Tuesday 5 November 2019

II. Marxisme, Pada Abad Ke-19 Dan 20 Telah Mengguncang Dunia, Baik Sebagai Filsafah Maupun Sebagai Ideologi.


Marxisme, pada abad ke-19 dan 20 telah mengguncang dunia, baik sebagai filsafah maupun sebagai ideologi.
1.       Cobalah anda kaji konsep-konsepnya yang terpenting, seperti:
a.       Historis materialisme
Jawab:
Filosofi materialisme yang dikatakan Marx adalah materialisme yang menggerakkan pikiran. Penggabungan dua teori antara materialisme dan metode dialektika ini menghasilkan metode materialisme dialektika. Dalam proses analisis metode dialektika materialisme, Marx melihat materi, perlahan-lahan menganalisis hubungan-hubungan sosial yang berhubungan dengan ekonomi, tenaga kerja, politik, dll. Dalam analisa sosial sebagai kekuatan-kekuatan yang menentukan dalam sejarah manusia. Inilah yang dikatakan oleh Marx sebagai historis materialisme yang berepisentrum pada materi. Marx membangun teori historis materialisme sebagai syarat mutlak dialektika materialis. Marx menilai bahwa pada dasarnya manusia itu bebas, namun hegemoni ekonomi yang besar merubah dan menentukan karakter manusia.

Menurut Giddens (1986), Materialisme Marx tidak berangkat dari sesuatu ”posisi antologi apapun juga yang di pikirkan secara logis” materialisme hanya berangkat dari suatu bentuk pemahaman bahwa kesadaran manusia merurupakan produk intraksi antar manusia dan dunia secara dialetik,di mana di dalam intraksi tersebut, manusia secara aktif memberikan bentuk kepada dunianya,dan demikian pula sebaliknya dunia juga memberikan bentuk kepada manusia. Marx menafsirkan sejarah sebagai ”suatu proses penciptaan dan peguasaan serta penciptaan ulang dari kebutuhan manusia yang terus-menerus.” di sini konsep ”kerja”, yang berarti interaksi-kreatif antara manusia dengan alam lebih penting karena menjadi landasan dari masyarakat manusia.

Referensi:                                                                                                                                                                    
Andi M Ramly. (2000). Peta Pemikiran Karl Marx Materialisme Dialektis dan. Materialisme Historis. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara
Giddens, Anthony. (1986). Kapitalisme dan Teori-Teori Sosial Modern. Jakarta: UI Press.

b.      Teori nilai lebih
Jawab:
Menurut Marx dalam Das kapital (Susetiawan, 2000), ia menekankan bahwa untuk mengungkapkan dinamika-dinamika yang mendasar dalam sistem kapitalis sebagai sistem bekerja secara aktual. Marx menerima teori nilai tenaga kerja dari nilai pasar suatu komoditi ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang menghasilkan produksi itu. Nilai merupakan faktor utama menentukan harga komoditi.

Gagasan Marx dalam hal ini selanjutnya dikenal dengan istilah “surplus Value” atau teori nilai lebih yaitu pertukaran yang tidak proporsional antara nilai pakai dan nilai tukar. Dalam hal ini keuntungan yanng lebih besar dimiliki oleh para kapitalis, dan buruh tidak berkuasa atas nilai lebih yng telah dihasilkannya sebagai tenaga kerja.
Referensi:                                                                                                                                                     Susetiawan, DR.(2000). Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

c.       Teori konflik
Jawab:
Teori Konflik Karl Marx (1818- 1883) didasarkan pada pemilikan sarana-sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.

Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Pada abad ke-19 di Eropa di mana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar. Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka.

Referensi:                                                                                                                                                         
Susetiawan, DR.(2000). Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar                                                            
http://sriyanto-geo.blogspot.com/2010/04/perkuliahan-pis-13-april-2010-teori.html


d.      Masyarakat tanpa kelas pada Diktator Proletariat
Jawab:

Pandangan Marx tentang perdamaian adalah adanya perjuangan kelas buruh yang sampai pada pengakuan akan perlunya diktator proletariat. Hal ini merupakan upaya untuk merealisasikan masyarakat tanpa kelas. Pola kemasyarakatan ini akan membentuk sistem sosialis dimana setiap orang akan diperlukan kemampuannya dan pada setiap orang akan diberikan sesuai dengan kebutuhannya. Pemikirannya tersebut sangat dipengaruhi oleh pandanganya terhadap kapitalisme, dimana ia menganggap bahwa kapitalisme hanya akan memperbesar kesenjangan antara si kaya dan si miskin.

