Tuesday, 5 November 2019

Apakah Sebuah Penelitian Kualitatif Harus Ketat Pada Salah Satu Saja Dari Lima Tradisi Jhon W. Creswell Atau Dapat Beberapa Tradisi? Kalau Satu Saja Apa Alasannya Kalau Lebih Dari Satu Apa Alasannya?


  1. Apakah sebuah penelitian kualitatif harus ketat pada salah satu saja dari lima tradisi Jhon W. Creswell atau dapat beberapa tradisi? Kalau satu saja apa alasannya kalau lebih dari satu apa alasannya?
Jawab:
Paradigma kualitatif memiliki banyak pendekatan, varian, strategi atau tradisi untuk menjelaskan apa saja yang diperlukan dalam setiap pendekatan (Kuswarno, 2007). Dalam taradisi penelitian kualitatif setiap fenomena manusia dan perilakuknya dapat didekati dengan berbagai pendekatan yang ada, misalnya: Etnografi, Fenomenologi, Grounded Theory, Etnometodologi, Historis, Biografi, Interaksionisme Simbolik dan Clinical Research. Namun demikian fokus utamanya tetap pada manusia sebagai kreator dalam sistem sosial yang secara sukarela dan otonom melakukan tindakan-tindakan sosial. Sebuah riset kualitatif adalah metode penelitian yang sangat kompleks. Penelitian model ini terbentuk dari beragam warna dengan tekstur beda dan material beragam. Maka, untuk memahaminya pun tidak dapat disimplifikasi. Guna memehaminya secara komprehensif diperlukan bermacam pendekatan dan kerangka. Creswell (1998) menyebutkan terdapat 5 tradisi untuk penelitian kualitatif.
SKEMA LIMA TRADISI (Creswell, 1998:37)
 













PERBANDINGAN DIMENSI LIMA TRADISI PENELITIAN KUALITATIF
(Creswell, 1998:65)
Dimensi
Biografi
Fenomenologi
“Grounded Theory”
Etnografi
Studi Kasus
Fokus
•Pengeksplorasian kehidupan seorang individu

•Pemahaman esensi pengalaman tentang fenomenon

•Pengembangan suatu teori dari bawah dengan data dari lapangan

•Pemaparan dan penafsiran satu kelompok sosial dan budaya

•Pengembangan sebuah analisis mendalam dari satu kasus tungal atau kasus ganda
Asal Disiplin
•Antropologi
•Sastra
•Sejarah
•Psikologi
•Sosiologi
•Filsafat, sosiologi, Psikologi

•Sosiologi

•Antropologi budaya
Sosiologi
•Ilmu politik, sosiologi, evaluasi, studi perkotaan, ilmu-ilmu sosial lainnya
Pengumpulan Data
•Terutama Wawancara-wawancara dan dokumen-dokumen

•Wawancara panjang dengan hingga 10 orang

•Wawancara-wawancara dengan 20-30 individu untuk “memenuhi” kategori-kategori dan rincian sebuah teori

•Observasi dan wawancara terutama dengan artefak-artefak tambahan selama waktu tambahan di lapangan (misal, 6 hingga satutahun)
•Sumber-sumber ganda --dokumen, catatan arsip, wawancara, observasi, artefak-artefak fisik.

Analisis Data
•Cerita-cerita

•Epifani

•Isi Sejarah

Pernyataan-pernyataan
Pemaknaan
Tema-tema makna
Deskripsi umum pengalaman
•Pengkodean terbuka
•Pengkodean aksial
•Pengkodean selektif
•Matriks kondisional
•Deskripsi

•Analisis

•Penafsiran

•Deskripsi
•Tema-tema
•Penegasan-penegasan

Bentuk Normatif
•Gambaran terinci kehidupan seseorang

•Deskripsi “esensi” pengalaman

•Teori atau model teoritis

•Deskripsi perilaku budaya satu kelompok atau seorang individu
•Studi mendalam dari satu “kasus” atau “kasus-kasus”

STRUKTUR 5 TRADISI PENELITIAN KUALITATIF
Creswell (1998)

Pendekatan Penulisan
Biografi
Fenomenologi
Grounded Theory
Etnografi
Studi Kasus
Struktur Penelitian
Pengantar (masalah, pertanyaan)
Prosedur riset (biografi, pentingnya individu, pengumpulan data, hasil analisis
Laporan pengalaman objektif
Individu menyusun teori hidupnya
Segmen naratif yang diketahui-pola-pola makna yang diketahui (events, proses, epifani, tema)
Ikhtisar
Pengantar (masalah, pertanyaan)
Prosedur riset (fenomenologi dan asumsi filosofis, pengumpulan data, analisis, hasil)
Pertanyaan Penting
Makna pernyataan
Tema-tema makna
Gambaran seluas-luasnya tentang fenomena

