Tuesday 5 November 2019

Pengembangan Pendidikan IPS Selalu Dipengaruhi Oleh Berbagai Faktor Yang Berkenaan Dengan Kondisi Politik, Sosial, Budaya, Ilmu Dan Teknologi Suatu Negara. Faktor-Faktor Tersebut Antara Lain Bermuara Pada Visi Pendidikan Yang Dianut, Pemahaman Pengembang Kurikulum Tentang Teori Dan Prinsip Pengembangan Pendidikan IPS. Disamping Itu Berbagai Faktor Luar Seperti Penduduk, Lingkungan Alam, “Power” Sangat Menentukan Arah, Desain, Dan Pelaksanaan Pendidikan IPS.


PERNYATAAN

Pengembangan Pendidikan IPS selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkenaan dengan kondisi politik, sosial, budaya, ilmu dan teknologi suatu negara. Faktor-faktor tersebut antara lain bermuara pada  visi pendidikan yang dianut, pemahaman pengembang kurikulum tentang teori dan prinsip pengembangan pendidikan IPS. Disamping itu berbagai faktor luar seperti penduduk, lingkungan alam, “power” sangat menentukan arah, desain, dan pelaksanaan pendidikan IPS.  


PERTANYAAN

  1. Jelaskan apa yang dimaksudkan pernyataan di atas? Berikan contoh di dua negara anggota OECD mengenai apa yang anda jelaskan!
Jawab:

IPS sebagai salah satu program pendidikan disebut sebagai syntetic science, karena konsep, generalisasi dan temuan ilmiahnya ditentukan dan diobservasi setelah fakta yang terjadi. Pendidikan IPS merupakan penyederhanaan adaptasi, seleksi, modifikasi dari disiplin akademisilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila (HISPISI Yogya, 1991). Studi sosial dan budaya pendidikan menunjukkan bahwa fungsi utama yang diemban oleh mata pelajaran IPS di sekolah menurut KTSP sebagimana yang dikemukakan oleh Hasan (2006), adalah “enkulturasi dan internalisasi tata nilai dan adat istiadat masyarakat dengan tujuan supaya nilai-nilai lama yang dianggap luhur dan sekaligus menjamin kepribadian khas masyarakat itu tidak luntur dan berubah serta tetap terjaga kelanggengannya”.
Kemajuan ilmu dan teknologi (IPTEK) telah menghadirkan warna tersendiri pada esensi dan substansi PIPS sebagai disiplin keilmuan. Hal ini semakin dipertegas dengan munculnya konsep "knowledge as power" yang dikumandangkan oleh kalangan negara-negara maju untuk menjustifikasi eksistensi dan perluasan idiologinya. Kondisi ini menjadikan tumbuh dan berkembangnya budaya materiil yang berlebihan, dimana hal tersebut kadangkala tidak dilandasi oleh nilai atau etika kemanusiaan, sehingga semakin mempertajam krisis moral-akademik di kalangan ilmuwan negara-negara barat. Di sisi lain, ada upaya dari kalangan pakar pendidikan dan politisi negara-negara sedang berkembang untuk mengimbangi kondisi tersebut dengan menjustifikasi "education as a power", yang penekanannya pada terjadinya equilibrium antara kemajuan IPTEK dengan landasan moral serta keagamaan. Upaya ini melahirkan budaya imateriil di kalangan masyarakat dunia. Kontradiksi ini menjadikan eksistensi PIPS sebagai media pengembangan dan pelatihan peserta didik sebagai warga negara yang baik semakin berat dan kompleks. Seorang guru perlu memiliki kemampuan dalam mengembangkan kurikulum pendidikan IPS dilandasi pula oleh tuntutan masyarakat dan bangsa terhadap pendidikan di dunia yang senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini membawa dampak terhadap eksistensi kurikulum di setiap negara yang akan mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan bangsanya. Bagi bangsa Indonesia, keberadaan IPS sebagai mata pelajaran di sekolah sudah tidak terbantahkan kelahirannya karena adanya kebutuhan masyarakat yang tengah berkembang menuju masyarakat maju yang beradab, adil, makmur, dan sejahtera. Arah pengembangan pendidikan ini sejalan dengan cita-cita dan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat (3) menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a      peningkatan iman dan takwa;
b      peningkatan akhlak mulia;
c      peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d     keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e      tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f       tuntutan dunia kerja;
g      perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h      agama;
i        dinamika perkembangan global; dan
j        persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan (pasal 36 ayat (2)).
Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan juga diterjemahkan dalam bentuk rencana pembangunan pemerintah. Rencana besar pemerintah untuk kehidupan bangsa di masa depan seperti transformasi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, reformasi dari system pemerintahan sentralistis ke system pemerintahan disentralisasi, pengembangan berbagai kualitas bangsa seperti sikap dan tindakan demokratis, produktif, toleran, cinta damai, semangat kebangsaan tinggi, memiliki daya saing, memiliki kebiasaan membaca, sikap senang dan kemampuan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni, hidup sehat dan fisik sehat, dan sebagainya. Tuntutan formal seperti ini harus dapat diterjemahkan menjadi tujuan setiap jenjang pendidikan, lembaga pendidikan, dan pada gilirannya menjadi tujuan kurikulum.
Sayangnya, kurikulum yang dikembangkan di Indonesia masih membatasi dirinya pada posisi sentral dalam kehidupan akademik yang dipersepsikan dalam pemikiran perenialisme dan esensialisme. Konsekuensi logis dari posisi ini adalah kurikulum membatasi dirinya dan hanya menjawab tantangan dalam kepentingan pengembangan ilmu dan teknologi. Struktur kurikulum 2004 yang memberikan sks lebih besar pada mata pelajaran matematika, sains (untuk lebih mendekatkan diri pada istilah yang dibenarkan oleh pandangan esensialis), dan teknologi dengan mengorbankan Pengetahuan Sosial dan Ilmu Sosial, PPKN/kewarganegaraan, bahasa Indonesia dan daerah, serta bidang-bidang yang dianggap kurang "penting". Alokasi waktu ini adalah "construct" para pengembang kurikulum dan jawaban kurikulum terhadap permasalahan yang ada. Tujuan pendidikan sekolah lebih luas dan kompleks karena dituntut selalu sesuai dengan perubahan. Kurikulum harus selalu diperbarui sejalan dengan perubahan itu. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan, kurikulum harus disusun secara strategis dan dirumuskan menjadi program-program tertentu. Karena harus selalu relevan dengan perubahan masyarakat, penyusunan kurikulum harus mempertimbangkan berbagai macam aspek seperti perkembangan anak, perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja dan sebagainya.
Menurut aliran rekonstruksionisme, kurikulum tidak hanya berfungsi untuk melestarikan budaya atau apa yang ada pada saat sekarang tetapi juga membentuk apa yang akan dikembangkan di masa depan. Menurut McNeil (1977: 19), kurikulum berfungsi untuk membentuk masa depan atau "shaping the future", bukan hanya "adjusting, mending or reconstructing the existing conditions of the life of community". McNeil menjelaskan bahwa:
”Social reconstructionists are opposed to the notion that the curriculum should help students adjusts or fit the existing society. Instead, they conceive of curriculum as a vehicle for fostering critical discontent and for equipping learners with the skills needed for conceiving new goals and affecting social change”.

Kurikulum memang harus dibuat. Disusun dengan proses tertentu. Negara yang memiliki UU tentang Sistem Pendidikan Nasional mempunyai kepentingan untuk menyusun kurikulum tersebut berdasarkan amanat yang ada di dalam undang-undang tersebut. Untuk menyusun kurikulum nasional, sudah barang tentu ada lembaga tertentu yang telah diberikan tugas dan tanggung jawab untuk menyusun atau mengembangkan kurikulum yang akan digunakan secara nasional. Di Indonesia, lembaga itu dikenal sebagai Pusat Kurikulum, yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional (Balitbang Diknas). Di negara lain tentu saja ada lembaga seperti itu. Ada beberapa pemangku kepentingan yang menurut David G. Amstrong biasanya dilibatkan dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
a           Curriculum specialist (spesialis kurikulum, ahli kurikulum);
b          Teacher/instructors (guru/instruktur);
c           Learners (peserta didik);
d          Principals/corporate unit supervisors (kepala sekolah/unit pengawas sekolah);
e           Central office administrators/corporeate administrators (administrator kantor pusat/administrator perusahaan;
f           Special experts (ahli special);
g          Lay public representatives (perwakilan masyarakat umum).