Seusai penghancuran kapitalisme dengan paksa, dan setelah perebutan kekuasaan yang didominasi kapitalis, maka masyarakat akan masuk dalam suatu masa yang disebut masa transisi. Dalam masa ini akan muncul kelas baru, yakni kelas proletar yang tidak hanya menekan-paksa kelas pemodal, tetapi juga bergerak merebut kekuasaan. Dan, tentunya kelas proletar akan menggunakan kekuasaan tersebut untuk mengatur masyarakat serta segenap aspek produksi. Sesudah itu akan muncul masa diktator proletariat, yakni suatu masa dimana kekuasaan dan semua aspek produksi yang dikuasai kaum proletar dipertahankan dengan cara membentuk partai tunggal yang menjadi satu-satunya jalan sah untuk memasuki ranah kekuasaan bahkan sangat menentukan kekuasaan yakni partai komunis. Demi mempertahankan keadaan-keadaan yang telah diraih lewat revolusi kaum proletar tersebut, maka Marx mensyaratkan partai komunis yang dibentuk oleh kaum proletar itu haruslah menjadi partai yang diktator.

Selanjutnya, diktator proletariat akan diarahkan menuju sebuah masyarakat yang memiliki tatanan baru. Di dalam tatanan baru itu, kelas-kelas di dalam masyarakat dihapuskan. Di dalam masyarakat yang memiliki tatanan baru tersebut, karena segenap aspek produksi dikuasai secara bersama dan diorientasikan untuk kesejahteraan bersama, maka setiap orang akan dimintai menurut kemampuannya, dan akan diberi menurut kebutuhannya. Pada akhirnya, ketika masyarakat dengan tatanan baru tersebut tercipta, dan tatanan baru tersebut telah bisa dijalankan dengan baik oleh masyarakat itu, maka perlahan-lahan keberadaan negara ditiadakan. Negara yang telah lenyap itu berganti dengan lahirnya “masyarakat komunis”, atau yang populer di kalangan sosialis sebagai “masyarakat tanpa kelas”

Referensi:
Karl Marx dan Perdamaian Oleh Fr. Wahono Nitiprawiro,Moh. Sholeh Isre,Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) hal 21


2.       Buatlah analisis tentang aplikasi Marxisme, baik secara filsafah maupun sebagai ideologi (pilih salah satu negara saja):
a.       Di Uni Soviet (1917 – 1990)
Jawab:
Uni Soviet merupakan federasi negara-negara sosialis komunis yang dirintis berdirinya oleh Lenin dengan kaum Bolsheviknya setelah dapat menggulingkan kekuasaaan Tsar Nicolas II tahun 1917 melalui Revolusi Bolshevik. Tahun 1922 Lenin mengganti Rusia menjadi Uni Soviet dengan Lenin sebagai pemimpinnya. Federasi ini beranggotakan antara lain Rusia, Lithuania, Latvia, Belarusia, Ukraina, Armenia, Georgia, dan Estonia. Mereka disatukan di bawah kekuasaan Partai Komunis Uni Soviet.

Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap faham kapitalisme di awal abad ke-19an, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut komunis teori dengan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara perjuangannya yang saling berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai masyarakat utopia.

Komunisme sebagai anti-kapitalisme menggunakan sistem partai komunis sebagai alat pengambil alihan kekuasaan dan sangat menentang kepemilikan akumulasi modal atas individu. pada prinsipnya semua adalah direpresentasikan sebagai milik rakyat dan oleh karena itu, seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara guna kemakmuran rakyat secara merata akan tetapi dalam kenyataannya hanya dikelolah serta menguntungkan para elit partai, Komunisme memperkenalkan penggunaan sistim demokrasi keterwakilan yang dilakukan oleh elit-elit partai komunis oleh karena itu sangat membatasi langsung demokrasi pada rakyat yang bukan merupakan anggota partai komunis karenanya dalam paham komunisme tidak dikenal hak perorangan sebagaimana terdapat pada paham liberalisme.

Secara umum komunisme berlandasan pada teori Dialektika materi oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan agama dengan demikian pemberian doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa "agama dianggap candu" yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata (kebenaran materi).