Pengantar (masalah, pertanyaan)
Prosedur riset (grounded theory, pengumpulan data, analisis, hasil)
Open coding
Axial coding
Selective coding dan proposisi teoretis dan model
Pembahasan teori dan membandingkannya dengan literatur yang ada
Pengantar (masalah, pertanyaan)
Prosedur riset (etnografi, pengumpulan data, analisis, hasil)
Deskripsi budaya
Analisis tema-tema budaya
Interpretasi, pelajaran yang didapat, pertanyaan yang ditimbulkan

Entry vignette
Pengantar (masalah, pertanyaan, pengumpulan data, analisis, hasil)
Gambaran kasus dan kandungannya
Pengembangan isu
Detil tentang isu pilihan
Pernyataan
Closing vignette

John W. Creswell (1998: 15) sendiri membuat sebuah batasan yang lebih ringkas dengan menyebutkan bahwa; penelitian kualitatif adalah sebuah proses penyelidikan, pemahaman didasarkan pada perbedaan tradisi-tradisi metodologis pada penelitian yang menjelaskan permasalahan sosial atau manusia. Peneliti menjelaskan sebuah tempat, gambaran holistik, analisis kata-kata, laporan secara detail menurut sudut pandang informan dan perilaku studi dalam seting alamiah (natural setting).
Oleh karena itu menurut John W. Creswell (1998:16), berdasarkan pendapat Bogdan dan Biklen, Eisner, dan Meriam, menyebutkan bahwa sebuah penelitian dikatakan sebagai penelitian kualitatif jika menunjukkan ciri-ciri; (1) Penelitian dilakukan dalam seting alamiah (field focused) di mana sumber data di gali atau didapatkan. Peneliti tidak berusaha melakukan intervensi terhadap subjek-subjek penelitian, seperti mempengaruhi opini, memaksa sumber bertutur, dan tidak berusaha melayani informan secara empatetis.
Selanjutnya, (2) Peneliti adalah key instrument, dalam pengumpulan data, yang berusaha membangun validitas data melalui berbagai upaya pendekatan terhadap subjek penelitian. (3) Kumpulan data sebagai kata-kata atau gambar, (4) Hasil penelitian harus menjelaskan tentang proses dari pada produk, (5) Analisis data secara induktif, di mana peneliti kualitatif lebih tertarik pada bagian-bagian yang bersifat mikro, (5) Fokus pada perspektif partisipan, atau makna yang dimiliki mereka, (6) menggunakan bahasa ekspresif, dan (7) Memiliki kemampuan menyajikan secara persuasif dengan menyajikan alasan-alasan atau argumen yang berguna.
Dari definisi tersebut, diketahui bahwa untuk mengadakan penelitian kualitatif diperlukan gambaran masalah holistik sehingga perlu diketahui pula sejarah dan metodologinya. Selain itu, dalam melakukan penelitian diperlukan pula mengetahui sejarah metodologinya untuk memilih metode riset yang tepat.
Dalam penelitian kualitatif dapat ditemukan beberapa bentuk logika seperti formil, matematika, linguistik, kualitatif, parakonsisten dan reflektif. Khusus logika reflektif merupakan logika yang disarankan untuk penulis artikel. Menurut Cresswelll, dengan menggunakan cara berpikir yang bolak-balik deduktif dan induktif dengan cepat akan lebih dapat melihat objek secara lebih holistik. Logika ini biasa dipakai dalam penelitian dengan pendekatan rasionalisme.
Dalam penelitian kualitatif, selain pendekatan rasionalisme yang mencoba memperbaiki cara berpikir positivistik, ada pula postpositivism yang terbagi empat. Pertama, rasionalistik, dengan menggunakan grand concepts. Di dalamnya, ada campuran positivisme untuk uji empiris. Sedangkan, rasionalisme di dalam pendekatan ini digunakan untuk menyusun kerangka teori makro. Kedua, fenomenologi interpretatif, pemberian maknanya terikat dengan etik dan moral dengan fakta empiris, misalnya logis, etis, dan transendental. Pendekatan ini menekankan pandangan yang holistik tentang objek dan penyatuan antara subjek dan objek penelitian. Ketiga, teori kritis dan weltanschauung, berangkat dari asumsi adanya ketidakadilan sehingga memunculkan ide-ide baru berdasarkan weltanschauung (bertujuan mencari ideologi). Dari pendekatan ini kemudian muncul realisme metafisik oleh Karl Popper. Di sini menekankan bahwa grand theory harus dibangun secara konseptual dan diuji falsifikasi. Ada juga value band sebagai titik tolak teori dan argumen. Yang terakhir dan masih berkembang hingga sekarang adalah posmodernisme. Pendekatan ini menganggap bahwa kebenaran itu berkembang sehingga harus terus dicari. Seperti pula yang dijelaskan di atas bahwa pendekatan ini mendekonstruksi yang telah ada.
