- Apakah
sebuah penelitian kualitatif harus ketat pada salah satu saja dari lima
tradisi Jhon W. Creswell atau dapat beberapa tradisi? Kalau satu saja apa
alasannya kalau lebih dari satu apa alasannya?
Jawab:
Paradigma kualitatif memiliki banyak
pendekatan, varian, strategi atau tradisi untuk menjelaskan apa saja yang
diperlukan dalam setiap pendekatan (Kuswarno, 2007). Dalam taradisi penelitian
kualitatif setiap fenomena manusia dan perilakuknya dapat didekati dengan
berbagai pendekatan yang ada, misalnya: Etnografi, Fenomenologi, Grounded Theory, Etnometodologi,
Historis, Biografi, Interaksionisme Simbolik dan Clinical Research. Namun demikian fokus utamanya tetap pada manusia
sebagai kreator dalam sistem sosial yang secara sukarela dan otonom melakukan
tindakan-tindakan sosial. Sebuah riset kualitatif adalah
metode penelitian yang sangat kompleks. Penelitian model ini terbentuk dari
beragam warna dengan tekstur beda dan material beragam. Maka, untuk memahaminya
pun tidak dapat disimplifikasi. Guna memehaminya secara komprehensif diperlukan
bermacam pendekatan dan kerangka. Creswell (1998) menyebutkan terdapat 5 tradisi untuk
penelitian kualitatif.
SKEMA LIMA TRADISI (Creswell,
1998:37)
PERBANDINGAN DIMENSI LIMA TRADISI PENELITIAN KUALITATIF
(Creswell, 1998:65)
Dimensi
|
Biografi
|
Fenomenologi
|
“Grounded Theory”
|
Etnografi
|
Studi Kasus
|
Fokus
|
•Pengeksplorasian kehidupan
seorang individu
|
•Pemahaman esensi pengalaman
tentang fenomenon
|
•Pengembangan suatu teori dari
bawah dengan data dari lapangan
|
•Pemaparan dan penafsiran satu
kelompok sosial dan budaya
|
•Pengembangan sebuah analisis
mendalam dari satu kasus tungal atau kasus ganda
|
Asal Disiplin
|
•Antropologi
•Sastra
•Sejarah
•Psikologi
•Sosiologi
|
•Filsafat, sosiologi, Psikologi
|
•Sosiologi
|
•Antropologi budaya
Sosiologi
|
•Ilmu politik, sosiologi,
evaluasi, studi perkotaan, ilmu-ilmu sosial lainnya
|
Pengumpulan Data
|
•Terutama Wawancara-wawancara
dan dokumen-dokumen
|
•Wawancara panjang dengan
hingga 10 orang
|
•Wawancara-wawancara dengan
20-30 individu untuk “memenuhi” kategori-kategori dan rincian sebuah teori
|
•Observasi dan wawancara
terutama dengan artefak-artefak tambahan selama waktu tambahan di lapangan
(misal, 6 hingga satutahun)
|
•Sumber-sumber ganda --dokumen,
catatan arsip, wawancara, observasi, artefak-artefak fisik.
|
Analisis Data
|
•Cerita-cerita
•Epifani
•Isi Sejarah
|
Pernyataan-pernyataan
Pemaknaan
Tema-tema makna
Deskripsi umum pengalaman
|
•Pengkodean terbuka
•Pengkodean aksial
•Pengkodean selektif
•Matriks kondisional
|
•Deskripsi
•Analisis
•Penafsiran
|
•Deskripsi
•Tema-tema
•Penegasan-penegasan
|
Bentuk Normatif
|
•Gambaran terinci kehidupan
seseorang
|
•Deskripsi “esensi” pengalaman
|
•Teori atau model teoritis
|
•Deskripsi perilaku budaya satu
kelompok atau seorang individu
|
•Studi mendalam dari satu
“kasus” atau “kasus-kasus”
|
STRUKTUR 5 TRADISI PENELITIAN KUALITATIF
Creswell (1998)
Pendekatan Penulisan
|
Biografi
|
Fenomenologi
|
Grounded Theory
|
Etnografi
|
Studi Kasus
|
Struktur Penelitian
|
Pengantar (masalah, pertanyaan)
Prosedur riset (biografi,
pentingnya individu, pengumpulan data, hasil analisis
Laporan pengalaman objektif
Individu menyusun teori hidupnya
Segmen naratif yang
diketahui-pola-pola makna yang diketahui (events, proses, epifani, tema)
Ikhtisar
|
Pengantar
(masalah, pertanyaan)
Prosedur
riset (fenomenologi dan asumsi filosofis, pengumpulan data, analisis, hasil)
Pertanyaan
Penting
Makna
pernyataan
Tema-tema
makna
Gambaran
seluas-luasnya tentang fenomena
|
Pengantar
(masalah, pertanyaan)
Prosedur
riset (grounded theory, pengumpulan data, analisis, hasil)
Open
coding
Axial
coding
Selective
coding dan proposisi teoretis dan model
Pembahasan
teori dan membandingkannya dengan literatur yang ada
|
Pengantar