Marx mengklaim bahwa ajarannya bukan sekedar kerinduan etis maupun tuntutan moral, tapi berdasarkan analisis hukum perkembangan masyarakat, ajarannya disebut Sosialisme Ilmiah. Berdasarkan analisis menggunakan metode dialektika Hegelian, Marx berpendapat bahwa masyarakat berubah melalui kontradiksi-kontradiksi tertentu. Di zaman perbudakan, konflik terjadi antara “tuan” dengan “budak”, pertentangan ini selesai dengan munculnya zaman feodalisme. Masa ini tidak lagi mengenal perbudakan tapi muncul konflik kelas baru antara “tuan tanah” dan “penggarap tanah”. Feodalisme diselesaikan dengan munculnya masyarakat perkotaan yang tidak lagi terkonsentrasi pada pertanian tapi beralih pada mesin-mesin industri, di sini muncul pertentangan kelas antara kaum pemilik modal atau kapitalis dengan kaum proletar yaitu buruh. Sintesis dari pertentangan ini menurut Marx adalah hancurnya kapitalisme dan munculnya komunisme (Kurniawan, 1999: 62-63). Pemikiran Karl Marx dikembangkan oleh Vladimir Ilych Lenin, seorang pemikir sekaligus organisatoris asal Rusia. Jika Marxisme percaya pada dinamika perkembangan masyarakat terjadi lewat kemajuan ekonomi yang menimbulkan pertentangan kelas, dalam pandangan Lenin hal itu tidak cukup. Sebuah revolusi tidak akan muncul dengan sendirinya tapi harus digerakkan oleh elit revolusioner, yaitu partai komunis yang memegang monopoli kekuasaan.

Lenin mempunyai beberapa perbedaan pemikiran dengan Marx, antara lain karena perbedaan latar belakang. Marx seorang sarjana dan ahli polemik sedangkan Lenin ahli organisasi dan praktisi politik. Karl Marx percaya pada keunggulan ekonomi terhadap politik sedangkan Lenin percaya pada keunggulan Politik atas ekonomi. Jika Marx menganut keyakinan bahwa semua negara pasti akan melalui tahapan-tahapan kapitalisme sebelum menjadi matang untuk revolusi komunis, Lenin berpandangan revolusi komunis harus dilakukan oleh pimpinan komunis dan kaum revolusioner profesional dengan cara menyerang serta menghancurkan sistem sosial dan politik dalam kondisinya yang paling lemah dalam negara-negara yang perekonomiannya belum maju, tanpa harus menunggu kapitalisme menjadi matang. Jika Marx mengharapkan revolusi komunis akan memunculkan diktator proletariat yang bersifat sementara, terdiri berbagai partai dan berfungsi menghancurkan sisa-sisa terakhir kapitalisme, maka diktator dalam konsep Lenin adalah diktator yang bersifat politik, Diktator Proletariat, diktator partai komunis atas kaum proletar (Ebenstein dan Fogelman, 1987: 25-27). Dalam buku “Negara dan Revolusi”, Lenin menyatakan bahwa Diktator Proletariat bukan berarti meniadakan lembaga perwakilan maupun prosedur-prosedur pemilihan yang bebas dan demokratis. Yang ditentang oleh Lenin adalah kekuasaan atau kediktatoran borjuis yang hanya menjadikan parlemen sebagai tempat untuk membengkakkan birokrasi negara borjuis dan ajang manipulasi para politisi elite (Sudjatmiko, 2000: xv). Bentuk diktator proletariat yang jadi acuan adalah Komune Paris tahun 1817.

Menjelang akhir Perang Dunia I, tepatnya bulan Maret 1917 rezim Tsar disingkirkan melalui revolusi tak berdarah dan dibentuk pemerintahan sementara dipimpin Alexander Kerensky. Namun Kerensky dinilai tidak mampu memahami hakekat komunisme dan gagal dalam menjalankan pemerintahan barunya. Pada bulan April 1917 Kaum Bolshevik yang dipimpin Lenin dan Trotsky menjatuhkan pemerintahan sementara dan berhasil merebut kekuasaan pada bulan November 1917. Setahun kemudian Bolshevik ganti nama menjadi Partai Komunis dan pada tahun 1922 Republik Soviet non Rusia seperti Polandia, Hongaria, Cekoslovakia, Bulgaria dan Rumania bergabung dalam kesatuan Serikat Republik-Republik Soviet Sosialis (Uni Soviet). Pada tahun 1923 Soviet dipimpin oleh Stalin. Untuk mengokohkan mental anggota partai, Stalin merumuskan sebuah ideologi yang disebut Marxisme-leninisme. Ideologi ini terdiri dari tiga bagian: filsafat; ekonomi politik; strategi dan taktik perjuangan sosialis. Bagian filsafat berisi dua point, Materialisme Dialektis yang menyatakan seluruh realitas adalah hasil perkembangan materi menurut hukum dialektika dan tidak ada tuhan, sedang yang kedua Materialisme Historis berisi ajaran tentang hukum perkembangan masyarakat sebagaimana ajaran Marx-Engels. Ajaran ekonomi politiknya juga diambil dari kritik Marx terhadap kapitalisme, sedangkan strategi dan taktik perjuangannya berisi ajaran Lenin tentang perjuangan partai dan revolusi (Suseno, 1992: 53).