Semua tradisi di atas sangat penting untuk diketahui nilai pentingnya bagi penelitian. Mengetahui sejarah dan metodologi penelitian akan membantu kita menentukan metode penelitian. Hal itu akan memberi makna pada penelitian yang dilakukan.
Tradisi penelitian kualitatif sebagai salah satu pilihan yang dapat dipakai para mahasiswa maupun para peneliti, di samping penelitian kuantitatif yang sudah biasa dipakai. Pendalaman terhadap tradisi penelitian kualitatif harus disesuaikan dengan bidang kajian yang digemari.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. Metodologi penelitian yang dipakai adalah multi metodologi, sehingga sebenarnya tidak ada metodologi yang khusus. Para periset kualitatif dapat menggunakan semiotika, narasi, isi, diskursus, arsip, analisis fonemik, bahkan statistik. Di sisi yang lain, para periset kualitatif juga menggunakan pendekatan, tradisi dan teknik-teknik etnometodologi, fenemologi, hermeneutic, feminisme, rhizomatik, dekonstruksionisme, etnografi, wawancara, psikoanalisis, studi budaya, penelitian survai, dan pengamatan melibat (participant observation) (Agus Salim, 2006). Dengan demikian, tidak ada tradisi atau praktik tertentu yang dianggap unggul, dan tidak ada tradisi yang serta merta dapat disingkirkan. Kalau dibandingkan dengan metodologi penelitian yang dikemukakan oleh Feyerabend (dalam Chalmers, 1982) mungkin akan mendekati ketepatan, karena menurutnya metodologi apa saja boleh dipakai asal dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.
Penggunaan dan arti tradisi penelitian kualitatif yang berbeda-beda ini menyulitkan diperolehnya kesepakatan diantara para peneliti mengenai definisi yang mendasar atasnya. Selanjutnya Agus Salim (2006) menyatakan bila suatu definisi harus dibuat bagi pendekatan kebudayaan, maka penelitian kualitatif adalah suatu bidang antardisiplin, lintas disiplin, bahkan kadang-kadang kawasan kontradisiplin.
Di sisi lain, penelitian kualitatif juga melintasi ilmu pengetahuan humaniora, sosial, dan fisika. Hal tersebut berarti penelitian kualitatif memiliki fokus terhadap banyak paradigma. Para praktisinya sangat peka terhadap nilai pendekatan multi tradisi. Mereka memiliki komitmen terhadap sudut pandang naturalistik dan pemahaman intepretatif atas pengalaman manusia. Pada saat yang sama, bidang ini bersifat politis dan dibentuk oleh beragam etika dan posisi politik. Meskipun penelitian kualitatif bersifat multi metodologi, akan tetapi seperti halnya penelitian kuantitatif perlu mempertimbangkan validitas data.
Dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya kedekatan antara peneliti dengan objek penelitian dan berbaur dengan objek tersebut. Namun, berbaur bukan berarti peneliti menjadi objek penelitiannya. Melainkan peneliti harus bertindak dan berpikir secara objektif dalam meneliti. Pertanyaan awal dari penelitian kualitatif muncul ketika peneliti langsung terjun ke dunia nyata dari objek penelitian, dan interaksi langsung pada objek yang dimanfaatkan peneliti untuk kepentingan ilmiahnya. Namun topik yang menarik berasal dari tradisi teoritis dan riset empiris.

Referensi:
Agus Salim. 2006.Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana
Chalmers, A.F. 1982. What Is This Thing Called Science.The Open University Press: Milton Keynes
Creswell, John W., 1998. Qualitative Iquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. Sage Publications, hlm 14-15, 75-78
Kuswarno, Engkus. 2007.Perubahan Paradigma Penelitian Komunikasi, dalam Metode Penelitian Komunikasi.

No comments:

Post a Comment

Keunggulan Geostrategis Indonesia

letak Indonesia berada di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia letak Indonesia berada di antara dua samudra yaitu Samudra ...