(masalah, pertanyaan)
Prosedur
riset (etnografi, pengumpulan data, analisis, hasil)
Deskripsi
budaya
Analisis
tema-tema budaya
Interpretasi,
pelajaran yang didapat, pertanyaan yang ditimbulkan
|
Entry
vignette
Pengantar
(masalah, pertanyaan, pengumpulan data, analisis, hasil)
Gambaran
kasus dan kandungannya
Pengembangan
isu
Detil
tentang isu pilihan
Pernyataan
Closing
vignette
|
John W. Creswell (1998: 15) sendiri
membuat sebuah batasan yang lebih ringkas dengan menyebutkan bahwa; penelitian
kualitatif adalah sebuah proses penyelidikan, pemahaman didasarkan pada
perbedaan tradisi-tradisi metodologis pada penelitian yang menjelaskan
permasalahan sosial atau manusia. Peneliti menjelaskan sebuah tempat, gambaran
holistik, analisis kata-kata, laporan secara detail menurut sudut pandang
informan dan perilaku studi dalam seting alamiah (natural setting).
Oleh karena itu menurut John W. Creswell
(1998:16), berdasarkan pendapat Bogdan dan Biklen, Eisner, dan Meriam,
menyebutkan bahwa sebuah penelitian dikatakan sebagai penelitian kualitatif
jika menunjukkan ciri-ciri; (1) Penelitian dilakukan dalam seting alamiah (field
focused) di mana sumber data di gali atau didapatkan. Peneliti tidak
berusaha melakukan intervensi terhadap subjek-subjek penelitian, seperti
mempengaruhi opini, memaksa sumber bertutur, dan tidak berusaha melayani
informan secara empatetis.
Selanjutnya, (2) Peneliti adalah key
instrument, dalam pengumpulan data, yang berusaha membangun validitas data
melalui berbagai upaya pendekatan terhadap subjek penelitian. (3) Kumpulan data
sebagai kata-kata atau gambar, (4) Hasil penelitian harus menjelaskan tentang
proses dari pada produk, (5) Analisis data secara induktif, di mana peneliti
kualitatif lebih tertarik pada bagian-bagian yang bersifat mikro, (5) Fokus
pada perspektif partisipan, atau makna yang dimiliki mereka, (6) menggunakan
bahasa ekspresif, dan (7) Memiliki kemampuan menyajikan secara persuasif dengan
menyajikan alasan-alasan atau argumen yang berguna.
Dari
definisi tersebut, diketahui bahwa untuk mengadakan penelitian kualitatif
diperlukan gambaran masalah holistik sehingga perlu diketahui pula sejarah dan metodologinya.
Selain itu, dalam melakukan penelitian diperlukan pula mengetahui sejarah
metodologinya untuk memilih metode riset yang tepat.
Dalam
penelitian kualitatif dapat ditemukan beberapa bentuk logika seperti formil,
matematika, linguistik, kualitatif, parakonsisten dan reflektif. Khusus logika
reflektif merupakan logika yang disarankan untuk penulis artikel. Menurut
Cresswelll, dengan menggunakan cara berpikir yang bolak-balik deduktif dan
induktif dengan cepat akan lebih dapat melihat objek secara lebih holistik.
Logika ini biasa dipakai dalam penelitian dengan pendekatan rasionalisme.
Dalam
penelitian kualitatif, selain pendekatan rasionalisme yang mencoba memperbaiki
cara berpikir positivistik, ada pula postpositivism yang terbagi empat.
Pertama, rasionalistik, dengan menggunakan grand
concepts. Di dalamnya, ada campuran positivisme untuk uji empiris.
Sedangkan, rasionalisme di dalam pendekatan ini digunakan untuk menyusun
kerangka teori makro. Kedua, fenomenologi interpretatif, pemberian maknanya
terikat dengan etik dan moral dengan fakta empiris, misalnya logis, etis, dan
transendental. Pendekatan ini menekankan pandangan yang holistik tentang objek
dan penyatuan antara subjek dan objek penelitian. Ketiga, teori kritis dan weltanschauung,
berangkat dari asumsi adanya ketidakadilan sehingga memunculkan ide-ide baru
berdasarkan weltanschauung (bertujuan mencari ideologi). Dari pendekatan
ini kemudian muncul realisme metafisik oleh Karl Popper. Di sini menekankan
bahwa grand theory harus dibangun secara konseptual dan diuji
falsifikasi. Ada juga value band sebagai titik tolak teori dan argumen.