Sebagai ideologi, pemikiran-pemikiran Marx dan Lenin disederhanakan, diringkas, direduksi dan menuntut kepatuhan. Menurut Engels, istilah komunisme sebenarnya dipakai untuk menamakan pemikiran mereka tentang bagaimana membebaskan kaum tertindas dan untuk membedakan dari jenis sosialisme lainnya. Tapi komunisme yang dikenal kemudian adalah ajaran yang sepenuhnya bersifat ideologis, berfungsi sebagai “alat perang” untuk mencapai kemenangan. Semakin lama idologi makin mengeras dan sulit dikoreksi, penganutnya semakin buta, menyederhanakan realitas dan lama-kelamaan kehilangan akal pikirannya sendiri (Setiawan, 2000: 49). Pada awal tahun 1990 dibawah kepemimpinan Gorbacev komunisme hancur, ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet. Komunisme runtuh antara lain karena kegagalan sistem ekonomi sosialis yang dijalankannya gagal mewujudkan cita-citanya untuk mensejahterakan rakyat dan kurangnya penghargaan terhadap martabat manusia. Dalam sistem sosialisme total, ekonomi perencanaan bersifat terpusat dan tidak ada kontrol yang demokratis sehingga menghasilkan inefisiensi, salah arus, sikap acuh tak acuh, malas, tidak mempunyai motivasi, terjadi hambatan birokratis, dan korupsi yang semakin melumpuhkan perekonomian (Suseno, 1992: 54). Sebab lain keruntuhan komunis adalah gagalnya implementasi diktator proletariat dalam bentuk partai tunggal. Sebenarnya diktator proletariat merupakan bentuk transisi dari penghilangan semua kelas sosial sehingga tercipta masyarakat tanpa kelas, partai inilah yang menentukan arah gerak masyarakat selanjutnya. Namun yang muncul kemudian adalah kelas sosial baru, yaitu kelas birokrat yang menjadikan negara sebagai perusahaan raksasa (Corporate State).

Pada waktu Uni Soviet dipimpin oleh Michael Gorbachev, ia melontarkan ide pembaharuan atau restrukturisasi melalui Glasnot (Keterbukaan), dan Perestroika (demokratisasi). Hal ini dimaksudkan untuk mengejar ketertinggalan Uni Soviet dalam bidang ekonomi dan politik dibandingkan dengan negara-negara Eropa Barat. Tetapi setelah gagasan itu disampaikan oleh Michael Gorbachev muncul berbagai pergolakan di berbagai Republik bagian Uni Soviet, hingga pada akhirnya Gorbachev tidak mampu merngendalikannya. Pembaharuan dan perubahan yang tadinya dimaksudkan untuk memajukan Uni Soviet justru menjadi sebab utama runtuhnya Uni Soviet. Secara umum sebab-sebab runtuhnya Uni Soviet adalah sistem Marxisme ternyata tidak memiliki kontrol efektif baik terhadap bidang politik maupun ekonomi,
1.       Marxisme tidak memiliki kelenturan dalam menghadapi perubahan jaman,
2.       Kebijakan Gorbchevtentang Pertestroika dan Glasnot bertentangan dengan Marxisme,
3.      Adanya kebijakan lain dari Gorbachev yang membahayakan keberadaan sosialisme komunisme,antara lain:
o    menjalankan sistem pasar bebas di UnI Soviet,
o    merestui berdirinya pemerintahan koalisi non komunis di Polandia,
o    membiarkan dibukanya Tembok Berlin,
o    membiarkan diktator komunis Rumania Ceausescu dijatuhkan,
o    mengususlkan adanya ,multipartai dan dihapuskannya monopoli Partai Kominis Uni Soviet,
o    membiarkan negara-negara Eropa Timur melucuti kekuasaan partai Komunis,
4.       Marxisme yang lebih mengandalkan kekuatan kaum buruh, tidak sesuai dengan keadaan Uni Soviet yang sebagian besar penduduknya kaum petani yang ingin mempunyai hak milik.

Rererensi:                                                                                                                                                 
William Ebenstein dan Edwin Fogelman. 1987.  Isme-Isme Dewasa Ini. Jakarta: Erlangga.                                   
Suseno. FM. 1992. Motivasi Manusia dalam Budaya dan Agama. Yogyakarta: Kanisius . Susetiawan, DR. 2000. Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

No comments:

Post a Comment

Keunggulan Geostrategis Indonesia

letak Indonesia berada di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia letak Indonesia berada di antara dua samudra yaitu Samudra ...