Yang dimaksud pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan  agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan pengertian yang membedakan antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas (instruction atau pengajaran). Memang banyak ahli kurikulum yang menentang pemisahan ini tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya. Kelompok yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana yang mungkin saja terlaksana tapi mungkin juga tidak sedangkan apa yang terjadi di sekolah/kelas adalah sesuatu yang benar-benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi mungkin juga berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan. Perbedaan titik pandangan ini tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara kelompok ahli kurikulum dengan ahli teaching (pangajaran). Baik ahli kurikulum mau pun pengajaran mempelajari fenomena kegiatan kelas tetapi dengan latar belakang teoritik dan tujuan yang berbeda.
Unruh dan Unruh (1984:97) mengatakan bahwa proses pengembangan kurikulum a complex process of assessing needs, identifying desired learning outcomes, preparing for instruction to achieve the outcomes, and meeting the cultural, social, and personal needs that the curriculum is to serve.
Berbagai faktor seperti politik, sosial, budaya, ekonomi, ilmu, teknologi berpengaruh dalam proses pengembangan kurikulum. Oleh karena itu Olivia (1992:39-41) selain mengakui bahwa pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang kompleks lebih lanjut mengatakan curriculum is a product of its time. curriculum responds to and is changed by social forced, philosophical positions, psychological principles, accumulating knowledge, and educational leadership at its moment in history. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam pengembangan kurikulum fokus awal memberi petunjuk jelas apakah kurikulum yang dikembangkan tersebut kurikulum dalam pandangan tradisional, modern ataukah romantism.
Model pengembangan kurikulum berikut ini adalah model yang biasanya digunakan dalam banyak proses pengembangan kurikulum. Dalam model ini kurikulum lebih banyak mengambil posisi pertama yaitu sebagai rencana dan kegiatan. Ide yang dikembangkan pada langkah awal lebih banyak berfokus pada kualitas apa yang harus dimiliki dalam belajar suatu disiplin ilmu, teknologi, agama, seni, dan sebagainya. Pada fase pengembangan ide, permasalahan pendidikan hanya terbatas pada permasalahan transfer dan transmisi. Masalah yang muncul di masyarakat atau ide tentang masyarakat masa depan tidak menjadi kepedulian kurikulum. Kegiatan evaluasi diarahkan untuk menemukan kelemahan kurikulum yang ada, model yang tersedia dan dianggap sesuai untuk suatu kurikulum baru, dan diakhiri dengan melihat hasil kurikulum berdasarkan tujuan yang terbatas.
Keseluruhan proses pengembangan kurikulum di perguruan tinggi dapat digambarkan sebagai berikut:
                               Sumber: Prof.Dr.H.Said Hamid Hasan, MA (ppt)
Dalam proses pengembangan tersebut unsur-unsur luar seperti kebudayaan di mana suatu lembaga pendidikan berada tidak pula mendapat perhatian. Konsep diversifikasi kurikulum menempatkan konteks social-budaya seharusnya menjadi pertimbangan utama. Sayangnya, karena sifat ilmu yang universal menyebabkan konteks social-budaya tersebut terabaikan. Padahal seperti dikemukakan Longstreet dan Shane (1993:87) bahwa kebudayaan berfungsi dalam dua perspektif yaitu eksternal dan internal:
The environment of the curriculum is external insofar as the social order in general establishes the milieu within which the schools operate; it is internal insofar as each of us carries around in our mind's eye models of how the schools should function and what the curriculum should be. The external environment is full of disparate but overt conceptions about what the schools should be doing. The internal environment is a multiplicity of largely unconscious and often distorted views of our educational realities for, as individuals, we caught by our own cultural mindsets about what should be, rather than by a recognition of our swiftly changing, current realities.

Model kedua yang diajukan dalam adalah model yang menempatkan kurikulum dalam posisi kedua dan ketiga. Dalam model ini maka proses pengembangan kurikulum dimulai dengan evaluasi terhadap masyarakat. Identifikasi masalah dalam masyarakat dan kualitas yang dimiliki suatu komunitas pada saat sekarang dijadikan dasar dalam perbandingan dengan kualitas yang diinginkan masyarakat sehingga menghasilkan harus dikembangkan oleh kurikulum. Dalam model ini maka proses pengembangan kurikulum selalu dimulai dengan evaluasi terhadap masyarakat. Pencapaian tujuan kurikulum IPS pun diukur dengan keberhasilan lulusan di masyarakat.