Yang terakhir dan masih berkembang hingga sekarang adalah posmodernisme.
Pendekatan ini menganggap bahwa kebenaran itu berkembang sehingga harus terus
dicari. Seperti pula yang dijelaskan di atas bahwa pendekatan ini
mendekonstruksi yang telah ada.
Semua tradisi di atas
sangat penting untuk diketahui nilai pentingnya bagi penelitian. Mengetahui
sejarah dan metodologi penelitian akan membantu kita menentukan metode
penelitian. Hal itu akan memberi makna pada penelitian yang dilakukan.
Tradisi penelitian kualitatif sebagai salah satu pilihan yang dapat dipakai
para mahasiswa maupun para peneliti, di samping penelitian kuantitatif yang sudah biasa dipakai. Pendalaman
terhadap tradisi penelitian kualitatif
harus disesuaikan dengan bidang kajian yang digemari.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap
fenomena sosial. Metodologi penelitian yang dipakai adalah multi metodologi,
sehingga sebenarnya tidak ada metodologi yang khusus. Para periset kualitatif
dapat menggunakan semiotika, narasi, isi, diskursus, arsip, analisis fonemik,
bahkan statistik. Di sisi yang lain, para periset kualitatif juga menggunakan
pendekatan, tradisi dan teknik-teknik
etnometodologi, fenemologi, hermeneutic, feminisme, rhizomatik,
dekonstruksionisme, etnografi, wawancara, psikoanalisis, studi budaya,
penelitian survai, dan pengamatan melibat (participant
observation) (Agus Salim, 2006). Dengan demikian, tidak ada tradisi atau praktik tertentu yang dianggap unggul, dan tidak ada tradisi yang serta merta dapat disingkirkan. Kalau dibandingkan dengan
metodologi penelitian yang dikemukakan oleh Feyerabend (dalam Chalmers, 1982)
mungkin akan mendekati ketepatan, karena menurutnya metodologi apa saja boleh
dipakai asal dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.
Penggunaan dan arti tradisi
penelitian kualitatif yang berbeda-beda ini menyulitkan diperolehnya
kesepakatan diantara para peneliti mengenai definisi yang mendasar atasnya.
Selanjutnya Agus Salim (2006) menyatakan bila suatu definisi harus dibuat bagi
pendekatan kebudayaan, maka penelitian kualitatif adalah suatu bidang
antardisiplin, lintas disiplin, bahkan kadang-kadang kawasan kontradisiplin.
Di sisi lain, penelitian kualitatif juga melintasi ilmu pengetahuan
humaniora, sosial, dan fisika. Hal tersebut berarti penelitian kualitatif
memiliki fokus terhadap banyak paradigma. Para praktisinya sangat peka terhadap
nilai pendekatan multi tradisi. Mereka
memiliki komitmen terhadap sudut pandang naturalistik dan pemahaman
intepretatif atas pengalaman manusia. Pada saat yang sama, bidang ini bersifat
politis dan dibentuk oleh beragam etika dan posisi politik. Meskipun penelitian kualitatif
bersifat multi metodologi, akan tetapi seperti halnya penelitian kuantitatif
perlu mempertimbangkan validitas data.
Dalam
penelitian kualitatif diperlukan adanya kedekatan antara peneliti dengan objek
penelitian dan berbaur dengan objek tersebut. Namun, berbaur bukan berarti
peneliti menjadi objek penelitiannya. Melainkan peneliti harus bertindak dan
berpikir secara objektif dalam meneliti. Pertanyaan awal dari penelitian
kualitatif muncul ketika peneliti langsung terjun ke dunia nyata dari objek
penelitian, dan interaksi langsung pada objek yang dimanfaatkan peneliti untuk
kepentingan ilmiahnya. Namun topik yang menarik berasal dari tradisi teoritis
dan riset empiris.
Referensi:
Agus Salim. 2006.Teori & Paradigma Penelitian
Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana
Chalmers, A.F. 1982. What Is This Thing Called Science.The
Open University Press: Milton Keynes
Creswell, John W., 1998. Qualitative
Iquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. Sage
Publications, hlm 14-15, 75-78
Kuswarno, Engkus. 2007.Perubahan Paradigma Penelitian Komunikasi,
dalam Metode Penelitian Komunikasi.
No comments:
Post a Comment