,
a. Mengembangkan jiwa berdagang,
b. Memberi bantuan kepada para anggotanya yang mengalami kesukaran,
c. Memajukan pengajaran dan mempercepat naiknya derajat Bangsa Bumi Putra, dan
d. Menggalang persatuan umat Islam khususnya dalam memajukan kehidupan Agama Islam.
Ruang lingkup keanggotaan SDI terbatas (hanya pedagang yang beragama Islam). Itu merupakan penghalang bagi upaya SDI untuk menjangkau keanggotaan yang lebih luas. Oleh karena itu, ada keinginan agar SDI menjelma menjadi organisasi massa. Untuk itu, pada tahun 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Dengan perubahan itu, Sarekat Islam menjadi organisasi yang terbuka sehingga memungkinkan untuk menjangkau keanggotaan yang lebih banyak karena Islam menjadi identitas pribumi.
Sarekat Islam berkembang dengan pesat karena Agama Islam menjadi motivasinya. Perkembangan Sarekat Islam amat mengkhawatirkan Belanda. Dalam rangka memantapkan keberadaan Sarekat Islam, ada upaya untuk mendapatkan badan hukum dari Pemerintah Kolonial Belanda. Karena itu, Sarekat Islam mengajukan badan hukum. Keinginan tersebut, ternyata ditolak oleh Belanda, yang memperoleh badan hukum justru Sarekat Islam lokal, sehingga terjadi perpecahan diberbagai daerah.
Perpecahan semula terjadi antara Agus Salim dan Abdul Muis dengan Semaun. Kedua tokoh itu memiliki pandangan yang bertolak belakang. Agus Salim adalah seorang yang agamis (religius), sedangkan Semaun seorang sosialis (bahkan komunis). Dalam Kongres Sarekat Islam, tahun 1921, dilakukan disiplin partai. Tidak diperkenankan adanya keanggotaan rangkap maupun jabatan rangkap antara SI dengan oraganisasi lain.


           

No comments:

Post a Comment

Keunggulan Geostrategis Indonesia

letak Indonesia berada di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia letak Indonesia berada di antara dua samudra yaitu Samudra ...