Sumber: Prof.Dr.H.Said Hamid Hasan, MA (ppt)
Pendidikan diyakini merupakan faktor paling dominan dalam pengembangan kualitas SDM. Hampir semua negara selalu memprioritaskan programnya pada sektor pendidikan. Pemerintah Indonesia, meskipun tidak segencar negara-negara maju, juga berusaha keras untuk membenahi sistem pendidikannya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenjang. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal 50 ayat (3) menyatakan bahwa “pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional”. Sebagai realisasi dari amanah undang-undang tersebut, Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam tiga tahun terakhir ini mengembangkan RSBI, baik untuk jenjang SD, SMP, dan SMU/SMK.
Penetapan beberapa sekolah sebagai RSBI didasarkan atas berbagai pertimbangan dan alasan, yaitu: dalam upaya penjaminan mutu penyelenggaraan SBI beserta hasil pendidikan nantinya yang setara dengan mutu sekolah dari negara-negara maju atau diantara negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD); didasarkan pada pemenuhan persyaratan/kriteria sebagai rintisan SBI dari hasil evaluasi kepada seluruh sekolah yang telah ditetapkan dan menjalankan kebijakan sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN); keterbatasan kemampuan pemerintah pusat dan daerah dalam beberapa hal, khususnya mengenai pembiayaan rintisan SBI (Depdiknas, 2008).
Berikan contoh di dua negara anggota OECD mengenai apa yang anda jelaskan!
Jawab:               
a      AUSTRALIA
Di Australia lebih seratus tahun sampai awal tahun 1970-an pengelolaan pendidikan diatur oleh pemerintah pusat (sistem sentralistik). Terjadi perubahan pada awal tahun 1970-an dan berlanjut sampai tahun 1980-an, khususnya dalam hal pengelolaan dana dan desentralisasi administratif. Karakteristik MBS di Australia dapat dilihat dari aspek kewenangan sekolah yang meliputi: pertama, menyusun dan mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Kedua, melakukan pengelolaan sekolah dapat dipilih diantara tiga kemungkinan, yaitu Standart Flexibility Option (SO), Enhanced Flexibility  ption – (EO 1), dan Enhanced FlexibilityOption – (EO 2). Ketiga, membuat perencanaan, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan.Keempat, adanya akuntabilitas dalam pelaksanaan MBS. Kelima, menjamin dan mengusahakan sumber daya manusia dan sumber daya keuangan. Keenam, adanya fleksibilitas dalam penggunaan sumber daya sekolah.
Di Australia hanya ada dua tingkatan sekolah: sekolah primmary dan high school atau sekolah tinggi. Pada sekolah tinggi, kira-kira pada kelas delapan. ada tujuh mata pelajaran yang dibebankan untuk peserta didik Australia. Di mana peserta didik Australia boleh mengambil apapun mata pelajaran yang disenangi tanpa bergantung jurusan IPA, IPS dan Bahasa, misalnya chemistry dan geography (itu kan dua pelajaran yang ada di IPA dan IPS). Untuk ujian akhir. Di Australia tidak dikenal Ujian Nasional, melainkan Ujian state (atau provinsi di Indonesia) dan Ujian tersebut tidak menentukan kelulusan peserta didik Australia, melainkan menentukan kemana peserta didik untuk melanjutkan pendidikannya. tentu saja jika nilainya rendah peserta didik tersebut tak dapat melanjutkan pendidikan sebagai dokter. Berapapun nilai yang tuntas dari Ujian tersebut, peserta didik tersebut bisa dinyatakan lulus. bahkan jika dapat nol untuk semua mata pelajaran peserta didik tersebut masih dinyatakan lulus. akan tetapi kelulusan tersebut tak berguna. artinya: peserta didik tersebut akan sangat sulit untuk melanjutkan pendidikannya.
peserta didik Australia sana juga melakukan part time job untuk mendapatkan penghasilan.
Kehadiran sekolah adalah wajib bagi setiap pelajar di Australia. Kanak-kanak berumur 5–6 tahun menerima 11 tahun pendidikan wajib. Tambahan dua tahun lagi pada tahun ke-11 dan 12. Kadar literasi pada kadar 99%. Penilaian sistem pendidikan yang dilakukan oleh Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) meletakkan pendidikan Australia di tangga ke-8 daripada 38 terbaik di dunia. Programme for International Student Assessment meletakkan sistem pendidikan Australia pada 2006 di tangga ke-6 untuk Membaca, ke-8 untuk Sains dan ke-13 untuk Matematik. Banyak sekolah dan universitas swasta telah tumbuh. Namun majoritas penduduknya menerima bantuan dan pembiayaan dari kerajaan. Kira-kira 58% rakyat Australia berumur dari 25-64 menerima pendidikan vokasional atau lebih tinggi. Bahasa setiap sekolah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kebangsaan, bangsa Australia asalnya menjadi tempat buangan dari Great Britain. Perpindahan secara besar-besaran dari Inggris dan negara-negara Eropa yang lain menjadikan Australia sebuah Eropah di Hemisfera Selatan. Tata bahasa dan ejaan mengikut bahasa Inggeris Britain. Kira-kira 80 % penduduknya berbahasa Inggeris di rumah. Lain-lain ialah orang Cina (2.1%), Itali (1.9%), dan Greek (1.4%).
(dalam, http://ms.wikipedia.org/wiki/Sistem_Pendidikan_di_Australia)
Pendidikan wajib di Australia adalah selama 10 tahun, tetapi bagi yang meneruskan ke universitas diwajibkan selama 12 tahun. Kurikulum sekolah mengarah kepada kurikulum nasional Australia dengan pelajaran wajib seperti bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Sosial. Di penghujung kelas 10, peserta didik akan menghadapi ujian School Certificates. Lalu mereka bisa memilih untuk meneruskan sekolah atau kerja - atau melanjutkan sehingga menyelesaikan dan meraih Certificate kelas 12. Program Sarjana Untuk tingkat sarjana, seorang peserta didik dapat memilih jurusan art atau science selama 4 sampai dengan 5 tahun dengan nilai bahasa Inggris minimal IELTS 6.0. Peserta didik internasional harus mendapatkan sertifikat yang setara dengan Year 12 di Australia atau dapat mengambil University Foundation Year dan langsung melanjutkan ke universitas di Australia.
Pasca Sarjana atau PhD Pelajaran universitas dapat diteruskan ke tingkat pasca sarjana. Gelas pasca sarjana tradisional biasanya dibidang "Arts" (MA) atau "Sciences" (MSc). Gelar pasca sarjana yang makin populer adalah Masters in Business Administration (MBA). Program Master berlangsung selama satu sampai dua tahun dan mengharuskan ujian dan tesis untuk syarat kelulusan. Bagi program tertentu, pengalaman dibidang riset dan bekerja dibutuhkan untuk mengikuti program doktoral, atau PhD, yang dapat berlangsung selama empat atau lima tahun di sekolah dan riset serta disertasi. (dalam, http://www.ef.co.id/upa/student-life/education-system-australia/?tc=FQ)
Para orangtua akan tenang karena mereka mengetahui bahwa sekolah-sekolah di Australia mengembangkan bakat-bakat individu para peserta didik muda dalam lingkungan multi kultural yang aman dan penuh perhatian. Sekolah Australia juga menawarkan berbagai macam mata pelajaran, para pengajar yang sangat terlatih dan berpengalaman, dan penggunaan teknologi yang sangat canggih dan mutahir serta laboratorium-laboratorium khusus.
Sekolah di Australia dibagi dalam dua golongan besar – sekolah negeri dan swasta. Keduanya menerima peserta didik internasional dan mendapatkan dana dari pemerintah. Kebanyakan sekolah- bertipe "co-educational" (menerima murid pria dan wanita) dengan perkecualian beberapa sekolah menengah swasta. Sekolah-sekolah menengah swasta biasanya tidak "co-educational" dan sering berafiliasi pada agama tertentu.
(dalam, http://myblog4famouser.com/sistem-pendidikan-di-australia/).

b     FINLANDIA       
Sistem pendidikan Finlandia adalah yang terbaik di dunia. Rekor prestasi belajar siswa yang terbaik di negara-negara OECD dan di dunia dalam membaca, matematika, dan sains dicapai para siswa Finlandia dalam tes PISA.  Amerika Serikat dan Eropa, seluruh dunia gempar. Untuk tiap bayi yang lahir kepada keluarganya diberi maternity package yang berisi 3 buku bacaan untuk ibu, ayah, dan bayi itu sendiri. Alasannya, PAUD adalah tahap belajar pertama dan paling kritis dalam belajar sepanjang hayat. Sebesar 90% pertumbuhan otak terjadi pada usia balita dan 85% brain paths berkembang sebelum anak masuk SD (7 tahun).
Kegemaran membaca aktif didorong. Finlandia menerbitkan lebih banyak buku anak-anak daripada negeri mana pun di dunia. Guru diberi kebebasan melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks. Stasiun TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV.
Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki. Belajar aktif diterapkan guru yang semuanya tamatan S2 dan dipilih dari the best ten lulusan universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur. Frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanyalah Matriculation Examination  untuk masuk PT. Sekolah swasta mendapatkan dana sama besar dengan dana untuk sekolah negeri.
Sebesar 25% kenaikan pendapatan nasional Finlandia disumbangkan oleh meningkatnya mutu pendidikan. Dari negeri agraris yang tak terkenal kini Finlandia maju di bidang teknologi. Produk HP Nokia misalnya merajai pasar HP dunia. Itulah keajaiban pendidikan Finlandia.
FINLANDIA amat maju dalam dunia pendidikan justru karena didukung oleh hal-hal berikut ini:
a         Setiap anak diwajibkan mempelajari bahasa Inggris serta wajib membaca satu buku setiap minggu.
b        Sistem pendidikannya yang gratis sejak TK hingga tingkat universitas
c         Wajib belajar diterapkan kepada setiap anak sejak umur 7 tahun hingga 14 tahun.
d        Selama masa pendidikan berlangsung, guru mendampingi proses belajar setiap siswa, khususnya mendampingi para siswa yang agak lamban atau lemah dalam hal belajar. Malah terhadap siswa yang lemah, sekolah menyiapkan guru bantu untuk mendampingi siswa tersebut serta kepada mereka diberikan les privat.
e         Setiap guru wajib membuat evaluasi mengenai perkembangan belajar dari setiap siswa
f         Ada perhatian yang khusus terhadap siswa-siswa pada tahap sekolah dasar, karena bagi mereka, menyelesaikan atau mengatasi masalah belajar bagi anak umur sekitar 7 tahun adalah jauh lebih mudah daripada siswa yang telah berumur 14 tahun.
g        Orang tua bebas memilih sekolah untuk anaknya, meskipun perbedaan mutu antar-sekolah amat sangat kecil.
h        Semua fasilitas belajar-mengajar dibayar serta disiapkan oleh negara.
i          Negara membayar biaya kurang lebih 200 ribu Euro per siswa untuk dapat menyelesaikan studinya hingga tingkat universitas
j          Baik miskin maupun kaya semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar serta meraih cita-citanya karena semua ditanggung oleh Negara
k        Pemerintah tidak segan-segan mengeluarkan dana demi peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
l          Makan-minum di sekolah serta transportasi anak menuju ke sekolah semuanya ditangani oleh pemerintah.
m      Biaya pendidkan datang dari pajak daerah, provinsi, serta dari tingkat nasional.
n        Khusus mengenai para GURU: setiap guru menerima gaji rata-rata 3400 euro per bulan. Guru disiapkan bukan saja untuk menjadi seorang profesor atau pengajar, melainkan disiapkan juga khususnya untuk menjadi seorang ahli pendidikan. Makanya, untuk menjadi guru pada sekolah dasar atau TK saja, guru itu harus memiliki tingkat pendidikan universitas.
o        Sistem persekolahan di Amerika Serikat lebih komplek dibandingkan dengan di China dan Korea Selatan, karena di Amerika Serikat tidak memiliki sistem persekolahan secara nasional, masing-masing negara bagian memiliki undang-undang dan kebijakan sendiri. Pemerintah pusat (Departemen Pendidikan) bertugas membina dan memberi bantuan kepada program-program pendidikan yang dikembangkan dan dilaksanakan disetiap negara bagian.
p        Program wajib belajar di Amerika Serikat diberlakukan mulai pra-sekolah sampai dengan kelas ke-12, program ini didukung oleh dana yang diperoleh dari pajak baik di negara bagian maupun pusat. Jumlah tahun dan sistem persekolahan pada masing-masing tingkat persekolahan berbeda pada setiap negara bagian.

2.             Apa perbedaan yang mendasar antara pendidikan IPS di China dan Korea Selatan?
Jawab:
China dan Korea Selatan adalah negara yang bertetangga dengan sistem politik yang berbeda, tetapi secara umum budaya dan sistem pendidikan kedua negara tersebut relatif sama. Sekolah dikedua negara menggunakan buku pelajaran yang sama dengan penerbit yang ditunjuk oleh pemerintah. Walaupun buku pelajaran hampir seragam, pengembangan pembelajaran tetap memperhatikan kondisi lokal masing-masing daerah.
Pendidikan persekolahan baik di China maupun di Korea Selatan terdiri dari pendidikan pra-sekolah (pre-school) selama tiga tahun, pendidikan dasar (primary education) enam tahun, dan pendidikan menengah (secondary education) selama enam tahun, masing-masing tiga tahun untuk tingkat menengah (midle) dan atas (high). Wajib belajar dikedua negara diberlakukan selama sembilan tahun, yaitu mulai kelas satu sampai kelas sembilan. Pemerintah pusat dikedua negara memberlakukan undang-undang dan kebijkan pendidikan, menyusun standar kurikulum, serta mengawasi dan membina reformasi pendidikan. (dalam, http://www.edu.cnshtml)


a.      Pendidikan IPS di Cina
Sejak tahun 1949, ketika Republik Rakyat China didirikan, pendidikan di China telah mengikuti model Soviet, dengan ciri pada penekanan transmisi pengetahuan, disiplin individu, sistem penilaian dan kurikulum nasional yang sentralisir. Dalam beberapa dekade terakhir, kurikulum yang terpusat tersebut telah membantu menerapkan kebijakan top-down dan reformasi pendidikan. China mulai melakukan reformasi kurikulum nasional yang luas pada tahun 1999, setelah kurikulum lama dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu, sosial dan ekonomi China, terutama dalam upaya mempromosikan kompetensi warga China dalam masyarakat global yang semakin kompetetitif.
Tujuan reformasi tersebut adalah untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki keterampilan praktis individu yang utuh, melalui perencangan ulang standar kurikulum nasional dan wajib belajar. Secara khusus, reformasi kurikulum tersebut berusaha untuk 1) membangun karakter siswa, mengembangkan kemampuan mereka untuk menjadi pelajar yang mandiri dan aktif, dan membantu mereka mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk pembelajaran seumur hidup; 2) mengintegrasikan materi ajar yang saling berhubungan, 3) membuat kurikulum lebih banyak konten berarti dan relevan untuk masyarakat modern, dan 4) menilai belajar siswa sesuai standar kurikulum.
Kurikulum baru mulai diperkenalkan pada tahun 2000, dilakukan uji coba lapangan dan perubahan-perubahan pada tahun 2005, Secara nasional pembelajaran dengan kurikulum baru tersebut dimulai pada musim gugur tahun 2005.
Social Studies merupakan bagian dari program utama dalam reformasi tersebut. Secara tradisional, Ilmu Politik, Ilmu Sejarah, Politik dan Geografi adalah subjek yang terpisah dan berbasis pengetahuan. Kurikulum lama menekankan akumulasi informasi dalam bidang pengetahuan tertentu, tetapi mengabaikan pengembangan pengetahuan yang komprehensif dalam disiplin ilmu yang saling berkaitan sehingga siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Dalam reformasi tersebut: “Pendidikan Moral” (kelas 1-6) dan “Masyarakat” (kelas 4-6) diganti tema komprehensif “Moralitas dan Kehidupan” (kelas 1-2) dan “Moralitas dan Masyarakat” (kelas 3-6); sedangkan di tingkat sekolah menengah, “Sejarah”, dan “Geografi” diintegrasikan ke dalam satu subjek: “Sejarah dan Masyarakat”.  
Untuk tingkat menengah atas masih secara tradisional yaitu  Sejarah  dan  Geografi  sebagai program individu tetapi dibawah payung "Humaniora dan Masyarakat." Integrasi ini bertujuan untuk membuat konten studi sosial lebih bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa.
The National Standards for History and Society didefinisikan dalam kurikulum baru “could serve as a general framework for social studies education in China”.  Sedangkan tujuan umum dari History and Society adalah “is to help students develop initiative spirit, social practice skills and social responsibility; develop moral values and a correct perspective of the world and human life; and become a qualified citizen in a modern socialist country”. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat enam komponen: yaitu: 1) growing in society; 2) economic, political, and cultural life around us; 3) our region and environment; 4) Chinese history and culture; 5) world history and culture; and 6) skills and methods of social inquiry. Sedangkan standar History and Society terbagi kepada tiga domain seperti terlihat pada Tabel 1 di bawah.
Pada prinsipnya, kurikulum tersebut dirancang untuk memenuhi kebutuhan individu dan pengalaman hidup para siswa. Kebijakan mendukung pembelajaran aktif dan didapatkannya pengetahuan melalui model belajar yang bervariasi, seperti studi penyelidikan, diskusi kelas, kolaborasi, dan survei sosial dan praktek. Kurikulum menekankan pengembangan kemampuan siswa untuk menangani isu-isu realitas kehidupan. Kurikulum baru juga memberikan kesempatan kepada siswa sekolah menengah memperoleh beberapa pengetahuan tentang ekonomi. (dalam, http://www.edu.cn.shtml,)

b.      Pendidikan IPS di Korea Selatan

Kurikulum Social Studies di Korea Selatan tidak dimulai sampai 1946, ketika Korea Selatan dibebaskan dari penjajahan Jepang dan berada dibawah pemerintah militer sementara AS tahun1945-1947. Tujuan utama dari kurikulum baru adalah untuk menghapus sisa-sisa imperialisme Jepang dari pikiran dan mengajarkan tentang demokrasi. Kurikulum ini sebagian besar mengikuti model “Democration Citizenship Education” di Amerika yang terdiri dari tiga mata pelajaran: Kewarganegaraan, Geografi, dan Sejarah. Kurikulum di Korea telah dimodifikasi beberapa kali, tetapi subyek dan tujuan utama tidak mengalami banyak perubahan.
Kurikulum di Korea Selatan telah direvisi secara berkala untuk memenuhi tuntutan baru pendidikan, perubahan masyarakat, dan batas-batas disiplin ilmu baru. Kurikulum kelas direvisi pada tahun 1997 untuk memperkaya pendidikan dasar, meningkatkan kemandirian siswa, pendidikan yang beorientasi pada kebutuhan praktis siswa, dan peningkatan pemberian  otonomi pada tingkat lokal dan persekolahan. Kurikulum untuk kelas ke-7 bertujuan membentuk individu yang kreatif, memahami budaya dunia yang beragam, dan berkontribusi terhadap budaya Korea Selatan dalam upaya mengembangkan masyarakat yang demokratis.
Semua siswa Korea Selatan dari kelas satu sampai sepuluh mengikuti kurikulum seragam, yang mensyaratkan bahwa siswa mengambil “Kemasyarakatan” (Studi Sosial, Sejarah, dan Geografi) dan “Sejarah Korea (mulai dari kelas 7). Siswa di kelas 11 dan 12 dapat mengambil “Tema-tema Ilmu Sosial” sesuai minat pendidikan mereka ke depan. Kelas rendah (kelas satu dan dua) mempelajari ilmu-ilmu sosial dengan buku naskah cerita. Mulai kelas tiga sampai dengan sepuluh, geografi, sejarah, dan ilmu-ilmu sosial lainnya diintegrasikan ke dalam program yang disebut “Kemasyarakatan”. Siswa di kelas 11 dan 12 belajar ilmu sosial secara terpisah dengan buku-buku teks tertentu berdasarkan jejak mereka dan kebijakan sekolah.
Social studies di Korea Selatan bertujuan untuk menumbuhkan warga negara yang memiliki, pengetahuan, terampilan, dan sikap untuk hidup dalam masyarakat demokratis.  Seorang warga negara demokratis  didefinisikan  sebagai  orang yang berkeinginan memberikan kontribusi bagi perkembangan kepribadian  mereka sendiri serta seluru bangsa, dan yang memiliki rasa keadilan, toleran, dan menghormati komunitas.
Komponen utama dari Social Studies seperti:
a    Sejarah, Geografi, Ilmu Politik, dan ekonomi diintegrasikan kedalam Society. 
b   Ilmu politik dan ekonomi biasanya dibahas dalam Social Studies. 
Standar Kurikulum untuk Social Studies dibangun dalam tiga domain:
a    Pengetahuan
b   keterampilan,
c    serta nilai dan sikap. 


PENDIDIKAN IPS
CINA
KOREA SELATAN
Sejak tahun 1949, ketika Republik Rakyat China didirikan, pendidikan di China telah mengikuti model Soviet, dengan ciri pada penekanan transmisi pengetahuan, disiplin individu, sistem penilaian dan kurikulum nasional yang sentralisir. Dalam beberapa dekade terakhir, kurikulum yang terpusat tersebut telah membantu menerapkan kebijakan top-down dan reformasi pendidikan. China mulai melakukan reformasi kurikulum nasional yang luas pada tahun 1999, setelah kurikulum lama dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu, sosial dan ekonomi China, terutama dalam upaya mempromosikan kompetensi warga China dalam masyarakat global yang semakin kompetetitif.

Tujuan reformasi tersebut adalah untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki keterampilan praktis individu yang utuh, melalui perencangan ulang standar kurikulum nasional dan wajib belajar. Secara khusus, reformasi kurikulum tersebut berusaha untuk 1) membangun karakter siswa, mengembangkan kemampuan mereka untuk menjadi pelajar yang mandiri dan aktif, dan membantu mereka mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk pembelajaran seumur hidup; 2) mengintegrasikan materi ajar yang saling berhubungan, 3) membuat kurikulum lebih banyak konten berarti dan relevan untuk masyarakat modern, dan 4) menilai belajar siswa sesuai standar kurikulum.

Kurikulum baru mulai diperkenalkan pada tahun 2000, dilakukan uji coba lapangan dan perubahan-perubahan pada tahun 2005, Secara nasional pembelajaran dengan kurikulum baru tersebut dimulai pada musim gugur tahun 2005.

Social Studies merupakan bagian dari program utama dalam reformasi tersebut. Secara tradisional, Ilmu Politik, Ilmu Sejarah, Politik dan Geografi adalah subjek yang terpisah dan berbasis pengetahuan. Kurikulum lama menekankan akumulasi informasi dalam bidang pengetahuan tertentu, tetapi mengabaikan pengembangan pengetahuan yang komprehensif dalam disiplin ilmu yang saling berkaitan sehingga siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Dalam reformasi tersebut: “Pendidikan Moral” (kelas 1-6) dan “Masyarakat” (kelas 4-6) diganti tema komprehensif “Moralitas dan Kehidupan” (kelas 1-2) dan “Moralitas dan Masyarakat” (kelas 3-6); sedangkan di tingkat sekolah menengah, “Sejarah”, dan “Geografi” diintegrasikan ke dalam satu subjek: “Sejarah dan Masyarakat”. 

Untuk tingkat menengah atas masih secara tradisional yaitu  Sejarah  dan  Geografi  sebagai program individu tetapi dibawah payung "Humaniora dan Masyarakat." Integrasi ini bertujuan untuk membuat konten studi sosial lebih bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa.

The National Standards for History and Society didefinisikan dalam kurikulum baru “could serve as a general framework for social studies education in China”.  Sedangkan tujuan umum dari History and Society adalah “is to help students develop initiative spirit, social practice skills and social responsibility; develop moral values and a correct perspective of the world and human life; and become a qualified citizen in a modern socialist country”. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat enam komponen: yaitu: 1) growing in society; 2) economic, political, and cultural life around us; 3) our region and environment; 4) Chinese history and culture; 5) world history and culture; and 6) skills and methods of social inquiry. Sedangkan standar History and Society

Pada prinsipnya, kurikulum tersebut dirancang untuk memenuhi kebutuhan individu dan pengalaman hidup para siswa. Kebijakan mendukung pembelajaran aktif dan didapatkannya pengetahuan melalui model belajar yang bervariasi, seperti studi penyelidikan, diskusi kelas, kolaborasi, dan survei sosial dan praktek. Kurikulum menekankan pengembangan kemampuan siswa untuk menangani isu-isu realitas kehidupan. Kurikulum baru juga memberikan kesempatan kepada siswa sekolah menengah memperoleh beberapa pengetahuan tentang ekonomi.
Kurikulum Social Studies di Korea Selatan tidak dimulai sampai 1946, ketika Korea Selatan dibebaskan dari penjajahan Jepang dan berada dibawah pemerintah militer sementara AS tahun1945-1947. Tujuan utama dari kurikulum baru adalah untuk menghapus sisa-sisa imperialisme Jepang dari pikiran dan mengajarkan tentang demokrasi. Kurikulum ini sebagian besar mengikuti model “Democration Citizenship Education” di Amerika yang terdiri dari tiga mata pelajaran: Kewarganegaraan, Geografi, dan Sejarah. Kurikulum di Korea telah dimodifikasi beberapa kali, tetapi subyek dan tujuan utama tidak mengalami banyak perubahan.

Kurikulum di Korea Selatan telah direvisi secara berkala untuk memenuhi tuntutan baru pendidikan, perubahan masyarakat, dan batas-batas disiplin ilmu baru. Kurikulum kelas direvisi pada tahun 1997 untuk memperkaya pendidikan dasar, meningkatkan kemandirian siswa, pendidikan yang beorientasi pada kebutuhan praktis siswa, dan peningkatan pemberian  otonomi pada tingkat lokal dan persekolahan. Kurikulum untuk kelas ke-7 bertujuan membentuk individu yang kreatif, memahami budaya dunia yang beragam, dan berkontribusi terhadap budaya Korea Selatan dalam upaya mengembangkan masyarakat yang demokratis.

Semua siswa Korea Selatan dari kelas satu sampai sepuluh mengikuti kurikulum seragam, yang mensyaratkan bahwa siswa mengambil “Kemasyarakatan” (Studi Sosial, Sejarah, dan Geografi) dan “Sejarah Korea (mulai dari kelas 7). Siswa di kelas 11 dan 12 dapat mengambil “Tema-tema Ilmu Sosial” sesuai minat pendidikan mereka ke depan. Kelas rendah (kelas satu dan dua) mempelajari ilmu-ilmu sosial dengan buku naskah cerita. Mulai kelas tiga sampai dengan sepuluh, geografi, sejarah, dan ilmu-ilmu sosial lainnya diintegrasikan ke dalam program yang disebut “Kemasyarakatan”. Siswa di kelas 11 dan 12 belajar ilmu sosial secara terpisah dengan buku-buku teks tertentu berdasarkan jejak mereka dan kebijakan sekolah.

Social Studies di Korea
Selatan bertujuan untuk menumbuhkan warga negara yang demokratis yang memiliki pengetahuan, terampilan, dan sikap untuk hidup dalam masyarakat demokratis.  Seorang warga negara demokratis  didefinisikan  sebagai  orang yang berkeinginan memberikan kontribusi bagi perkembangan kepribadian  mereka sendiri serta seluruh        bangsa, dan yang memiliki rasa keadilan, toleran, dan menghormati komunitas.

Komponen utama dari Social Studies seperti: Sejarah, Geografi, Ilmu Politik, dan ekonomi diintegrasikan kedalam Society. 
Ilmu politik dan ekonomi biasanya dibahas dalam Social Studies.
Standar Kurikulum untuk Social Studies 
dibangun dalam tiga domain: pengetahuan,  keterampilan, serta nilai dan sikap. Standar-standar ini ditampilkan dalam Tabel 2

3.             Jelaskan pendidikan IPS di Inggeris, Skotlandia, dan Irlandia  pada jenjang  Key Stage 1-2, dan KS 3-4.! Jelaskan perbedaan tersebut dalam tingkat pencapaian kemampuan (attainment targets). 

Jawab:

Sejak tahun 1988 telah ada Kurikulum Nasional untuk Inggris, Scotlandia dan Irlandia Utara yang awalnya ditujukan untuk "mempromosikan pengembangan, spiritual moral, budaya, mental dan fisik siswa di sekolah dan masyarakat", serta memberi kesempatan siswa untuk mempersiapkan diri bertanggung jawab menuju kedewasaan. Kurikulum Nasional menetapkan:
Ø  mata pelajaran yang diajarkan
Ø  pengetahuan, keterampilan dan pemahaman yang dibutuhkan dalam setiap subyek
Ø  standar atau target pencapaian dalam setiap subyek - yang guru dapat digunakan untuk mengukur kemajuan dan merencanakan langkah-langkah berikutnya dalam pembelajaran anak-anak
Ø  bagaimana kemajuan anak-anak dinilai

Kurikulum Nasional saat ini berlaku untuk semua siswa yang berusia 5-16 di sekolah. Ini tidak berlaku untuk Akademi, 'sekolah swasta dan sekolah independen, walaupun banyak memilih untuk mengikutinya. Sekolah swasta bebas mengatur kurikulum dan pengajaran untuk memenuhi kebutuhan tertentu dari peserta didik dan dapat memperkenalkan kegiatan lain yang memperpanjang pengalaman belajar murid mereka. Mereka akhirnya akan membuat rencana mereka sendiri dari tahun ke tahun.
a.      Inggris
Jawab:
Sekolah dikelompokkan ke dalam tahapan kunci (sering disingkat KS), yang membantu menentukan titik-titik di mana anak-anak dinilai sehingga pencapaian mereka dapat dilaporkan kepada khalayak yang lebih luas dan membantu mengukur kemajuan keseluruhan dalam belajar. Penilaian dilakukan dengan menggunakan ujian nasional (sering disebut sebagai 'SATs'8), guru penilaian, atau sebagai bagian dari pemeriksaan, kursus dan portofolio yang mengarah ke kualifikasi formal.


Year
Key Stage (KS)
Assessment information collected
Primary education
Reception
Early years foundation stage

Foundation stage ‘profile’

Year 1-2

KS1
Teacher assessments in English, maths and science

Year 3-6
KS2
National tests and teacher assessments in English and maths
Teacher assessments (with some ‘sample’ testing) in science
Secondary education
Year 7-9 (for some this will end in Year 8)
KS3
Teacher assessments in English, maths and science

Year 10-11 (for some this will start in Year 9)
KS4
Most children take GCSEs or other qualifications at various times over this period
Post-16
Year 12 -13
Sixth form
A levels and other qualifications

Subyek dari Kurikulum Nasional adalah 'hukum' (yaitu wajib) di Tahapan kunci yang berbeda, seperti diuraikan dalam tabel di bawah. Perhatikan bahwa sekolah mungkin menawarkan lebih dari sekedar mata pelajaran Kurikulum Nasional - dan ada fleksibilitas khususnya pada Tahap, Kunci 4 di mana keragaman penyediaan dan pilihan bagi peserta didik mulai memainkan peran yang lebih besar




Subject
STEM-subjects (and related)
KS1
KS2
KS3
KS4
English

x
x
x
x
Mathematics
x
X
x
x
x
Science
x
X
x
x
x
Art and design
(x)
x
x
x

Citizenship



x
x
Design & Technology (D&T)
x
x
x
x

Geography
(x)
x
x
x

History

x
x
x

Information & Communication Technology (ICT)
(x)
x
x
x
x
Modern Foreign Languages (MFL)


x


Music

x
x
x

Physical Education (PE)

x
x
x
x
Pendidikan ilmu sosial di Inggris tercantum pada mata pelajaran geografi dan sejarah Keduanya dipelajari pada key stage 1 sampai dengan 3 tetapi tidak dipelajari pada key stage 4.  Mengenai kemampuan peserta didik terhadap tujuan yang ingin dicapai antara lain:
a         The school curriculum should promote pupils' spiritual, moral, social and cultural development and, in particular, develop principles for distinguishing between right and wrong.
b        It should develop their knowledge, understanding and appreciation of their own and different beliefs and cultures, and how these influence individuals and societies.
c         The school curriculum should pass on enduring values, develop pupils' integrity and autonomy and help them to be responsible and caring citizens capable of contributing to the development of a just society.
d        It should promote equal opportunities and enable pupils to challenge discrimination and stereotyping.
e         It should develop their awareness and understanding of, and respect for, the environments in which they live, and secure their commitment to sustainable development at a personal, local, national and global level.
f         It should also equip pupils as consumers to make informed judgements and independent decisions and to understand their responsibilities and rights.
g        The school curriculum should promote pupils' self-esteem and emotional wellbeing and help them to form and maintain worthwhile and satisfying relationships, based on respect for themselves and for others, at home, school, work and in the community.
h        It should develop their ability to relate to others and work for the common good.
i          It should enable pupils to respond positively to opportunities, challenges and responsibilities, to manage risk and to cope with change and adversity.
j          It should prepare pupils for the next steps in their education, training and employment and equip them to make informed choices at school and throughout their lives, enabling them to appreciate the relevance of their achievements to life and society outside school, including leisure, community engagement and employment.
Social studies di Inggris lahir sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di Inggris, pemasukan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi oleh keinginan para pakar pendidikan, khususnya pakar social studies. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan sekolah dasar dan menengah, para siswa:  menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya; dapat hidup bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu kuliah atau belajar Ilmu-ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat bekal pelajaran social  studies di sekolah dasar dan menengah. Pertimbangan lain dimasukkannya social studies ke dalam kurikulum sekolah adalah karena kebutuhan siswa sekolah, di mana kemampuan siswa sangat menentukan dalam pemilihan program pendidikan lanjut dan pengorganisasian materi social studies. Agar materi pelajaran social studies lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat. Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial (dalam, http://www.stemnet.org.uk/).

b.      Scotlandia

Kurikulum
Anak-anak biasanya mulai bersekolah pada usia 5, meskipun beberapa lebih muda, dan kemudian pindah ke sekolah menengah pada usia 11 atau 12. Sementara siswa dapat meninggalkan sekolah ketika mereka mencapai 16 .
School
Year group
Age at end of year
Primary
P1 to P7
5 to 12
Secondary
S1 to S6 (or ‘First’ to ‘Sixth’ Years)
12 to 18

Pendidikan adalah masalah  dimana sekolah sepenuhnya didanai oleh Pemerintah Skotlandia dan dikelola oleh Pendidikan dan Direktorat Lifelong Learning. Secara tradisional, sistem pendidikan Skotlandia di tingkat sekolah menengah telah menekankan keluasan di berbagai mata pelajaran, sedangkan system pendidikan di Inggris dan Irlandia menekankan pendalaman mata pelajaran di sekolah.
Jenis sekolah. Seperti sisa dari Inggris, Skotlandia memiliki (dipertahankan) sekolah, sekolah khusus dan sekolah independen, meskipun tidak ada kisaran mekanisme pendanaan negara terlihat di Inggris. Pada Juni 2011 ada total 2153 sekolah dasar, sekolah menengah 376 dan 193 sekolah khusus. Dari 2722 sekolah total, 377 adalah negara sekolah agama yang didanai. Tidak ada nama yang ditetapkan untuk sekolah menengah di Skotlandia, tapi apa pun mereka disebut (Sekolah Tinggi, Sekolah Menengah, Sekolah Tata Bahasa, Akademi atau Sekolah Menengah Pertama), hanya dengan beberapa pengecualian khusus dalam otoritas terutama pedesaan atau pulau, mereka semua sepenuhnya komprehensif, 
Perkembangan untuk setiap delapan bidang kurikulum tercantum di bawah ini:
a        seni Ekspresif
b        Kesehatan dan kesejahteraan
c         Bahasa
d        Matematika
e         Agama dan moral pendidikan
f         Ilmu
g        Studi Sosial
h        Teknologi
(dalam, http:// www.ltscotland.org.uk/understandingthecurriculum/)

Qualifications: National qualifications are organised as follows:
Level
Information
Access 1, 2
Access 3 (Standard Grade Foundation level)
For pupils who require support with their learning. Access courses are assessed by the school.
Intermediate 1
(Standard Grade General level)
Intermediate 2 (Standard Grade Credit level)
For pupils who have completed Foundation level Standard Grade or other courses at Access 3. Generally taken over the third and fourth year at most secondary schools and are subject to external examination, administered through the Scottish Qualifications Authority28. Candidates often take seven or eight subjects, including Mathematics and English. Standard Grades are being replaced by new ‘National 4’ and ‘National 5’ qualifications.
Higher
For pupils who have passed subjects at Standard Grade Credit Level, or Intermediate 2. Normally needed for entry to university or college to study for a degree, higher national certificate or Diploma Courses.
Advanced Higher
For pupils who have passed Highers, and are usually taken in sixth year of school or at college. Demanding qualifications that extend the skills and knowledge gained at Higher.

Social Studies
Melalui studi sosial, anak-anak dan orang muda mengembangkan pemahaman mereka tentang dunia dengan belajar tentang orang lain dan nilai-nilai mereka, dalam waktu yang berbeda, tempat dan keadaan, mereka juga mengembangkan pemahaman mereka tentang lingkungan mereka dan bagaimana hal itu telah dibentuk. Ketika mereka dewasa, anak-anak dan pengalaman orang-orang muda akan diperluas menggunakan dalam konteks Skotlandia dan lebih luas untuk belajar, sambil mempertahankan fokus pada, sejarah sosial, geografis, perubahan ekonomi dan politik yang telah membentuk Skotlandia. Anak-anak dan orang muda belajar tentang prestasi manusia dan tentang bagaimana untuk memahami perubahan dalam masyarakat, konflik dan masalah lingkungan. Dengan pemahaman yang lebih besar datang kesempatan dan kemampuan untuk mempengaruhi peristiwa-peristiwa dengan berolahraga dan informasi kewarganegaraan yang bertanggung jawab.
Anak-anak dan orang muda karena mereka berpartisipasi dalam pengalaman dan hasil dalam studi sosial akan:
a         mengembangkan pemahaman mereka tentang warisan, sejarah dan budaya Skotlandia, dan penghargaan terhadap warisan mereka lokal dan nasional dalam dunia
b        memperluas pemahaman mereka tentang dunia dengan belajar tentang kegiatan manusia dan prestasi di masa lalu dan sekarang
c         mengembangkan pemahaman mereka sendiri, keyakinan nilai-nilai dan budaya dan orang lain
d        mengembangkan pemahaman tentang prinsip-prinsip demokrasi dan kewarganegaraan melalui pengalaman pemikiran kritis dan independen
e         mengeksplorasi dan mengevaluasi berbagai jenis sumber dan bukti
f         belajar bagaimana untuk mencari, mengeksplorasi dan link periode, orang dan peristiwa dalam waktu dan tempat
g        belajar bagaimana untuk mencari, mengeksplorasi dan link fitur dan tempat-tempat lokal dan lebih jauh
h        terlibat dalam kegiatan yang mendorong sikap giat
i          mengembangkan pemahaman tentang konsep-konsep yang mendorong bisnis perusahaan dan pengaruh
j          membangun dasar yang kuat untuk belajar seumur hidup dan untuk studi khusus lebih lanjut dan karir.
(dalam, http://www.education.gov.uk/schools/leadership/typesofschools/)

c.       Irlandia
Jawab:
Perbedaan utama antara sistem Inggris dan yang digunakan di Irlandia Utara adalah sebagai berikut:
Jenis sekolah. Seperti halnya di Inggris, Irlandia Utara memiliki sekolah-sekolah negeri (Controlled) Katolik sekolah (Dikelola), sekolah Terpadu, sekolah khusus, sekolah Sukarela dan beberapa sekolah independen, meskipun tidak ada keragaman yang sama mekanisme pendanaan negara terlihat di Inggris. Sekolah-sekolah ini meliputi usia murid baik primer dan sekunder sampai dengan 19 tahun dengan cara yang sama. Ada 69 sekolah Grammar selektif, dengan murid mengambil tes transfer di tahun terakhir sekolah dasar. Fitur lain dari sekolah di Irlandia Utara sekolah adalah pembagian sekolah-sekolah Katolik dan Protestan, serta beberapa digambarkan sebagai 'Terpadu'. Dewan Pendidikan dan Perpustakaan melaksanakan fungsi mirip dengan Otoritas Lokal bahasa Inggris. Sekolah diperiksa oleh inspektorat Pendidikan dan Pelatihan Inspectorate.
Kurikulum Nasional, Tahapan Key dan assessment Tahapan kunci dan Tahun diatur sebagai berikut:

Key Stages and Years are organised as follows:
Key Stage
Year group
Ages
Assessments
                                Pre-school
Nursery
None
Foundation Stage
1-2
4-5
Pupil profile
KS1
3-4
6-7
Pupil profile
KS2
5-7
8-11
Pupil profile
KS3
8-10
11-14
Pupil profile
KS4
11-12
14-16
GCSEs and vocational
Post-16
13-14 (Sixth form)
16-18
AS/A2 and vocational

Standar kompetensi socia studies mencakup:
At Key Stages 1 and 2:
Areas of Learning Contributory Elements
a         Language and Literacy Talking and Listening
b        Reading
c         Writing
d        Mathematics and Numeracy Processes in Mathematics
e         Number
f         Measures
g        Shape and Space
h        Handling Data
i          The Arts Art and Design
j          Music
k        Drama
l          The World Around Us History
m      Geography
n        Science and Technology
o        Personal Development and Mutual
p        Understanding
q        Personal Understanding and Health
r          Mutual Understanding in the Local and Wider
s         Community
t          Physical Education Physical Education
At Key Stage 3:
Areas of Learning Contributory Elements
a         Language and Literacy English
b        Irish (in Irish-speaking schools)
c         Media education
d        Mathematics and Numeracy Mathematics
e         Financial capability
f         Modern Languages Any official language of the European Union
g        (other than English and, in Irish speaking
h        schools, Irish).
i          The Arts Art and Design
j          Music
k        Drama
l          Environment and Society History
m      Geography
n        Science and Technology Science
o        Technology and Design
p        Learning for Life and Work Employability
q        Local and Global Citizenship
r          Personal Development
s         Home Economics
t          Physical Education Physical Education
At Key Stage 4:
Areas of Learning Contributory Elements
a         Language and Literacy
b        Mathematics and Numeracy
c         Modern Languages
d        The Arts
e         Environment and Society
f         Science and Technology
g        Learning for Life and Work Employability
h        Local and Global Citizenship
i          Personal Development
j          Physical Education Physical Education

Tujuan yang ingin dicapai oleh peserta didik dalam pembelajaran IPS antara lain:
The minimum content for The World Around Us is set out below.Through the contributory elements of History, Geography and Science and Technology, teachers should enable pupils to develop knowledge, understanding and skills in:

Key Stage 1&2
Interdependence

Pupils should be enabled to explore:
a         Me’ in the world;
b        How plants and animals rely on each other within the natural world
c         Interdependence of people and the environment;
d        The effect of people on the natural environment over time;
e         Interdependence of people, plants, animals and place.

Place
Pupils should be enabled to explore:
a         How place influences plant and animal life;
b        Ways in which living things depend on and adapt to their environment;
c         Features of the immediate world and comparisons between places;
d        Change over time in local places;
e         Positive and negative effects of people on places.
Movement and Energy

Pupils should be enabled to explore:
a         Sources of energy in the world;
b        How and why people and animals move;
c         Changes in movement and energy over time.
Change over Time

Pupils should be enabled to explore:
a         Ways in which change occurs in the natural world;
b        How people and places have changed over time;
c         Positive change and how we have a responsibility to make an active contribution.
Key Stage 2
Interdependence

Pupils should be enabled to explore:
a         How they and others interact in the world;
b        How living things rely on each other within the natural world;
c         Interdependence of people and the environment and how this has been accelerated over time by advances in transport and communications;
d        The effect of people on the natural and built environment over time.
Place

Pupils should be enabled to explore:
a         How place influences the nature of life;
b        Ways in which people, plants and animals depend on the features and materials in places and how they adapt to their environment;
c         Features of, and variations in places, including physical, human, climatic, vegetation and animal life;
d        Our place in the universe;
e         Change over time in places;
f         Positive and negative effects of natural and human events upon place over time.
Movement and Energy

Pupils should be enabled to explore:
a         The causes and effect of energy, forces and movement
b        Causes that effect the movement of people and animals;
c         How movement can be accelerated by human and natural events such as wars,earthquakes, famine or floods;
d        Positive and negative consequences of movement and its impact on people, places and interdependence.
Change over Time
Pupils should be enabled to explore:
a         How change is a feature of the human and natural world and may have consequences for our lives and the world around us;
b        Ways in which change occurs over both short and long periods of time in the physical and natural world;
c         The effects of positive and negative changes globally and how we contribute to some of these changes.
Key Stages  3 & 4
ENVIRONMENT AND SOCIETY: History

The Minimum Content is set out below
Developing pupils’
Knowledge, Understanding and Skills
(Objective 1)

Pupils should have opportunities to:
investigate the past and its impact on
our world today through an
understanding of:
a         different perspectives and interpretations;
b        cause and effect;
c         continuity and change;
d        progression and regression; and by developing:
e         the enquiry skills to undertake historical investigations;
f         critical thinking skills to evaluate a range of evidence and appreciate different interpretations;
g        creative thinking skills in their approach to solving problems and making decisions;

Developing pupils as Individuals
(Objective 2)
Developing pupils as Contributors to
Society
(Objective 3)
Developing pupils as Contributors to
the Economy and the Environment
Pupils should have opportunities to:
a         Explore how history has affected their personal identity, culture and lifestyle.
b        Personal Understanding Investigate how history has been selectively interpreted to create stereotypical perceptions and to justify views and actions.
c         Mutual Understanding Investigate individuals who are considered to have taken a significant moral stand and examine their motivation and legacy.
d        Moral Character Opportunities must also be provided to explore issues related to: Personal Health Spiritual Awareness

Developing pupils as Contributors to
Society
(Objective 3)

Pupils should have opportunities to:
Investigate the long and short term causes and consequences of the partition of Ireland and how it has influenced Northern Ireland today including key events and turning points.

ENVIRONMENT AND SOCIETY: Geography

Pupils should have opportunities, through the contexts opposite, to: develop geographical skills to interpret spatial patterns including atlas and map-work skills; develop enquiry and fieldwork skills–questioning, planning, collecting, recording, presenting, analysing, interpreting information and drawing conclusions relating to a range of primary and secondary sources; develop critical and creative thinking skills to solve geographical problems and make informed decisions;


Semua staf pengajar studi sosial akan mengidentifikasi peluang untuk mengembangkan dan memperkuat pengetahuan sosial dan keterampilan baik, dalam kegiatan mereka sendiri mengajar dan melalui bekerja dengan rekan-rekan mereka untuk merencanakan studi interdisipliner dan pendekatan koheren untuk pengembangan literasi,, kreativitas kewarganegaraan berhitung,, dan keberlanjutan.

Guru memiliki kesempatan untuk menggabungkan laporan dari pengalaman dalam berbagai cara. Mereka dapat mengelompokkan konsep-konsep penting dalam studi sosial, juga dapat mengatur pernyataan untuk memberikan dasar pendekatan berbasis subjek, mereka dapat mengelompokkan pengalaman di sekitar konteks pembelajaran umum dalam studi sosial.



DAFTAR PUSTAKA

China Education and Research Network. http://www.edu.cn/20041203/3123354.shtml
Eggleston, J.T. (1977). The Sociology of the School Curriculum. London: Routledge & Kegan Paul.
Hasan, S.H. (1996). Local Content Curriculum for SMP. Paper presented at UNESCO Seminar on Decentralization. Unpublished.
Hasan, S.H. (1996). Multicultural Issues and Human Resources Development. Paper presented at International Conference on Issues in Education of Pluralistic Societies and Responses to the Global Challenges Towards the Year 2020. Unpublished.
http:// www.direct.gov.uk and search for ’HNCs and HNDs
http:// www.ltscotland.org.uk/understandingthecurriculum/
http://www.cityandguilds.com; OCR Nationals – go to http://ocrnationals.com
http://www.education.gov.uk/schools/leadership/typesofschools/
http://www.education.gov.uk/schools/teachingandlearning/qualifications/diploma or www.direct.gov.uk and search for ’14 to 19 Diplomas’
Klein, M.F. (1986). Curriculum Reform in the Elementary School: Creating Your Own Agenda. New York and London: Teachers College, Columbia University
Marsh,C.C. (1997). Planning, Management and Ideology: Key Concepts or Undertanding Curriculum. London: The Falmer Press
McNeil,J.D. (1977). Curriculum, A Comprehensive Introduction. Boston: Little, Brown and Company.
Oliver, J.P. dan Howley, C. (1992). Charting new maps: multicultural education in rural schools. ERIC Clearinghouse on Rural Education and Small School. ERIC Digest. ED 348196.
Olivia, P.F. (1997).. 4th Developing the Curriculum edition. New York: Longman
School Accountability Framework Review National and International.
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Unruh, G.G. dan Unruh, A. (1984). Curriculum Development: Problems, Processes, and Progress. Berkeley, California: McCutchan Publishing Corporation.




No comments:

Post a Comment

Keunggulan Geostrategis Indonesia

letak Indonesia berada di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia letak Indonesia berada di antara dua samudra yaitu Samudra ...